Laman

Senin, 11 Februari 2013

Versi Teks Another episode 1 bagian 1


“Kau tahu yang namanya Misaki? Misaki kelas 3-3.”

“Memangnya ada yang namanya seperti itu di kelas 3-3?”

“Ini kisah 26 tahun yang lalu. Dia itu… sudah popular sejak kelas 1. Dia cerdas, cantik dan baik. Jadi, baik murid maupun guru juga menyukainya.”

“Pasti ada… orang seperti itu di tiap kelas.”

“Tapi begitu dia naik kelas 3… Misaki meninggal.”

“Eeee? Mengapa?”

“Aku dengar karena kecelakaan. Karena itu… banyak orang yang terkejut. Hingga suatu saat salah seorang dari mereka mengatakannya…”

“Mengatakan apa?”

“Dia menunjuk ke arah meja yang pernah ditempati Misaki… dia bilang Misaki ada disana. Dia belum mati.”

“Maksudmu—“

“Sebenarnya, itu cuma pura-pura. Sejak saat itu, murid kelas 3-3 terus berpura-pura seakan Misaki masih hidup.”

“Menyeramkan…”

“Akhirnya mereka meneruskan kepura-puraan itu hingga lulus. Aku dengar saat upacara kelulusan, Kepala Sekolah sengaja mengundang bangku Misaki.”

“Justru bagus, bukan?”

“Hingga detik itu…”

“Ada kelanjutannya?”

“Kelanjutannya…”


Jam menunjukkan pukul 5:44 disamping seorang anak laki-laki yang berbaring di ranjang rumah sakit.

“Bagaimana? Masih sakit?” tanya seseorang.

“Tidak.” Jawab anak itu.

“Benar-benar… padahal baru saja mulai tinggal disini… kasihan sekali. ” ucap seseorang itu.

“Ettooo… maaf, nenek.” Ucap anak laki-laki itu.

“Jangan begitu, kau tidak usah cemas.” Ucap seseorang yang dipanggil nenek itu. “Memangnya mau bagaimana lagi…”

Anak laki-laki itu langsung menyela, “Apa… ayahku sudah…”

“Masih belum kusampaikan, ya?” tanya neneknya itu. “Yousuke-san sekarang ada di India, kan?”

“Mau kutelponkan? Kebetulan aku tahu nomor teleponnya.” Ucap seorang anak perempuan berkacamata.

“Tidak, biar aku yang menelponnya sendiri.” Ucap anak laki-laki itu.

“Baiklah. Sebaiknya memang begitu.”

“Ngomong-ngomong… Yousuke-san benar-benar pekerja keras, ya?” ucap si nenek. “Meskipun Ritsuko sudah meninggal dan hidup tercerai-berai…”

“Sungai yang menembus ke tengah kota itu namanya sungai Yomiyama. Kau bisa lihat lapangan di seberangnya, tidak?” tanya si anak perempuan memandang ke luar jendela, nampaknya Ia sengaja mengalihkan percakapan.

“Apa… yang disana?” tanya si anak laki-laki yang nampaknya menemukan tempat yang dimaksud.

“Ya.” Ucap si anak perempuan. “Itu sekolah baru Kouichi-kun.”

Anak lelaki yang bernama Kouichi itu terdiam sesaat. “Apa dulu… Reiko-san juga sekolah disana?”

“Ya, meskipun sudah empat belas tahun yang lalu.” Jawab anak perempuan itu.

“Berarti ibuku juga…”

“Ya, Ritsuko-neesan juga bersekolah di Yomikita.”

“Yomikita?” tanya Kouichi.

“SMP Yomiyama Utara.” Ucap perempuan itu menjelaskan. “Menurutku ada perbedaan antara sekolah negeri dan sekolah swasta… tapi kamu pasti akan terbiasa. Aku yakin itu tidak akan lama.”

“Ya, semoga.”

“Tenang saja, begitu keluar rumah sakit, akan kuberitahu apa saja yang akan kamu persiapkan disana.”

Jam 11:52

“Sekarang baca novel King-sensei, ya? Mr. Horor?” tanya seorang perawat. Dibelakang perawar itu berdiri tiga orang siswa. “Aku permisi dulu…” ucapnya lalu keluar meninggalkan Kouichi dengan tiga siswa itu.



Salah seorang dari tiga siswa itu, laki-laki, maju untuk bicara. “Kami dari kelas 3-3 SMP Yomiyama Utara.”

“Ya?” tanya Kouichi.

“Namaku Kazami. Kazami Tomohiko.” Ucap siswa itu memperkenalkan diri. Dia menunjukkan seorang siswi di sebelah kirinya yang berambut pendek dan mengenakan kacamata, “Ini Sakuragi-san.”

“Perkenalkan, namaku Sakuragi Yukari.” Ucap siswi itu.

Lalu siswa bernama Kazami itu menunjuk seorang siswi di sebelah kanannya, dengan rambut panjang terikat dua. “Ini…”

“Akazawa Izumi.” Potong siswi itu.

Lalu hening beberapa saat.

“Jadi, ada perlu apa?” tanya Kouichi.

“Ah, jadi begini, aku dan Sakuragi-san adalah ketua dan wakil ketua kelas. Akazawa-san dari seksi pencegahan… kami datang sebagai wakil kelas 3-3.”

“Seksi pencegahan?” Kouichi bertanya-tanya.

“Kau baru pindah kesini, kan?” tanya Akazawa.
“Kami tahu semestinya kamu mulai masuk hari senin…” ucap Sakuragi. “..tapi kami mendengar bahwa kamu sakit, jadi kami mewakili kelas untuk menjengukmu.” Sakuragi memberikan rangkaian bunga yang dibawanya kepada Kouichi. “Ini dari teman-teman sekelas.”

Saat siswi itu berjalan ke arahnya, Kouchi melihat lambing sekolah mereka dengan tulisan YK tersemat di dada kiri baju.

“Kau pindah dari Tokyo, kan?” tanya Sakuragi.

“Ya.”

“Disana kau belajar di sekolah swasta, kan? Lalu kenapa pindah?”

“Sedikit masalah keluarga.” Sahut Kouichi.

“Apa ini kali pertamamu… tinggal di Yomiyama?”

“Ya, dan?”

“Ah, aku pikir… dulu kau pernah tinggal disini…” ucap Sakuragi.

“Aku pernah tinggal disini dulu… tapi tidak untuk menetap.”

“Pernah tinggal untuk waktu lama?” tanya Akazawa.

“Entahlah… aku tidak begitu ingat. Kalau sewaktu aku masih kecil… mungkin saja.”

Ketiga siswa itu memandangi Kouichi dan saling pandang satu sama lain.
“Ini..” Kazami memberikan sebuah bungkusan coklat kepada Kouichi. Kouichi membukanya, dan ternyata isinya adalah catatan. “Sudah kusalinkan semua catatan dari awal tahun ajaran.”

“Terima Kasih.” Ucap Kouichi sambil tersenyum. “Mungkin aku baru masuk setelah Golden Week. Jadi sampai nanti~”

“Jadi, Sakakibara-kun…” ucap Kazami.

“Ya?”

“Sakakibara— emh, Kouichi-kun, kan? Boleh kupanggil begitu?” tanya Akazawa.

“Silahkan.”

Akazawa mengulurkan tangannya untuk bersalaman, “Mulai sekarang kami mohon bantuannya, Kouichi-kun.”

“Aku juga… mohon bantuannya.” Kouichi membalas dengan menjabat tangan siswi itu.

Ketiga siswa itu lalu menatap Kouichi dengan tatapan yang aneh dan campuran. Sedih, kasihan, prihatin, curiga…. Entahlah.

“Kouichi-kun… apa benar kau…” ucap Akazawa. “…tidak pernah menetap di Yomiyama?”

“Aku kira tidak pernah.”





Kouichi mencegah sebuah lift tertutup, kemudian masuk ke dalamnya. Ia memegang handphone di tangannya, dan dari display name yang tertera terlihat Ia sedang berusaha menelpon ayahnya. Dari kegelapan disana, nampaknya hari sudah malam.

Tiba-tiba, lift yang Ia naiki justru turun ke lantai bawah, padahal Ia belum saja memencet tombol untuk mengatur perpindahan lantai. Ia menoleh ke belakang dan terkejut melihat seorang anak perempuan di belakangnya.

“Maaf!” Ia menjauh dari anak itu saking terkejutnya.



Keheningan yang mencekam terjadi. Terlihat anak itu diperban sebelah matanya, dengan boneka yang sudah termutilasi ada di genggaman tangannya. Keheningan itu membuat Kouichi merasa tidak enak, kemudian diam-diam Ia melihat ke arah anak itu, dan tanpa sengaja Ia melihat lambing YK yang tersemat di seragam anak perempuan itu.

Mereka sudah di lantai 3. Keheningan yang mencekam itu masih terus berlanjut. Akhirnya Kouichi memutuskan mengajak bicara anak perempuan itu.

“Apa kau… murid dari Yomikita?”

Lama perempuan itu tidak merespon. Kemudian Ia mengangguk.

“Apa ada perlu dilantai bawah?” tanya Kouichi yang melihat lift terus saja turun.

“Ya.” Jawab perempuan itu.

“Tapi, di lantai bawah kan…”

“Ada yang harus kuantarkan.” Ucap perempuan itu. “Dia menungguku disana… separuh diriku yang malang…”

Pintu lift terbuka, lantai 2 bawah tanah. Perempuan itu keluar perlahan dan berjalan menuju ruang yang dinaungi kegelapan… Kouichi hanya dapat memperhatikan gadis itu keluar…

“Tunggu, nona…” panggil Kouichi, dan perempuan itu terdiam. “Siapa namamu? Boleh aku tahu?”
Perempuan itu diam. Sangat lama. Lalu akhirnya Ia menjawab,

“Mei. Misaki Mei.” Kemudian berjalan lagi dan menghilang dalam kegelapan.

Kemudian Kouichi melihat sebuah pemberitahuan tempat yang menempel di dinding,
“Ruang Operasional – Ruang Pemanas Air – Kamar Mayat” dan pemberitahuan itu menunjuk ke arah tempat yang di tuju gadis itu.

Selanjutnya: Another episode 1 bagian 2
http://esti-widhayang.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar