Laman

Sabtu, 22 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 8 bagian 1




Di suatu pagi yang cerah, di tempat loker sepatu sekolah, Shido menemui Kurumi dan membicarakan sesuatu dengannya.

“Besok?” tanya Kurumi.

“Ya, aku ingin mengajakmu berkeliling kota jika kau tidak sibuk.” Ucap Shido.

“Jadi kau…” ucap Kurumi. “Mengajakku berkencan?”

“Mah… bisa dibilang begitu… apa kau mau?”

“Tentu saja.”

“Kalau begitu, besok jam 10:30 kita bertemu di depan loket tiket stasiun Tenguu, ya?”

“Baiklah, aku sudah tidak sabar menantikannya!!” Kurumi membungkuk lalu pergi. Shido hanya terdiam melihat sosok Kurumi menjauh. Ia teringat perintah yang ditugaskan padanya.

“Takamiya Mana sudah membunuh Tokisaki Kurumi, tapi kami masih tidak tahu kenapa dia masih hidup.” Ucap Reine waktu itu.

“Tapi selama dia masih ada, kita akan tetap akan menjalankan rencana kita.” Ucap Kotori waktu itu. “Besok kau akan libur perayaan ulang tahun sekolah. Ajaklah Kurumi untuk berkencan!”

“Meski kau tahu apa yang akan terjadi?” tanya Shido.

“Justru karena kita sudah tahu apa yang akan terjadi…” ucap Kotori. “Tidak ada jaminan dia akan hidup kembali.”

“Kabar masih hidupnya Tokisaki Kurumi pasti akan terdengar ke telinga TAR melalui Tobiichi Origami.” Ucap Reine. “Tentu saja, Takamiya Mana pasti juga akan mendengar hal itu.”

“Aku mengerti. Aku akan mencobanya.” Ucap Shido waktu itu. “Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku.” Ucapnya saat ini.

“Apa yang barusan kau katakan?” tanya Tobiichi yang tiba-tiba sudah ada di belakang Shido.

“U-uwaaaa!!!??” Shido terkejut.

Ada banyak kencan. Berkencan dengan satu gadis dan satu gadis lain di waktu yang sama mungkin serasa bagai di surga. Namun, bagaimana ketika semuanya tidak berjalan sesuai keinginan?



Tobiichi yang ada di belakang Shido mendekati Shido dan menyudutkannya ke lemari loker sepatu. “Aku tanya sekali lagi.” Ucap Tobiichi. “Apa yang tadi kau katakan pada Tokisaki Kurumi?”

“Ti-tidak, bukan apa-apa, sungguh…”

“Jawabanmu sangat menentukan...”

“Ma-Maaf…” ucap Shido. “Tapi Tohka sudah menungguku. Sampai jumpa!” Shido lalu pergi meninggalkan Tobiichi.

Tobiichi diam menunduk. Ia teringat kejadian saat Ia ditahan oleh tangan-tangan putih Kurumi, waktu itu Kurumi mendekatinya dan menjilat tangannya sendiri,

“Origami-san, aku juga ingin memakanmu.” Ucap Kurumi waktu itu. “Kau terlihat nikmat sekali… tapi…” Ia tersenyum licik. “Kita akan bersenang-senang nanti. Aku akan mengurusmu setelah aku mendapatkan Shido.”

SHHUUU!! Kurumi langsung menghilang tepat setelah mengatakan itu. Tobiichi memegang lehernya, teringat akan cekikan tangan-tangan putih Kurumi waktu itu.

“Shido…” ucap Tobiichi.


Shido dan Tohka pulang dari suatu tempat bersama, nampaknya mereka baru saja berbelanja sesuatu. Hari juga sudah mulai nampak gelap.

“Tohka, maafkan aku karena tidak menemanimu makan siang hari ini.” Ucap Shido. “Apa kau menyukai makan siangmu?”

“U-um…” ucap Tohka. Ia teringat sesuatu yang terjadi saat Shido tidak bersamanya di jam makan siang…

Waktu itu Tohka hanya dapat meratapi kotak bekal makan siangnya yang tidak dapat dibukanya bersama Shido. “Shido…” ucap Tohka dan mulai menangis. Saat itulah tiga orang tukang gossip(?) masuk ke kelas dan melihat Tohka.

“Aku berhasil mendapatkan tiket ini, tapi karena hanya dua, kita tidak bisa memakainya.” Ucap yang rambut kuning. “Bagaimana kalau biaya satu tiket kita bagi tiga?... are? Tohka-chan?”

“Kau belum memakan bekal makan siangmu?” tanya yang rambut coklat. Tohka mulai menangis. “Are? Ada apa?”

“Apa ada yang berbuat jahat padamu?” tanya yang rambut kuning.

Tohka menggeleng, “Shido belum kembali…” ucapnya. “Aku juga merasa tidak banyak bicara dengan Shido hari ini. Tiba-tiba saja, air mata ini…”

Tiga orang tukang gossip itu tidak tahan melihat Tohka seperti itu, dan mereka memeluknya.
“Sudah cukup!”
“Aku tidak percaya Itsuka-kun tega mengecewakan gadis sepolos ini!!”
“Menjijikan~!”

“Tidak, Shido tidak salah.” Ucap Tohka.

Yang rambut kuning menempelkan jarinya pada bibir Tohka, “Kami tahu apa yang harus dilakukan…” ucapnya. “Biarkan kami membantumu.” Ia menunjukkan dua tiket di tangannya pada Tohka.

Kembali ke saat ini, entah apa yang Tohka sudah rencanakan dengan dua tiket itu, namun Ia sudah meneguhkan hatinya. Ketika sampai di rumah, Ia mengunci pintu dan menutup gorden agar apa yang Ia akan lakukan berjalan lancar.

“Eh? Makan malam masih agak lama.” Ucap Shido setelah melihat tingkah aneh Tohka. “Apa kau mau kembali ke kamarmu?”

“…” Tohka hanya diam saja. Karena khawatir, Shido mendekatinya.

“Oi… Tohka?”

Kemudian, entah setan mana yang merasuki Tohka, Ia membuka dasinya perlahan serta kerah bajunya. Singkat cerita [karena saya tidak mau menjelaskan adegan ini], Tohka berniat meminta Shido agar menerima tiket yang akan diberikannya. Tohka menggunakan cara menggoda yang diajarkan oleh si trio tukang gossip.

Setelah berhasil memberi tiket itu, Tohka masuk ke kamarnya dan berkata, “Jangan sampai lupa, ya!!” dengan suara yang terdengar riang. Tak berapa lama, handphone Shido berbunyi, ada sebuah panggilan masuk.

“Origami…?” Shido membaca nama si pemanggil. “Halo, Origami, ada apa?”

“Sebaiknya kau tidak sendirian.” Ucap Tobiichi langsung ke intinya.

“He?”

“Besok jam 11, aku akan menunggumu di air mancur dekat Plaza stasiun Tenguu.” Ucap Tobiichi.

“Tungg—“

“Kau harus datang.” Potong Tobiichi dan langsung memutuskan telepon.


Pada akhirnya, di hari yang sama, Shido sudah mempunyai 3 kencan yang akan dilakukan. Dengan Kurumi, Tohka, dan Tobiichi. Orang-orang di Fraxinus tentunya sudah siap menolong Shido.

“Test, test. Bisakah kau mendengarku?” tanya Kotori yang sedang mengetest microphone yang menghubungkan Fraxinus dengan Shido. “Kau dengan serakah telah membuat 3 janji kencan dalam sehari, kau pasti memiliki semangat yang tinggi!”

“Bukankah kau yang memintaku agar tidak membuat mereka kecewa?!” ucap Shido.

“Jika kau mengingkari janji,” ucap Kotori. “Kau akan kehilangan Tohka, dan Tobiichi Origami mungkin akan mencurigaimu.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar