Jumat, 31 Mei 2013

Versi Teks Date a Live episode 2 bagian 3

Sebelumnya: Date a Live episode 2 bagian 2

Roh itu mengeluarkan kekuatannya, “Ini akan berakhir sekarang…” ucapnya.


 “Kalau kau tidak jawab, kau akan kuanggap musuhmu.” Ucap Roh itu.

“A-aku Itsuka Shido, murid di sekolah ini!” ucap Shido terbata-bata. “Aku tidak berniat menyakitimu!”

Roh itu nampak tidak mempercayai Shido, namun Ia memperhatikan wajah Shido, dan… “Kau… kita pernah bertemu, kan?” tanyanya. Akhirnya Ia mengingatnya.

“I-iya,” jawab Shido. “Tanggal 10, di kota.”


Roh itu menghilangkan kekuatan yang tadi akan dipakainya untuk menghancurkan Shido, lalu menurunkan tangannya, “Oh. Aku ingat sekarang.” ucapnya. “Kau orang yang bicara tidak jelas itu.”

Shido hanya dapat tertawa nista, karena yang dapat diingat darinya adalah hal itu. Roh itu lalu mencengkeram kepala Shido dan membenturkannya ke tembok,
 
“Kau bilang tidak akan membunuhku…” ucap Roh itu. “Bohong. Sebenarnya, apa tujuanmu?” perempuan itu kembali memasang ekspresi kesepiannya itu.

“Ke-kenapa… kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Shido, Roh itu tidak mengerti apa maksud Shido. “Aku tidak punya tujuan apapun! Tidak semua manusia ingin membunuhmu!”

“Pembohong!” ucap Roh itu. “Semua manusia yang kutemui selalu bilang kalau aku pantas mati!!”

“Itu tidak benar!!”

Roh itu melepas cengkeramannya, “Kalau begitu, katakan…” ucap Roh itu. “Kalau kau tidak berniat membunuhku, lalu apa tujuanmu datang kesini?”

Komputer di Fraxinus kembali memproses jawaban, dan yang muncul adalah:
-Tentu saja untuk bertemu denganmu.
-Siapa yang peduli?
-Hanya kebetulan.

“Dilihat dari reaksinya sebelumnya, pilihan pertama sepertinya bisa dicoba, Shido.” Ucap Kotori.

“U-untuk bertemu denganmu…” ucap Shido. Keringat dingin sudah mengalir di sekujur tubuhnya.

“Bertemu denganku?” tanya Roh itu. “Untuk alasan apa?”

Kembali computer memproses jawaban,
-Aku ingin tanya sesuatu padamu.
-Untuk bercinta denganmu.
-(nah, yang ini saya tidak tahu tulisannya apa XD)

“Ah… sekarang bagaimana, ya?” Kotori bertanya-tanya.

“Sebaiknya kita katakan disini.” Ucap Kawagoe.

“Jika tidak dijelaskan, dia tidak akan mengerti.” Ucap Nakatsugawa.

“Yah, benar juga.” Ucap Kotori. “Jawaban 1 dan 3 hanya akan berakhir ke pertanyaan lain.”

“U-untuk bercinta denganmu…” ucap Shido. Perempuan itu kembali menebas, tepat di atas kepala Shido. Tembok di belakang Shido langsung terbelah.

“Aku tidak suka leluconmu.”

Shido melihat ekspresi kesepian perempuan itu, lagi. “Aku kesini untuk bicara denganmu!”

Shido kembali diberi arahan jawaban, “Selama kita bisa bicara, aku tidak peduli jika kau mengabaikanku!”

Namun Shido sedikit keluar dari arahan, “Bicara apapun tidak masalah… selama kita bisa bicara, aku tidak peduli jika kau mengabaikanku!” ucapnya.

“Aku tidak akan membiarkanmu membuat ekspresi itu.”

“Tapi, ada satu hal yang harus kau tahu…” ucap Shido melenceng dari arahan.

“Aku tidak akan membiarkanmu membuat ekspresi itu.” Kembali Ia diberi arahan seperti itu.

“Aku…” ucap Shido tidak peduli dengan arahan itu.

“Shido, tenanglah!” ucap Kotori.

“…Aku menerima keberadaanmu!” ucap Shido.

Perempuan itu terkejut mendengar kata-kata Shido. Ia membalikkan badannya, “Namamu Shido, kan?” tanyanya. “Apa kau benar-benar menerima keberadaanku?” Ia menatap Shido.

“Itu benar.”

“Apa kau bersungguh-sungguh?”

“Aku benar-benar bersungguh-sungguh!” ucap Shido.

“Apa kau sungguh bersungguh-sungguh?”

“Aku benar-benar sungguh bersungguh-sungguh!”

Perempuan itu kembali membalikkan tubuhnya, Ia lalu menggaruk kepalanya sambil berpikir. “Hmph! Aku tidak akan tertipu oleh kata-katamu!” ucapnya. “Baka! Baaka!”

“Tapi, aku—“

“Tapi… yah… aku tidak tahu apa tujuanmu, tapi kau manusia pertama yang berbicara padaku.” Wajah perempuan itu memerah. “Aku akan memakaimu untuk mendapatkan informasi tentang dunia ini. “ perempuan itu menganguk-angguk. “Itu penting. Ya, sangat penting.”

“A…ano…. Terima kasih.” Ucap Shido. “Jadi, namamu?”

“Namaku?” tanya perempuan itu. “Aku tidak punya nama. Tapi aku mungkin butuh itu untuk bicara dengan orang lain…”

 
Perempuan itu tersenyum dan menatap Shido, “Shido, kau mau memanggilku apa?”

“Inilah yang sulit…” ucap Kotori. “Timku, cepat pikirkan beberapa nama.”

Tim ahli cinta itu segera menuliskan beberapa nama.
“Data ini masih belum cukup.” Ucap Reine. “Kita harus tanya beberapa ahli di dunia.”

Sampa sebegitu pusingkah memikirkan nama? O.o pakai Esti saja. XD *plak

“Kurasa begitu.” Ucap Kotori. Ia lalu mengirimkan pertanyaan soal nama itu ke setiap pengguna game My Little SEED yang sedang online. Salah satunya Tonomachi…

SRRRINNGGG!! Handphone Tonomachi berbunyi. “Ah, pacarku…” ucap Tonomachi. Ia melihat pertanyaan di layar ponselnya dan tertawa, “Kau ingin aku jadi ayah tirinya?”

Tiga orang tukang gossip itu entah bagaimana ada di dekat Tonomachi, dan mereka kembali bergosip-ria,

“Are, itu Tonomachi, kan?” tanya yang rambut kuning.
“Jangan-jangan dia mengirimkan pesan cinta ke Itsuka?” tuduh si rambut cokelat.
“Menjijikkan~”

Tonomachi memasukkan saran nama, “TOME.”

Di Faxinus, Kotori sedang memilih nama-nama yang berhasil dikumpulkan dari seluruh dunia dan menyeleksinya satu-satu.

“MISAKO.” Ia menemukan nama Misako, dan langsung membentak salah satu tim ahli,

“Kawagoe~!! Misako itu nama salah satu mantan istrimu, kan?!”

“CLARABEL.” Lalu muncul nama Clarabel di monitor.

“Bagaimana cara bacanya yang ini, Mikimoto?” tanya Kotori.

“Kulara-Berru.”

“Ditolak!” ucap Kotori. “Apa tidakada nama yang lebih klasik?!” ucapnya. “Misalnya…” Ia lalu melihat salah satu nama, “Tome!”

“Tome!” ucap Shido. “Namamu Tome saja!”

Level emosi Roh itu yang terlihat di layar computer Fraxinus terus menurun tajam, Roh itu kembali mengeluarkan kekuatannya, Shido langsung diam membeku.

“Waa~ aneh sekali~” ucap Kotori. Ternyata nama pilihannya tidak disukai.

“Perasaanku tidak enak, kurasa kau hanya main-main.” Ucap Roh itu.

“Maaf! Tunggu sebentar, akan kupikirkan!” Shido langsung diselimuti keringat. “Aku minta maaf pada seluruh Tome di dunia, tapi itu bukan nama yang cocok untuk perempuan!” pikir Shido.

Langsung muncul iklan di atas “Ini murni pendapat Itsuka Shido dan tidak selalu mewakili komite produk.” XD

“Apa…” pikir Shido. “Apa nama yang cocok untuknya?!”

Roh itu nampaknya sudah bosan menunggu.

“Tohka.” Ucap Shido.

“Hm?”

“Ba-bagaimana?”

“Oh, baiklah.” Ucap Roh itu. “Lebih bagus dari Tome.”

Shido menuliskan nama Tohka dalam kanji di papan tulis kelas itu,

“Apa itu dibaca Tohka?” tanya Roh itu.

“Ya,”

Roh itu mencoba juga menulis Tohka di papan tulis, “Shido…” ucapnya.

“A-apa?”

“Tohka.” Ia tersenyum. “Itu namaku. Indah, bukan? Shido?”

“To-Tohka…” Shido tersenyum.

“Tapi…” pikir Shido. “Aku menamainya Tohka karena kami bertemu pada April tanggal 10… mungkin bukan ide yang bagus.”



“Tiarap, Shido!!” ucap Kotori tiba-tiba, dan…


DOOORRR!! DORRRR!!! DORRRR!!
Roh itu, eh, Tohka, diserang oleh TAR dengan tembakan beruntun. Tentu saja tidak ada satupun yang mengenainya, karena Ia membuat semacam pelindung.

“Kapten, apa ini tidak apa-apa?” tanya seorang anggota TAR.

“Tida apa, kita punya izin untuk melakukannya.” Ucap orang yang disebut kapten. “Tim medis akan mengurus setelahnya.”

“Tohka…” ucap Shido.

“Shido, cepatlah lari dari sini.” Ucap Tohka. “Temanmu akan menembakmu kalau kau terus bersamaku.”

                
Selanjutnya: Date a Live episode 2 bagian 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar