Laman

Jumat, 14 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 7 bagian 3


Darah berceceran dimana-mana. Ketiga orang preman itu sudah lenyap tak bersisa. Kurumi tersenyum licik,

“Terima kasih atas makanannya.” Ucapnya sambil menjilat bibir bagian luarnya.

Seseorang berteleportasi tepat ke depan Kurumi, “Sepertinya aku terlambat.” Ucap orang itu setelah melihat ceceran darah dimana-mana. Kurumi tersenyum melihat siapa yang datang.

“Ara ara, kau itu kan…”

“Kau sudah membuat kekacauan lagi, ya…” ucap Mana. “…Naitomere (Nightmare)…”


 




Shido dan Tohka turun dari bis, mereka baru saja habis pergi berbelanja untuk makan malam.

“Shido, apakah hari ini kita akan makan hamburger?” tanya Tohka.
“Aku juga mau!” ucap Kotori.

Shido tersenyum, “Aaah, hari ini akan buat apa, ya?” langkah Shido dan Tohka terhenti ketika melihat seorang perempuan di depan mereka. Mana.

“Seperti kata Tobiichi…Maksudku, yang nee-sama (kakak perempuan) katakan padaku…”

“Apakah kau mengenalnya?” tanya Shido pada Tohka.

“Tidak…” ucap Tohka.

Mana berjalan mendekati Shido dan tersenyum, “Kakak…”

“Kakak?”

“Kakak?”

“Kakak!!” Mana memeluk Shido.

“HEEE??!!”


“Oh, jadi sekarang kakak tinggal disini?” tanya Mana. Ia, Shido dan Tohka sudah berada di depan rumah Shido. Di dalam rumah Shido, Mana yang bertemu Kotori langsung menjabat tangan Kotori.

“Salam kenal! Apa kau anggota keluarga ini? Terima kasih sudah merawat kakakku selama ini!”

Kotori hanya tersenyum, sementara Shido membereskan barang-barang yang dibelinya tadi. Seolah tidak terjadi apa-apa di rumah itu.

“Mengejutkan sekali.” Ucap Tohka yang duduk di sofa. “Aku tidak tahu kalau Shido punya adik lain.”

“Bukan anak rahasia tapi adik rahasia? Hebat sekali!!” ucap Yoshinon. Yoshino dan bonekanya sedang duduk di sebelah Tohka.

“Katakan itu dengan benar.” Ucap Shido pada Yoshinon. “Ngomong-ngomong, kenapa kalian ada disini?”

“Ano… eto.. maaf.” Ucap Yoshino.

“Ah, tidak, tidak perlu minta maaf.” Ucap Shido.

“Tapi, sungguh, kalian mirip sekali!!” ucap Yoshinon setelah melihat persamaan dari Shido dan Mana.

“Tentu saja! Aku kan adiknya.” Ucap Mana.

“Itu sangat aneh.” Ucap Kotori. “Aku juga adiknya.”

“Eh…? Itu artinya…” ucap Mana. “Mungkinkah kau kakakku?”

“Tentu saja tidak!!” ucap Kotori. “Shido sebenarnya di adopsi oleh keluarga Itsuka. Kami tidak ada hubungan darah.”

“Begitu, ya, jadi seperti itu hubungan kalian…” ucap Mana.

“Um… Mana, aku boleh bertanya?”

“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan, kakak?”

“Hmph!” Kotori agak kesal mendengar Mana yang terus saja memanggil Shido dengan sebutan kakak.

“Itu… maaf, sebenarnya aku tidak ingat apapun tentangmu.” Ucap Shido.

Ekspresi Mana biasa saja, “Itu wajar.” Ucapnya. “Sebenarnya, aku juga tidak punya ingatan apapun tentang masa laluku.”

“HAH?!” semua orang di ruangan itu terkejut.

“Apa maksudmu? Sejauh apa yang kau katakan masa lalu itu?” tanya Kotori.

“Aku hanya ingat beberapa tahun yang lalu saja.” Ucap Mana. “Hanya itu.”

“Lalu… apakah kau juga tidak mengingat tentang ibu?” tanya Shido.

“Aku tidak ingat.”

“Lalu mengapa kau berkata bahwa Shido adalah kakakmu?!” tanya Kotori.

Mana lalu mengeluarkan benda semacam liontin yang didalamnya terdapat foto dua orang anak kecil, adik dan kakak, yang sangat mirip.

 
“Apa itu aku?” tanya Shido.

“Bukankah itu hanya anak laki-laki yang kebetulan mirip dengannya?!” ucap Kotori.

“Tidak, kakak adalah kakak!” ucap Mana. “Aku memang hanya mengingat sedikit, tapi aku ingat kalau kakak dipindahkan ke suatu tempat. Aku kesepian, disisi lain aku juga mengkhawatirkannya. Makanya, karena sekarang aku sudah tahu kalau kakak hidup bahagia, aku… aku… kakak!!” Mana memeluk Shido.



Kotori yang semakin kesal berdiri dan berniat menendang Mana, namun yang kena justru Shido. “Menyingkir dari kakakku!!”

“Uhuk!”

“Apa yang kau lakukan!?” tanya Mana.

“Kenapa kau menendangku?!”

“Shido, kau adalah keluargaku! Tidak akan kubiarkan dia mengambilmu lagi!!” ucap Kotori.

“Aku tidak berniat merebutnya.” Mana tersenyum.

“Eh?”

“Selama aku bisa melihat kakak bahagia, itu sudah lebih dari cukup.” Ucap Mana. “Sepertinya dia juga punya adik yang manis, jadi kurasa tidak apa-apa.”

“Oh, ba-baguslah kau bisa berpikiran jernih.” Ucap Kotori.

“Yah, tapi tentu saja tetap tidak sebanding dengan adik yang asli!” ucap Mana.

JLEBB.
“Oh? Benarkah?”

“Ya.” Ucap Mana sambil tersenyum tak berdosa. “Sudah jelas, bukan? Kau tidak akan bisa sedekat orang yang memiliki hubungan darah.”

Shido yang berada di belakang arena pertempuran sepertinya mulai merasa tidak enak.

“Tapi, pepatah mengatakan lebih baik memiliki tetangga yang dekat daripada kakak yang jauh.” Ucap Kotori.

JLEBB.
Ekspresi Mana akhirnya berubah tajam. Ia berjalan mendekati Kotori, “Tidak, tidak, adik tiri itu aneh. Lebih pantas disebut adik imitasi.” Ucapnya. “Adik yang asli memiliki darah daging yang sama.”

“Mengapa kau terus mengungkit hal itu?” ucap Kotori mulai kesal.

“Asli dan imitasi? Apa maksudnya?” Tohka bertanya-tanya.

“Mungkin sejenis makanan?” ucap Yoshino.

“Ding-dong! Ding-dong! Jika disatukan rasanya pasti enak sekali.” Ucap Yoshinon.

“Oh! Aku ingin mencobanya!” ucap Tohka yang langsung berseri-seri. “Shido! Bawakan aku semangkok ya!!”

“Apa kau menyuruhku menjadi kriminal?” tanya Shido yan dikira menyuruh memotong-motong kedua adiknya dan memasukkannya ke dalam mangkok.

“Kenapa hubungan darah penting sekali? Sesama saudara tidak boleh saling menikah!” ucap Kotori.

“He?” Shido dan Tohka sama-sama terkejut mendengar itu. Wajah Kotori memerah. Ia memukul meja,

“Bagaimanapun juga, aku adiknya sekarang!” ucap Kotori.

“Kau tidak bisa menang melawanku yang adik kandungnya!”

“Ini tidak ada hubungannya.”

“M-Mah, kalian tenanglah..” ucap Shido.

“Shido, kau pilih siapa?” tanya Kotori.
“Adik kandung atau adik tiri?” sambung Mana.

“E-Eh?? Oh iya, Mana, kau tinggal dimana sekarang?” tanya Shido mengalihkan topik pembicaraan.

“Eh?”

“Akan lebih baik kalau aku bisa bertemu dengan orang yang sudah merawatmu.” Ucap Shido.

“Kalau itu… tidak semudah itu.,.” ucap Mana.

“Apa itu tempat yang tidak bisa kau ceritakan?” tanya Kotori.

“Bukan begitu, tapi…” Mana memainkan kedua telunjuknya. “Bisa dibilang itu tempat kerja khusus yang ada asrama di dalamnya…” Mana sepertinya tidak ingin mengatakan pada kakaknya bahwa Ia seorang anggota TAR. Mungkin Ia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.

“Tempat kerja?” tanya Shido. “Kau sudah bekerja?”

“Tidak, bukan itu maksudku…” Mana membuka pintu dan keluar rumah. “Sampai jumpa lagi!”

“Eh? Tungg— ah… apa-apaan itu tadi…” ucap Shido.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar