Questions for Dhira © Dhwati Esti Widhayang
Part 1 "Awal Perubahan"
Tokoh: Dhira, Esti, Yota dan tokoh-tokoh gaje ciptaanku.
Genre: Romantis, misteri, persahabatan, dan sedikit bumbu gaje dari penulis.
Alur: cepat dan maju-mundur.
WARNING!!: Saat membaca, mungkin anda akan merasa ngantuk, heran, penasaran, dan bosan. Tapi berjuang sampai akhir, ya :) dan tinggalkan review.
Kami bertiga adalah sahabat karib. Ya, setidaknya begitulah bagiku. Kami adalah Aku, Yota, dan Esti.
"Dhira-san!" panggil
"Ah, cepatlah~" ucap Yota, sahabat laki-lakiku. Mereka berdua sedang menungguku untuk berangkat sekolah bersama-sama.
"se-sebentar..." buru-buru aku memasang kaos kaki dan memakai sepatu. "Ibu, aku akan berangkat."
Ibu datang dari arah dapur, membawakan aku sekotak bekal nasi goreng dan selembar uang saku lantas memasukkannya ke dalam tas sekolahku. Mukaku merah padam.
"prfffh" sembur Yota, membuatku semakin malu. Walaupun umurku baru saja 7 tahun, tapi pikiranku dewasa. Bekal terlalu kekanak-kanakkan bagiku.
"Aku berangkat, bu!" seruku, berlari mendahului Yota dan Esti. Ibu hanya tersenyum. "Yang duluan sampai orang hebat!" aku mengultimatum.
"Cih, ibumu akan bangga" celetuk Yota yang sudah nampak ngos-ngosan.
"Dhira-san!! Tunggu kami, hosh hosh" pinta Esti.
Begitulah setiap harinya. Kami selalu berangkat sekolah, bermain, pulang dan melakukan apa saja secara bersama-sama. Begitu dekat dan akrab. Hubungan yang dapat menghangatkan kebekuan dalam jiwamu;persahabatan. Kami bahkan sudah pernah bermain perang-perangan yang kemudian diselingi dengan bermain boneka--ini keinginan Esti. Ia satu-satunya perempuan. Jadi kami (Aku dan Yota) hanya berperan sebagai monster yang menculik berbie atau prinses atau apalah namanya. Persahabatan kami mengikat sebuah tali persaudaraan. Tiada jarak dan waktu.
Tapi semua berubah ketika Negara Api menyerang #eh?. Kami semakin besar dan dewasa. Tugas lebih banyak menumpuk daripada sebelumnya, mengurangi waktu bermain kami yang berharga. Kami juga harus belajar untuk menghadapi ujian. Sebentar lagi kami akan memasuki masa SMP. Pasti menyenangkan, bukan? Kami bukan anak-anak lagi. Namun jarak diantara kami juga semakin terlihat. Aku juga mulai menjauhi Esti, karna aku mulai sadar, bahwa dia perempuan. Seolah ada dinding norma yang berkata bahwa ini tidak sesuai .
Lalu, hari itu tiba. Hari upacara penyambutan murid baru. Hatiku berdegup gembira.
"Aku akan mendapatkan teman baru," pikirku mulai menghayal. "Tapi, tunggu! Seperti apa teman baru itu? Mungkinkah ... Mereka sudi berteman denganku?".
"Na-na-naniiii!!???"
Segera aku berlari ke kamar mandi, menggosok gigi dan membasahi rambutku, segera memakai seragam baruku dan menyeret tas sekolahku ke meja makan. "Aku berangkat," ucapku sambil meraup sepotong roti dan menjepitnya di sela-sela gigiku, kemudian berlari pergi.
"Dhira! Kamu tidak sarapan, nak?" tanya Ibu. Tapi aku pura-pura tidak memperdulikan. Cepat-cepat aku berlari agar tidak terlambat.
Dan, malangnya aku. Belum setengah jalan menuju sekolah, hujan sudah menemani lariku.
"Ayolah, hanya tinggal melewati terowongan ini~" gumamku, berlari menuju ke terowongan gelap yang melengkung anggun di depanku. Memang, setelah melewati terowongan ini akan bert...
emu
dengan pengkolan curam, berjalan sedikit lebih jauh lagi, dan sampailah aku.
Tapi karna hujan masih menderu, aku berteduh sebentar di terowongan itu. Dan,
hebatnya, hujan tiba-tiba saja berhenti. NICE!. Aku berniat melanjutkan
perjalanan, tapi... Apa itu? Perasaan diikuti seseorang menyeruak di benakku.
Ku tengok ke belakang dari sudut mataku, tidak ada siapa-siapa. Apa mungkin
hanya perasaanku saja?
Angin berhembus memasuki terowongan, melewati telingaku, tapi aku tidak merasakan apa-apa. Badanku beku. Dingin.
"A..Apa yang ...!!??"
Sekelebat cahaya melintas di depanku, tidak, menuju cahaya itu menuju kepadaku. Silau. Cahaya...lampu?
TEET TEETT TETT!! Bunya klakson bus kuning itu menembus keheningan dalam terowongan.
"eh?" ada apa ini? Apa yang.. Tidak! Tidak ada waktu untuk bepikir!! Aku harus...ber..bergerak!! Aku berusaha walaupun tubuhku sangat kaku. Akhirnya aku benar-benar bergerak, menghindar dari tabrakan maut bus itu. Sopir bus itu turun dan memakiku habis-habisan.
"ma..maafkan aku," pintaku. Apa yang terjadi padaku? Apa yang kulakukan? Kenapa tiba-tiba saja aku...
Aku merasa shock. Pikiranku kosong, dan jantungku tidak bisa di ajak kompromi; berdegup dengan kencangnya tanpa henti.
"kali ini aku memaafkanmu, nak" ucap supir bus itu dengan ekspresi lembut dan ramah. "tapi jangan salahkan aku jika kali kedua kamu sudah menjadi daging cincang" ancam supir bus itu.
"seragammu itu, anak SMP XX ,kan ?
Apa yang kamu lakukan disini? Kebetulan jalurku searah, mau menumpang?"
Tentu saja aku tidak melewatkan ajakan itu. Lututku lemas dan kurasa aku tidak sanggup berjalan lagi. Aku menaiki bus itu, dan, wow! Sepertinya aku penumpang pertama.
"sepi sekali, ya?" gumamku, lebih kepada diri sendiri. Namun supir bus itu tidak menjawab. Ia terlihat mengalami kejang-kejang mendadak. Dari bangku penumpang samar-samar kulihat ekspresi supir itu berubah. DEG!!!. Ku lirik ke kaca spion, dan kaca itu memantulkan gambaran senyum licik yang tertoreh di wajah supir itu.
"eh..."
Angin berhembus memasuki terowongan, melewati telingaku, tapi aku tidak merasakan apa-apa. Badanku beku. Dingin.
"A..Apa yang ...!!??"
Sekelebat cahaya melintas di depanku, tidak, menuju cahaya itu menuju kepadaku. Silau. Cahaya...lampu?
TEET TEETT TETT!! Bunya klakson bus kuning itu menembus keheningan dalam terowongan.
"eh?" ada apa ini? Apa yang.. Tidak! Tidak ada waktu untuk bepikir!! Aku harus...ber..bergerak!! Aku berusaha walaupun tubuhku sangat kaku. Akhirnya aku benar-benar bergerak, menghindar dari tabrakan maut bus itu. Sopir bus itu turun dan memakiku habis-habisan.
"ma..maafkan aku," pintaku. Apa yang terjadi padaku? Apa yang kulakukan? Kenapa tiba-tiba saja aku...
Aku merasa shock. Pikiranku kosong, dan jantungku tidak bisa di ajak kompromi; berdegup dengan kencangnya tanpa henti.
"kali ini aku memaafkanmu, nak" ucap supir bus itu dengan ekspresi lembut dan ramah. "tapi jangan salahkan aku jika kali kedua kamu sudah menjadi daging cincang" ancam supir bus itu.
"seragammu itu, anak SMP XX ,
Tentu saja aku tidak melewatkan ajakan itu. Lututku lemas dan kurasa aku tidak sanggup berjalan lagi. Aku menaiki bus itu, dan, wow! Sepertinya aku penumpang pertama.
"sepi sekali, ya?" gumamku, lebih kepada diri sendiri. Namun supir bus itu tidak menjawab. Ia terlihat mengalami kejang-kejang mendadak. Dari bangku penumpang samar-samar kulihat ekspresi supir itu berubah. DEG!!!. Ku lirik ke kaca spion, dan kaca itu memantulkan gambaran senyum licik yang tertoreh di wajah supir itu.
"eh..."
Supir bus itu menginjak pedal gas dan bus melesat dengan sangat cepat.
"Pelan-pelan, di depan terowongan ini ada pengkolan, kalau tidak pelan bisa masuk ju..."
Terlambat.
Bus itu menerobos pembatas dipengkolan, melayang-layang di udara, lalu tiba-tiba meluncur turun dengan cepat. Seluruh isi perutku terasa turun bersamanya. Aku akan mati. Wajahku menjadi pucat, meneteskan keringat dingin....
Aku
berpegangan melawan gravitasi. Supir bus itu melangkah ke arahku, seolah
tubuhnya tidak memiliki gravitasi sementara aku sendiri kesusahan berusaha
berpegangan dengan erat. Aku tidak punya waktu sesantai itu. Sekarang aku
benar-benar melihat senyum licik itu. Tapi, aku tidak yakin apa benar aku
melihat taring tajam di sela gigi lainnya. Lensa matanya berubah merah.
"Sebuah pertanyaan untukmu," ucap supir itu. "kamu mau mati sia-sia, tenang dan damai, atau hidup dengan kebencian dan kekuatan yang tak kau inginkan?"
"eh?" aku tidak punya waktu mencerna maksud dari pertanyaannya. Sebentar lagi aku dan bus ini akan menabrak daratan.
"Tidak bisa menjawab, ya? Sepertinya kau lemah. Baiklah, kubunuh saja kau.." ucap supir bus itu, mengangkat naik tangannya.
"Hi.. Hidup" pilihku. Dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Disinilah awal dari semua perubahan.
Part 1 –To Be Continued
Review/Comment please :) kalian pasti banyak yang heran ya? Tenang saja, di part 1 ini aku memang hanya menaruh semua prolognya. Jelek kah? Atau lanjut ke part 2? Aku membuatnya tadi malam sekitar pukul 10-12 malam, jadi banyak ke gaje an dan kesalahan.
WARNING!: sangat membutuhkan review, supaya chapter selanjutnya bisa lebih baik :)
"Sebuah pertanyaan untukmu," ucap supir itu. "kamu mau mati sia-sia, tenang dan damai, atau hidup dengan kebencian dan kekuatan yang tak kau inginkan?"
"eh?" aku tidak punya waktu mencerna maksud dari pertanyaannya. Sebentar lagi aku dan bus ini akan menabrak daratan.
"Tidak bisa menjawab, ya? Sepertinya kau lemah. Baiklah, kubunuh saja kau.." ucap supir bus itu, mengangkat naik tangannya.
"Hi.. Hidup" pilihku. Dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Disinilah awal dari semua perubahan.
Part 1 –To Be Continued
Review/Comment please :) kalian pasti banyak yang heran ya? Tenang saja, di part 1 ini aku memang hanya menaruh semua prolognya. Jelek kah? Atau lanjut ke part 2? Aku membuatnya tadi malam sekitar pukul 10-12 malam, jadi banyak ke gaje an dan kesalahan.
WARNING!: sangat membutuhkan review, supaya chapter selanjutnya bisa lebih baik :)
Scene: Dhira melamun, menengok ke arah jam dinding
Scene: Dhira berlari berangkat sekolah, menggigit sepotong roti
Scene: supir bus bertaring xD
Scene: Dhira's choice; "Life"
Thanks For Reading, RnR please ^^
Saran boleh?????.....gambarnya d buat lbh bagus.....
BalasHapusSori cuma saran.....