Sebelumnya: Road to Ninja bagian 4
“Apa ini artinya ada
orang-orang tertentu yang tidak berubah?” pikir Naruto.
“Tidak, tidak, lakukan seperti ini! Lakukan seperti ini!” ucap Neji yang sedang menggunakan byakugannya untuk mengintip perempuan di pemandian sebelah.
Di pemandian sebelah, terlihat Sakura dan Hinata sedang bertengkar.
“Sudah kukatakan, kami tidak punya hubungan spesial!” ucap Sakura pada Hinata.
“Pembohong! Aku tahu kau ada maksud pada Menma!” ucap Hinata. “Ah! Perasaan ini! Mungkinkah?” ternyata Hinata menyadari kalau dirinya sedang diintip Neji.
“Ah, dia menyadarinya.” Ucap Neji.
“Neji, si*lan kau! Aku akan membunuhmu!” ucap Hinata.
“Tidak, tidak, lakukan seperti ini! Lakukan seperti ini!” ucap Neji yang sedang menggunakan byakugannya untuk mengintip perempuan di pemandian sebelah.
Di pemandian sebelah, terlihat Sakura dan Hinata sedang bertengkar.
“Sudah kukatakan, kami tidak punya hubungan spesial!” ucap Sakura pada Hinata.
“Pembohong! Aku tahu kau ada maksud pada Menma!” ucap Hinata. “Ah! Perasaan ini! Mungkinkah?” ternyata Hinata menyadari kalau dirinya sedang diintip Neji.
“Ah, dia menyadarinya.” Ucap Neji.
“Neji, si*lan kau! Aku akan membunuhmu!” ucap Hinata.
BLLAAAARRRR!!! Tiba-tiba seseorang terjatuh dari atas langit ke ruang ganti perempuan, hingga menembus atap. Untungnya Ino yang ada di ruang ganti tidak terkena runtuhan.
“Kyaaaaaaaaaaaaaa” Ino berteriak.
“Ha? Apa yang terjadi?” tanya Naruto. Ternyata yang jatuh dari atas itu adalah Rock Lee.
“Kenapa Lee ada disini?” tanya Sakura yang sudah mengenakan pajama handuknya.
“Si*alan kau, Lee!” ucap Hinata sambil menarik leher baju Lee. “Kau bilang kau pergi berlatih, tapi kau sebenarnya mengintip?!”
“Bu-bukan begitu!” ucap Lee membantah. “Aku sedang dalam perjalanan pulang setelah berlatih, tapi aku tersangkut pada sesuatu, ini kecelakaan tak terduga!”
“Jadi, apa kau berlatih di atap pemandian?” tanya Tenten. Tenten yang disini terlihat sangat lusuh, banyak luka ditubuhnya dan juga bajunya yang dijahit disana-sini.
Hinata menarik baju Lee dan membuatnya berdri secara paksa, “Sebelum aku membunuh Neji, aku akan membunuhmu terlebih dahulu!”
“Hei, apa yang terjadi?” Naruto dan laki-laki yang lain datang. Seketika Ino berteriak saking malunya dan bersembunyi di belakang Sakura.
“Lee baru saja mengintip kami!” Ucap Tenten.
“Apa? Te-teme!” ucap Neji.
“Kau juga sama!” ucap Hinata pada Neji lalu Ia melepas pegangannya pada Neji dan menjambak mulut(?) Neji.
“Tu-tunggu, Hinata-sama…” ucap Neji pasrah. Karena sudah aman dari Hinata, Lee buru-buru berlari keluar dari tempat itu.
“Dia kabur!” ucap Hinata.
“Ayo tangkap dia!” ucap Tenten. Mereka semua pun ikut mengejar Lee kecuali Naruto dan Sakura yang masih diam.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Sakura.
“Sepertinya tingkah laku teman-teman kita berubah menjadi kebalikan dari biasanya.” Sahut Naruto.
“Semuanya?” tanya Sakura. “Sasuke juga?” tanyanya. Lalu Ia dan Naruto sama-sama memperhatikan sosok Sasuke yang juga tidak ikut mengejar Lee dan masih ada disana.
“Tidak, dia tidak berubah. Dia tetap seperti biasanya.” Ucap Naruto.
“Benarkah? Lalu apa Lee juga tidak berubah? Dia dituduh bersalah…”
“Sakura, ayo pergi!” ajak Naruto lalu Ia dan Sakura pun menyusul teman-teman yang lainnya untuk mengejar Lee.
“Kau pikir bisa kabur dari kami jika tidak menggunakan jutsu apapun?” mereka semua sudah mengelilingi Lee, nampak siap menjatuhkan pidana hukuman mati(?) pada si alis tebal itu.
“Aku sangat kecewa, Lee!” ucap Neji ikut-ikutan.
“Kau juga mengintip, bagaimana kau bisa berkata seperti itu!?” tanya Hinata yang sudah siap memukuli Neji.
“I-ini hanya salah paham, semuanya. Aku berlatih melompati atap dan aku terkait sesuatu…” ucap Lee sambil menunjukkan lengan baju sebelah kanannya yang nampak robek. “Itulah sebabnya aku jatuh ke kamar ganti perempuan.”
“Tidak ada alasan!” ucap Hinata ganas.
“Tunggu, Hinata!” ucap Naruto berlari mendekat.
“Dia mungkin tidak berbohong..” ucap Sakura mendekati Lee dan mengulurkan tangannya untuk membantu Lee berdiri.
“Sa-sakura…” mata bawang Lee mengeluarkan air mata terharu.
“Baiklah, aku mengalah. Jika itu tidak benar, kau akan mati di tanganku!” ucap Hinata mengancam.
“Hentikanlah, Lee bukan orang seperti itu.” Ucap Sakura dan tanpa tidak sengaja memegang robekan baju di lengan kanan Lee dan membuat seluruh baju Lee jadi sobek, dan ternyata Ia…
Lee memakai pakaian dalam
wanita.
“Kenapa kau memakai pakaian dalamku? Aku sangat yakin dia mencurinya di ruang ganti!” ucap Tenten.
“KYAAAAAAAA!! LEE HENTAI!!!”
“Kenapa kau memakai pakaian dalamku? Aku sangat yakin dia mencurinya di ruang ganti!” ucap Tenten.
“KYAAAAAAAA!! LEE HENTAI!!!”
Naruto dan Sakura duduk di
sebuah tangga untuk menaiki patung Hokage, dan melihat pemandangan malam desa
Konoha dari sana.
“Ini membuatku gila! Sepertinya aku benar-benar akan menjadi gila!” ucap Naruto. “Ini bukanlah hal yang bisa kuhadapi. Sasuke ada di desa, namaku Menma, bagaimana ini bisa terjadi!?”
“Mungkin, kita telah dipindahkan ke dunia lain oleh jutsu Madara…” ucap Sakura. “…Itu satu-satunya penjelasan yang bisa kubuat.”
“Apa maksudmu dunia lain? Dunia lain seperti apa?”
“Aku tidak yakin, sejauh ini kita tidak punya cukup informasi.” Ucap Sakura.
Naruto menghela nafas, “Jadi sebaiknya kita mengumpulkan informasi dari sekarang.”
“Ya, ayo lakukan itu.” Ucap Sakura kemudian berdiri. “Dan ingat namamu terlarang di depan yang lain jadi jangan katakan itu.”
“Eh? Apa yang harus kulakukan?”
“Namamu Menma disini.” Sakura menuruni tangga dan meninggalkan Naruto. “Jadi, kau harus mencoba mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Paham, Menma?”
“Bahkan kau juga, Sakura…” ucap Naruto dan menarik nafas panjang.
Sakura sudah sampai dirumahnya, namun rumah itu nampak lebih sepi dari biasanya. Sakura masuk dan menyalakan lampu, lalu Ia melihat fotonya saat kelulusan Chuunin. Normalnya, disamping foto itu seharusnya ada orang tuanya, tapi disini tidak ada.
Sakura membawa sebungkus tas kresek, lalu memperhatikannya. Ia ingat tadi saat menyusuri jalan pulang ada seorang ibu-ibu pedagang memberinya tas kresek itu. Katanya sebagai tanda terima kasih karena orang tua Sakura sudah menyelamatkan desa.
Sakura menaruh tas kresek itu, dan membuka sepatunya. Lalu tiba-tiba Ia teringat kata-kata ibunya, “Sakura, kau harus melepas sepatumu sebagaimana mestinya!”
Sakura baru ingat kalau di dunia ini yang tidak akan mendengar kata-kata seperti itu lagi, lalu Ia melempar sepatunya secara sembarangan dan masuk ke rumah dengan gembira.
Sementara itu, Naruto berjalan menyusuri jalan ke rumah dengan lesu, “Tapi namaku Uzumaki Naruto…” gumamnya. Ia menginjak genangan air dan tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia teringat sesuatu.
“Tunggu, jika ayah Sakura menjadi pahlawan yang menyelamatkan desa,…” Naruto agak ragu-ragu, namun Ia bergegas pulang. Langkahnya agak berat, Ia takut apa yang Ia harapkan keliru. Lama-kelamaan langkahnya semakinc cepat, Ia ingin segera melihat apa yang bisa dia harapkan dari dunia aneh ini..
Naruto berdiri di sebuah tiang, melihat rumahnya dari sana. Terlihat ada cahaya lampu di rumahnya yang menandakan ada orang disana. Naruto tersenyum lebar. Mungkinkah… mungkinkah yang diharapkannya akan…
Ia berlari ke rumahnya dan berteriak, “Ayah! Ibu!” dan membuka pintu pintu rumahnya itu.
“Ini membuatku gila! Sepertinya aku benar-benar akan menjadi gila!” ucap Naruto. “Ini bukanlah hal yang bisa kuhadapi. Sasuke ada di desa, namaku Menma, bagaimana ini bisa terjadi!?”
“Mungkin, kita telah dipindahkan ke dunia lain oleh jutsu Madara…” ucap Sakura. “…Itu satu-satunya penjelasan yang bisa kubuat.”
“Apa maksudmu dunia lain? Dunia lain seperti apa?”
“Aku tidak yakin, sejauh ini kita tidak punya cukup informasi.” Ucap Sakura.
Naruto menghela nafas, “Jadi sebaiknya kita mengumpulkan informasi dari sekarang.”
“Ya, ayo lakukan itu.” Ucap Sakura kemudian berdiri. “Dan ingat namamu terlarang di depan yang lain jadi jangan katakan itu.”
“Eh? Apa yang harus kulakukan?”
“Namamu Menma disini.” Sakura menuruni tangga dan meninggalkan Naruto. “Jadi, kau harus mencoba mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Paham, Menma?”
“Bahkan kau juga, Sakura…” ucap Naruto dan menarik nafas panjang.
Sakura sudah sampai dirumahnya, namun rumah itu nampak lebih sepi dari biasanya. Sakura masuk dan menyalakan lampu, lalu Ia melihat fotonya saat kelulusan Chuunin. Normalnya, disamping foto itu seharusnya ada orang tuanya, tapi disini tidak ada.
Sakura membawa sebungkus tas kresek, lalu memperhatikannya. Ia ingat tadi saat menyusuri jalan pulang ada seorang ibu-ibu pedagang memberinya tas kresek itu. Katanya sebagai tanda terima kasih karena orang tua Sakura sudah menyelamatkan desa.
Sakura menaruh tas kresek itu, dan membuka sepatunya. Lalu tiba-tiba Ia teringat kata-kata ibunya, “Sakura, kau harus melepas sepatumu sebagaimana mestinya!”
Sakura baru ingat kalau di dunia ini yang tidak akan mendengar kata-kata seperti itu lagi, lalu Ia melempar sepatunya secara sembarangan dan masuk ke rumah dengan gembira.
Sementara itu, Naruto berjalan menyusuri jalan ke rumah dengan lesu, “Tapi namaku Uzumaki Naruto…” gumamnya. Ia menginjak genangan air dan tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia teringat sesuatu.
“Tunggu, jika ayah Sakura menjadi pahlawan yang menyelamatkan desa,…” Naruto agak ragu-ragu, namun Ia bergegas pulang. Langkahnya agak berat, Ia takut apa yang Ia harapkan keliru. Lama-kelamaan langkahnya semakinc cepat, Ia ingin segera melihat apa yang bisa dia harapkan dari dunia aneh ini..
Naruto berdiri di sebuah tiang, melihat rumahnya dari sana. Terlihat ada cahaya lampu di rumahnya yang menandakan ada orang disana. Naruto tersenyum lebar. Mungkinkah… mungkinkah yang diharapkannya akan…
Ia berlari ke rumahnya dan berteriak, “Ayah! Ibu!” dan membuka pintu pintu rumahnya itu.
Selanjutnya: NarutoShippuuden The Movie 6: Road to Ninja bagian 6
http://esti-widhayang.blogspot.com/
http://esti-widhayang.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar