Laman

Kamis, 27 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 9 bagian 4


Sebelumnya: Date a Live episode 9 bagian 3

“Sepertinya diriku yang ini masih terlalu muda…” ucap Kurumi. Lalu tubuh yang bersimbah darah itu perlahan ditarik oleh tangan-tangan putih dan menghilang.

Sekarang tangan-tangan putih itu menjerat kaki Shido. “Sekarang, ayo kita kembali ke acara utama.” Ucap Kurumi.

Kurumi menyentuh wajah Shido dengan tangan kanannya. Shido tak dapat berbuat apa-apa karena sekarang seluruh tubuhnya terjerat tangan-tangan putih itu.

ZRRRRAAAATT!! Tiba-tiba tangan kanan Kurumi itu tertebas. Orang yang menebasnya mendarat di depan Shido.

“Ma-Mana..?”

Mana berbalik dan memandang kakaknya. “Syukurlah. Sepertinya aku masih sempat.”

“Khukhukhu…” Kurumi tertawa. “Sama seperti biasanya, ya? Kau bisa memotong tanganku dengan mudah. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu membunuh ku lagi.” Kurumi mengangkat tangannya ke angkasa, “Datanglah, Zafkiel!!”





Dari belakang Kurumi muncul sebuah jam besar, dan di tangannya muncul sebuah pistol. “Dalet…” ucap Kurumi. Jam di mata kirinya berputar. Pada angka 4 romawi (IV) muncul aura merah yang lalu meresap ke pistol Kurumi. Ia mengarahkan pistolnya ke dagunya dan menembak dirinya sendiri.

DOR!!!
Setelah Ia menembak dirinya, tangannya yang tadi putus segera menyatu kembali.

“Kemampuan penyembuhan yang luar biasa.” Puji Mana.

“Khukhukhu… Oh, bukan itu.” Ucap Kurumi. “Aku hanya memundurkan waktu yang telah berlalu. Nah, sekarang, ayo kita mulai!!”

Mana sudah siap dengan pedangnya, “Baiklah…” ucap Mana. “Aku akan melakukannya seperti biasa, dan membunuhmu.”

Tawa Kurumi semakin lebar. “Hahaha!! Kau belum menyadarinya…?” sekarang di tangan Kurumi sudah ada dua pistol. “Membunuh diriku yang sebenarnya tidak akan pernah bisa kau lakukan!!”

“Aku akan memotong lidahmu itu sebelum aku membunuhmu!!” ucap Mana.

“Aleph!” ucap Kurumi. Dan di jam belakangnya, dari angka romawi 1 (I) muncul aura merah yang masuk ke pistol Kurumi. Ia lalu menembak dirinya dan secepat kilat berteleportasi tepat ke samping ana, dan menembaknya dengan pistol yang satu lagi.

DOR!!
Mana terhempas jauh.

“Mana!!” ucap Shido.

Mana meluncur ke arah Kurumi dengan cepat. Namun secepat apapun dia, Kurumi lebih cepat lagi. Ia tiba-tiba sudah muncul di belakang Mana dan menendangnya.

“Zayin!” ucap Kurumi. Dari jam dibelakangnya, dari angka romawi 7 (VII), muncul aura merah yang masuk ke pistol Kurumi. Kali ini Ia tidak menembakkannya ke dirinya, melainkan ke arah Mana.

Gerakan Mana tiba-tiba terhenti, dan saat itulah Kurumi menembakkan beberapa tembakan sekaligus ke arah titik non-vital.

“Mana!”

“Nii-sama… cepat pergilah dari sini…” ucap Mana.

“Shido!!” dari arah pintu menuju ke atap, terdengar suara Tohka. Shido menoleh dan melihat Tohka dan Tobiichi.

“Kalian berdua…”

Kurumi tersenyum. “Ara ara, sekarang kita semua ada disini.”

“Jangan lari dari pertempuran!” ucap Tohka.
“Aku tidak akan membiarkanmu kali ini!” ucap Tobiichi.

“Oh, menakutkan sekali.” Ucap Kurumi pura-pura terlihat lemah. “Banyak sekali yang menyerang gadis rapuh sepertiku ini..” ucapnya. “Tapi, aku juga ada urusan lain saat ini… benar, kan? Diriku yang lain?”

Di bawah tempat dimana Kurumi berpijak, aura merah kehitaman menyebar, lalu dari sana muncullah beberapa tangan putih.

“Apa-apaan ini?”

“Bagaimana menurutmu?” Tanya Kurumi. “Ini pasti akan menyenangkan…”

 


Tangan-tangan putih itu semuanya berubah menjadi sosok Kurumi. Sudah seperti clon saja.

Mana yang sudah terluka parah tetap mencoba untuk berdiri. “Apa sekarang kau sudah mengerti kenapa kau tidak bisa membunuhku?” Tanya Kurumi pada Mana.

Kurumi-Kurumi yang lain mulai memojokkan Tohka dan Tobiichi.
“Apa-apaan ini??” Tanya Tohka.

“Sekarang, ayo kita akhiri semua ini.” Ucap Kurumi.

Kurumi-Kurumi yang lain mulai mencekik Tohka, lalu ada yang menodongkan pistol ke Tobiichi. Ada yang menahan Mana, dan sisanya menahan Shido, walaupun Shido sudah terjerat oleh tangan-tangan putih itu.

“Ahahaha, aku sangat suka ini…” Kurumi meniup pistolnya. “Ah, ya. Agar kau tidak bisa membujukku lagi… aku akan mengukir keputus-asaan di dalam hatimu.”

“Mungkinkah…”

Kurumi mengangkat tangannya ke angkasa, dan bunyi peringatan gempa luar angkasa kembali berbunyi.

“Tidak! Jangan!!”

“Khekhekhe… kali ini… semuanya akan mati.”

“Hentikan!!!”

“Gyahahahaa!!!” Kurumi menggenggam tangannya, lalu menurunkannya dengan sekuat tenaga. Dari langit, gelombang luar angkasa yang sangat besar terbentu dan dengan cepat akan menyentuh daratan.

BLAAAARRRRR!!!
Suara apa itu? Bukan, bukan suara gempa luar angkasa, melainkan sesuatu yang menghantam gelombang luar angkasa Kurumi, dan membuatnya lenyap.

“Apa-apaan itu tadi?!” Tanya Kurumi bingung.

“Apa kau tidak tahu?” Tanya seseorang. “Jika kau ingin mengatasi gelombang luar angkasa, kau harus menghantamnya dengan gelombang luar angkasa yang lain.”




Orang yang mengucapkan itu, ah, mungkin bukan orang. Spirit itu adalah…

“Dia… itu…” ucap Tobiichi dengan tatapan menakutkan.

“Kotori…” ucap Shido.

Di hadapan mereka semua, ada seorang spirit yang dilapisi api. Dan spirit itu adalah orang yang mereka semua kenal. Kotori.

Shido ternganga. Ia tidak menyangka kalau adiknya adalah…

“Aku akan menyelamatkanmu, Shido.” Ucap Kotori. Kotori berputar-putar ditengah api yang menyelimutinya, “Scorch Camael!!” senjata Spirit Kotori muncul disampingnya. Senjata yang menyerupai pemenggal.





“Saa, watashitachi no deto, hajimemashou! (Ayo kita mulai kencan kita!)” ucap Kotori.




Bersambung ke: Date a Live episode 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar