Laman

Senin, 29 Juli 2013

Versi Teks Blood Lad episode 3 bagian 4

“Karena perempuan itu.” Ucap Staz. “Alasannya karena perempuan itu, Yanagi Fuyumi.”

Yanagi terdiam mendengar ucapan Staz. “Dia sekarang memang seorang hantu, tapi dia dulunya manusia. Aku ingin mengembalikannya seperti dulu.” Ucap Staz.

“Mengembalikannya seperti dulu? Huh, Kau bercanda, ya?!” ulang Wolf dengan nada tinggi. “Aku tahu kau bukan tipe orang seperti itu. Kau adalah tipe orang yang hanya percaya pada dirimu sendiri dan bertindak atas kemauan sendiri!!” di sisi panggung, Saty 2 mengangguk-angguk menyetujui ucapan Wolf.  “Apa yang akan kau dapatkan setelah mengembalikannya?! Apa yang akan kau lakukan setelah dia kembali menjadi manusia, Staz?!”

“Cerewet…” Staz menggenggam tangannya dan bersamaan dengan itu jantung Wolf seolah dapat digenggamnya. Wolf menggerang kesakitan. “Itu bukan urusanmu…”

“Kau melakukan ZIP?! Vampire sialan…!!” Wolf menahan sakitnya sambil masih tertawa(?). “Siapa yang setengah-setengah? Kau bilang kau benci menjadi vampire, dan kau masih bergantung pada kekuatan itu saat kau membutuhkannya…”

“Diam… atau aku akan membunuhmu…”

“Kau tak berdaya menghadapi godaan manusia di dekatmu…”

“Diam…”

“Jangan bilang kau adalah seorang manusia sebelum menjadi vampire? Jangan membuatku tertawa!!”

“Sudah kubilang diam, dasar kau ******!!!!”

Wajah Saty 2 membiru melihat pertandingan itu. “Bodoh!! Kau akan benar-benar membunuhnya kalau begini caranya!!”

PLAK!!




Yanagi menampar Staz, membuat semua orang yang menonton terdiam memaku melihat kejadian itu.

“Sudah cukup…” ucap Yanagi. “Kalian adalah teman tapi kalian saling menyakiti… ini adalah pertarungan yang menyedihkan! Kenapa… kenapa kalian tak bisa berteman dengan rukun..?!” Yanagi mulai menangis, membuat Wolf dan Staz tertegun. “Aku… masih belum mengenal dunia iblis atau kalian berdua, tapi… ini salah, hiks… hiks..”

“Baiklah, cukup sampai disana.” Ucap Bell yang tiba-tiba muncul dan berdiri di salah satu tiang ring.

“Kau…!!”

“Aku adalah wasit wanita yang kebetulan lewat. Aku akan memutuskan hasil pertandingan ini.” Ucap Bell.

“Hah?!”

“Hasilnya adalah kalian berdua sama-sama kalah! Kalian berdua sama-sama menyedihkan!” Bell membentuk persegi panjang dengan jarinya. “Dengan begitu, kalian berdua… menghilanglah dari panggung ini.” Bell menyentuhkan jarinya ke ring berbentuk kotak itu dan sebuah dimensi muncul dan menyerap mereka berdua termasuk Yanagi.

“Bo-bossu!!”

“Uwaa! Staz???” Saty 2 berpegangan di tali ring dan hampir saja ikut terserap.

“Pertandingan sudah berakhir, kalian semua pulanglah.” Ucap  Bell ke para penonton. “Terima kasih sudah datang.” Penonton mengamuk dan melempar barang-barang ke arah arena…


Sementara itu, Yoshida di café tiga mata nampak muram. “Taruhannya… dibatalkan…” ucap Yoshida. “A-A-Apa yang harus kulakukan?!”

“Selamat berjuang…” sahut Deku.


Staz, Yanagi dan Wolf berteleportasi ke sebuah tempat yang sepi, yang nampaknya seperti sebuah ruangan di atas gedung.

“Oi, dimana kita…?” Tanya Wolf. Sementara itu, Yanagi masih terisak-isak.

“Mana aku tahu…” sahut Staz.

“Apa kau mengenal gadis tadi, Staz?”

“Yah… dialah yang memberitahuku soal buku itu…” ucap Staz.

“Dan dia juga yang merubah pertandingan bowling kita menjadi boxing.” Ucap Wolf.

“Haah~?”

“Dia bilang kalau kau akan melakukan kecurangan, dan mengatakan padaku untuk mengganti bowling menjadi boxing…” jelas Wolf.

“Cih. Perempuan itu mengadu kita berdua seperti boneka…”

“Untuk apa dia melakukan ini…?”

“Ingin tahu?” tiba-tiba Bell muncul di samping mereka dan membawa Saty 2 beserta anak buah Wolf. “Tapi aku tidak akan mengatakannya pada laki-laki yang telah membuat seorang perempuan menangis.”

“Hah?!” Staz jadi kesal.

“Oh iya, ini…” Bell melemparkan sebuah buku ke arah Staz.

Staz melihat sampul buku itu, “Ini… Buku Pembangkit Manusia?!”

“Itu gratis, khusus untukmu saja.” Ucap Bell.

“Kau!! Kau dari awal sudah memilikinya, kan?!” Tanya Staz. “Berhentilah mempermainkan orang, dasar gadis beransel aneh!!”

“Jadi… kau tidak mau?” Bell merebut buku itu.

Staz merebut buku itu lagi. “Tentu saja kuambil, baka!”

“Tolong berhentilah berkelahi… hiks…” ucap Yanagi yang dari tadi masih menangis.

“Hei, kenapa kau tidak berhenti menangis?” Tanya Staz.

Yanagi membuka matanya dan memperhatikan sekitar. “Are? Dimana kita?” rupanya Ia baru menyadari kalau mereka berteleportasi. Staz langsung pundung mengetahui itu.

Akhirnya, mereka semua bersama-sama melihat isi buku yang dicari-cari itu. Staz membuka lembar demi lembar buku itu untuk mereka semua baca bersama.

“Jadi begitu, ya…” ucap Wolf.

“Yah, seperti yang kuduga.” Ucap Staz.  Mereka berdua pundung melihat buku itu.

“Jangan salah mengerti sebuah kata!” ucap Wolf dan Staz bersamaan. Mereka langsung menjauhi buku itu.

“Ada apa dengan kalian? Kalian tak bisa membaca, ya?!” Tanya Bell.

“Kalau begitu, bacakan.” Ucap Staz. Bell membaca buku itu dan nampak terkejut. “Ada apa?” pancing Staz.

“Potong burdock dalam potongan tipis. Rendam dalam air. Tuangkan minyak wijen dalam wajan dan goring burdock yang telah direndam dengan api besar. Tambahkan wortel, sake, kecap,… ayyaayyaaayyaaa!!!” ucap Bell pura-pura bisa membaca buku itu.

“Itu tadi resep Kinpira Gobo, kan?” Tanya Yanagi.

“Ya…” Bell langsung pundung. Buku itu berisi tulisan berbentu gambar, seperti jenis tulisan zaman kuno.

“Jadi, tidak ada yang bisa membacanya, ya?” Tanya Staz sambil keep ngupil.

“Aku juga tidak bisa membaca buku ini, tapi aku tahu susunan buku ini!” ucap Bell.

“Apa?!”

“Ini seperti kode-kode. Buku ini mungkin berisi kata-kata berdasarkan anagram. Untuk memecahkan kode tersebut, kita harus menukar setiap kata untuk membentuk sebuah kata.”



“Aku benar-benar tak mengerti apa yang kau katakan…” ucap Staz.

“Meski kita tahu bagaimana menguraikannya, tetap saja itu sesuatu yang sulit.” Ucap Saty 2.

“Singkatnya, untuk mengetahui isinya, akan lebih praktis kalau kita menanyai kutu buku yang menulis buku tak berguna ini…” ucap Staz. “Kalau begitu, siapa yang menulis buku ini? Pasti namanya juga tertulis disini…” Staz mencari lembar terakhir dan terkejut ketika melihat foto penulis buku itu.
*nb: buku di Jepang lembar terakhirnya di ujung paling kiri.

Staz menjatuhkan buku itu. Wajahnya membiru setelah melihat foto penulis buku itu. Ia membalikkan tubuhnya dan bersandar di tembok.

“Kenapa kau bereaksi seperti itu?” Tanya Bell.

“Apapun yang terjadi, aku tak akan menanyakannya… dia adalah penghuni dunia iblis atas…dimana hanya iblis elit dan berwibawa yang dapat tinggal disana… Vampire Braz D. Blood…” ucap Staz.




“…Dia adalah kakakku!!!”

Hening.

“Kupikir apa, jadi dia keluargamu?” Tanya Bell.

“Pasti telah terjadi sesuatu yang buruk di antara mereka berdua…” ucap Wolf.




Bersambung ke: Blood Lad episode 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar