Laman

Jumat, 14 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 7 bagian 2



“Bagaimana jika kita melihat kantin dan koperasi sekolah?” tanya Shido pada Kurumi.

“Baik.”

Di belakang mereka berdua, Tohka dan Tobiichi sedang mengintai mereka.
“Uh, apa sih yang gadis itu lakukan~~?!” ucap Tohka.
“Aku tidak mau ada gadis lain yang menggoda dia!” ucap Tobiichi.

Shido mengajak Kurumi melihat daftar menu di kantin, “Menu yang paling popular disini adalah roti yakisoba. Itulah pilihan yang sering dipilih orang-orang.”

“Begitu?”

“Tapi kalau aku, aku akan memilih yang ini.” Shido menunjuk salah satu nama makanan di daftar menu. “Roti Durian. Jangan lupa menggosok gigi setelah makan!”

“Begitu?”

“…Tunggu, apa kau memperhatikan— uwaa!!” Shido terkejut karena ketika Ia berbalik wajah Kurumi sangat dekat dengannya.

“Ara ara…” ucap Kurumi.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Shido.

“Aku benar-benar minta maaf,” Kurumi tersenyum. “Aku tertarik dengan wajah Shido-kun.”

“Eh? Tertarik?”

“Seharusnya kan kau yang menggodanya…” ucap Kotori.
“Ma-maaf…” bisik Shido.

“Kita belum pernah berhadapan dengan Spirit seperti ini sebelumnya.” Ucap Reine pada Kotori.

“Kau harus mengumpulkan data tentang dia sebanyak-banyaknya.” Ucap Kotori pada Shido. Ia lalu mencari beberapa pilihan untuk menjadi awal percakapan di komputer, “Ah, ada beberapa pilihan.”

-Apa maksudmu kau berkata kau ini seorang Spirit?
-Kurumi, sebelumnya kau pernah bersekolah dimana?
-Kurumi, pantsu warna apa yang kau pakai hari ini?

note: pantsu itu [maaf sebesar-besarnya] = cel*n* d*l*m

“Kita pilih pilihan ketiga.” Ucap asisten komandan, Kannazuki tanpa pikir panjang lagi.

“Alasannya?” tanya Kotori.

“Panties overblack panty those are one of mankind’s treasure.”

Kotori menjentikkan jarinya dan dua orang bertubuh besar langsung menyeret asistennya itu keluar.

“Komandan~ kumohon! Kumohon! Kabulkanlah~!!”

Kotori menarik nafas, “Heh…” Ia lalu melihat ke monitor dan memperhatikan lagi pilihan nomor 3. “Kurumi, pantsu warna apa yang kau pakai hari ini? Kenapa bisa ada pilihan ini?”

“Ma..mah, Kurumi, pantsu warna apa yang kau pakai hari ini?” tanya Shido yang mengira itu adalah pilihannya. Rupanya Kotori lupa menekan tombol off untuk “on air”-nya.

Kurumi masih tidak berubah ekspresi. “Pantsu…?”

“Baka! Jangan mengatakan hal seperti itu!” ucap Kotori. “Kita seharusnya menanyakan hal-hal tentang Spirit! Ya ampu! Cepat perbaiki!”

“Apa? Seharusnya kau katakan sejak tadi…” ucap Shido.

“Apa kau ingin melihatnya?” Kurumi tersenyum licik. “Aku tidak keberatan memperlihatkannya padamu, Shido.”

“He-hentikan!!” ucap Shido yang sudah ngos-ngosan. Jantungngya seperti mau copot. “Lu-lupakan tentang hal yang tadi…”

“Kau malu, ya?”

“Um…” wajah Shido memerah. “Apa maksudmu berkata kalau kau ini adalah seorang Spirit?”

“Jangan berpura-pura.” Ucap Kurumi. “Aku tahu kau sudah tahu banyak tentang Spirit, Shido-san…”

Kotori dan Shido sama-sama terkejut mendengar ucapan Kurumi.
“Ke-kenapa kau bisa tahu tentangku?” tanya Shido.

“Itu rahasia.” Ucap Kurumi. “Saat ini, hanya ada satu hal yang dapat kukatakan padamu… aku punya rasa yang spesial pada Shido-san saat pertama kali aku menemukanmu.” Kurumi mendekati Shido perlahan, “Maka dari itu, menghabiskan waktu bersamamu membuatku sangat senang.”

“Ne, Shido-san…” Kurumi memegang tangan Shido. “Aku punya permintaan. Maukah kau mendengarkannya?”

Wajah Shido memerah, Ia seolah terhipnotis. “Ba-baikah…”

 Sebelum Kurumi sempat mengucapkan apa permintaannya, lemari di dekat Shido dan Kurumi berguncang, lalu dari lemari itu keluarlah Tohka dan Tobiichi. Bukan, bukan keluar, tepatnya jatuh.

“T-Tohka!? Origami!?”

“Ara ara… apa yang kalian berdua lakukan?” tanya Kurumi.

“Ha-harusnya aku yang menanyakan itu!” ucap Tohka.
“Jangan berpegangan tangan di sekolah.” Ucap Tobiichi. “Cepat lepaskan.”

Bukannya melepaskan tangan Shido, Kurumi menggenggamnya semakin erat, “Sebenarnya aku ini mengidap anemia dan sering pingsan. Karena kebaikannya, Shido akan meminjamkan tangannya padaku.”

Tobiichi lalu berpura-pura terjatuh, “Aku juga anemia..” ucapnya.

“Alasan yang tak masuk akal, kalian berdua!” ucap Tohka. Ia terdiam sebentar, tak berapa lama Ia mulai bergoyang-goyang, “Shido, sebenarnya aku juga kadang terkena anemia.”

“Ho, begitu?”

“Ya… p*ntatku suka bergoyang-goyang!” ucap Tohka yang tidak mengerti apa maksud dari anemia sebenarnya.

“Bukan hal itu yang sedang mereka bicarakan!” ucap Shido.

Di belakang Shido ternyata ada tiga murid tukang gossip yang mungkin kalian semua sudah mengetahui(?)nya.

“Wah, lihat mereka!”
“Tangan Itsuka bahkan dipegang oleh murid pindahan itu?! Dia playboy!”
“Menjijikkan~”




Hari sudah mulai malam, dan matahari juga sudah mulai terbenam. Shido sudah selesai dengan misinya mengantar Kurumi berkelilig dan sekarang mereka sudah bersiap pulang.

“Aku sangat senang untuk hari ibi, Shido-san.” Kurumi membungkuk. Ia lalu berjalan ke arah Shido dan berbisik, “Meski aku berharap bisa berdua saja denganmu.”

“Ahaha…” Shido tertawa nista.

“Baiklah, aku pulang dulu.” Ucap Kurumi dan pergi.

Shido dan Tohka masih berada di depan gerbang sekolah. Tohka memeluk tangan Shido seakan takut kehilangan.
“Tohka dan Origami sudah menyelamatkanku hari ini…” pikir Shido. “Entah apa yang akan terjadi jika aku berdua saja dengannya…”

“Are? Origami kemana?” tanya Shido pada Tohka.

“Aku juga tidak tahu.” Sahut Tohka. “Tiba-tiba dia menghilang…”

“Naa…naa…naa….” Kurumi berjalan pulang sambil meloncat-loncat riang. Ia lalu menyadari sikapnya dan kembali berjalan normal. “Ah, tidak, tidak. Seharusnya aku lebih bersabar. Aku akan bersenang-sena—“

BUKK!! Kurumi menabrak seseorang yang sepertinya preman.

“Ara ara… maafkan aku, ya?” ucap Kurumi.

“Oi, tunggu, nona kecil. Kau sudah menabrakku, minta maaf saja tidak cukup!” dua orang teman preman itu datang dan mereka mengelilingi Kurumi.

“Si*lan, gadis ini manis juga!”

“Namamu siapa? Ayo kita jalan-jalan!”

“Ara ara…” Kurumi tersenyum licik. “Apa kakak-kakak ini ingin bermain denganku?”

“Bermain-main? Sial, dia frontal sekali!”

“Aku senang kau cepat mengerti!”

“Orang bisa melihat kita kalau disini.” Ucap Kurumi. “Sebelah sini.” Ia mengajak tiga preman itu memasuki gang kecil dan sempit serta gelap.

Lalu…

“GYAAAAAAA!!!” “To-Tolong!!” suara teriakan ketiga preman itu tidak terdengar lagi saat mobil melintas dan menutupi segalanya.
CRAAATTT!!!








Tidak ada komentar:

Posting Komentar