Laman

Jumat, 26 April 2013

Versi Teks Naruto Shippuuden The Movie 6: Road to Ninja bagian 3


“Entahlah.” Ucap Naruto.

“Ini ramennya!” kata si pemilik Ichiraku sambil menyodorkan dua porsi besar ramen. “Naruto memesan ramen kedelai babi, kan?”

Naruto memperhatikan ramen itu, ada sesuatu yang kurang.

“Pak, disini tidak ada kue ikan naruto (yang bentuknya spiral itu).” Ucap Naruto.

“Maaf, aku kehabisan.” Ucap si pemilik Ichiraku. “Tapi, aku sudah menambahkan banyak kelezatan menma (bagian dari ramen juga).”

Naruto melirik papan menu di depan Ichiraku Ramen Bar, dan disana memang tertulis “kue ikan naruto habis.”

Naruto berdiri dan menggebrak meja, entah kenapa Ia begitu kesal, “Aku benci menma! Aku tidak tahu apa itu menma! Aku bahkan tidak bisa mengunyahnya!”

“Menma dibuat dari bambu kering, wajar saja kalau keras dan kasar.” Ucap sang pemiliki Ichiraku.

“Kaulah yang kasar…” ucap Naruto.

Iruka menggebrak meja dan memegang pundak Naruto, “Kenapa kau begitu memilih-milih?!”

“Ooeeii… jangan bertengkar disini…” ucap sang pemilik Ichiraku dan Iruka pun mendorong tangannya yang memegang Naruto.

“Ramen tanpa kue ikan naruto bukanlah ramen!” ucap Naruto lalu mengeluarkan beberapa uang receh dari kantongnya dan menggebrakkannya ke meja, “Kuso!!” Ia lalu berlari ke luar dari bar itu.

“Hei, tunggu, Naruto!” panggil Iruka namun Naruto tidak memperdulikan.

“Pemuda itu… aku tidak tahu Ia begitu membenci menma…” ucap sang pemilik Ichiraku yang tidak mengerti pergolakan apa yang terjadi di batin Naruto.

“…” Iruka hanya diam saja dan kembali duduk.

Pemilik Ichiraku itu lalu melihat ke uang yang di gebrakkan Naruto, “Eh? Uangnya tidak cukup…”


Naruto berjalan melewati perumahan diantara gelapnya malam, “Iruka-sensei… dia bahkan tidak mengerti pemikiran orang lain…” ucapnya. Lalu tanpa sengaja Ia melewati rumah Sakura. Terdengar ada pertengkaran yang cukup keras disana.

“Kenapa kau selalu menentang!?” terdengar suara ibu Sakura.

“Berhentilah ikut campur dalam segala hal…” terdengar suara Sakura menyahut. “…Aku bukan anak-anak lagi!”

Sakura memakai sepatunya dan melangkah keluar dari rumah,

“Kau mau kemana!?” tanya ibu Sakura. Langkah Sakura terhenti. Ia memperhatikan fotonya dengan seragam Chuunin dan diapit oleh kedua orang tuanya. “Ibu belum selesai bicara!”

“Ini hidupku, jadi berhentilah ikut campur.” Ucap Sakura lalu membuka pintu dan melangkah keluar. Ketika keluar dari pintu(?), Sakura bertemu dengan Naruto.

“Eee?” Sakura terkejut melihat Naruto disana.

“Ada masalah apa?” tanya Naruto.

Terdengar suara ibu Sakura membuka pintu, “Sakura, berhenti!” lalu Sakura menarik tangan Naruto dan mengajaknya menjauh dari tempat itu dan dari ibunya.

“Ayo ikut aku!” ucap Sakura menggenggam tangan Naruto dengan kekuatan penuh(?). “Aku akan berkencan denganmu, jadi ikuti aku!”

“Sa-sa-sakitt…. Aku senang akan hal itu tapi tidak seperti ini…” ucap Naruto meringis.

“Urusaii naaa!!!” ucap Sakura dan menjewer telinga laki-laki berambut jabrik itu.

“AA… sa-sakitt… Kau sedang melampiaskan kemarahanmu padaku, ini bukanlah kencan! Hei Sakura, lepaskan… itu sakit… sakit…”

Naruto dan Sakura duduk di ayunan di sebuah taman bermain. Nampaknya Sakura sudah sedikit lebih tenang.

“Ibumu akan mencarimu…” ucap Naruto. “Kau pikir baik-baik saja kau akan berada disini?”

“Biarkan saja dia sendrian!” ucap Sakura. “Ini sudah biasa… dia selalu ikut campur setiap apa yang kulakukan. Dia tidak akan puas sampai semuanya berjalan sesuai keinginannya. Ayahku juga sama. Bagaimana perasaannya kalau berada di posisiku?! Dia melakukan semua yang ibu katakan. Dia seorang Genin yang bahkan tidak memiliki kesempatan menjadi Jounin…”

Mendengar itu ekspresi Naruto mulai berubah.

“Aku ingin dia melakukan sesuatu untukku…” lanjut Sakura.

“Hei…” ucap Naruto.

“Aku harap aku bisa menghormati orang tuaku seperti yang lain… aku malu memanggil mereka orang tua.”

Naruto meremas pegangan ayunannya, “Sakura, bukankah kau bicara terlalu kasar!?”

Sakura melompat dari ayunannya, “Apa? Jadi kau di pihak orang tuaku?”

Naruo berdiri dan membantah, “Apa maksudmu di pihak orang tua-mu? Aku hanya—“

“Aaaah, dari semua orang yang ada, kenapa harus kau, Naruto, yang ada disini?” potong Sakura. “Jika Sasuke yang ada disini, dia pasti akan mengerti aku…”

“Apa?”

Tiba-tiba sesuatu bereaksi di kaki Naruto, nampak seperti sebuah segel. Nampaknya seseorang pernah menandai kaki Naruto, mungkinkah saat melawan tangan Kakuzu waktu itu?

“Eh?” Naruto bingung melihat segel itu, lalu tiba-tiba seseorang hadir disana.

“Lama tak jumpa, Uzumaki Naruto.” Ucap sang pria bertopeng (power rangers?).

“Kau… Madara!!” ucap Naruto yang tidak tahu kalau dikelanjutan komik Masashi Kishimoto Tobi itu adalah Obito , bukan Madara. Mungkin dia telat bacanya atau di Konoha belum update #PLAK. Naruto membentuk kagebunshin yang membantunya membuat rasengan sambil Ia berlari mendekati Tobi.

“Rasengaaann!!!” ucapnya namun percuma saja, Ia beserta rasengannya hanya menembus tubuh Tobi.

“Kau masih saja sama.” Ucap Tobi.

“Kuuusssooooo!!!!” ucap Sakura datang dari atas dengan kekuatan supernya dan berniat menendang Tobi. Percuma.

“Jangan berpikir bisa membuat kekacauan di desa ini.” Ucap Sakura.

“Ini sedikit diluar dugaanku, tapi tak masalah.” Ucap Tobi. Ia lalu mengeluarkan sebuah bola kristal dan melemparkannya tepat di atas Naruto dan Sakura.

Bola kristal itu tepat berada di bawah gambaran bulan dan seolah melingkup bulan itu dengan kaca merahnya, lalu seakan berubah menjadi sharingan.

Bola itu lalu bersinar sangat terang sampai Naruto dan Sakura tidak mampu melihat apa-apa.

“A-apa yang kau lakukan?” tanya Naruto dan detik berikutnya cahaya silau itu sudah memutihkan semuanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar