Seorang laki-laki melihat
sebuah lukisan perempuan yang nampak aneh di dinding.
Perempuan yang tidak terlihat bahagia di depan Chagall. Cerita dimulai di New York…
“Aaah,.. sungguh, Tommy, jika aku tidak meminum kopi buatanmu, aku tidak bisa tidur.” Ucap seorang pria berjas hitam kepada teman disampingnya. Mereka berdua duduk di sebuah sofa sambil menonton televisi, sepertinya.
“Mengapa datang jauh-jauh dari Jepang ke Itali hanya untuk secangkir kopi, kau br*ngsek?!” tanya teman pria berjas hitam itu, yang dipanggil Tommy.
“Tidak perlu berkata seperti itu, kau tahu? Bagaimanapun juga aku setengah Sisilia dan setengah Tokyo.” Ucap pria berjas hitam. “Sake Jepang dengan pasta dan wine dan sushi merupakan kombinasi yang hebat!”
Perempuan yang tidak terlihat bahagia di depan Chagall. Cerita dimulai di New York…
“Aaah,.. sungguh, Tommy, jika aku tidak meminum kopi buatanmu, aku tidak bisa tidur.” Ucap seorang pria berjas hitam kepada teman disampingnya. Mereka berdua duduk di sebuah sofa sambil menonton televisi, sepertinya.
“Mengapa datang jauh-jauh dari Jepang ke Itali hanya untuk secangkir kopi, kau br*ngsek?!” tanya teman pria berjas hitam itu, yang dipanggil Tommy.
“Tidak perlu berkata seperti itu, kau tahu? Bagaimanapun juga aku setengah Sisilia dan setengah Tokyo.” Ucap pria berjas hitam. “Sake Jepang dengan pasta dan wine dan sushi merupakan kombinasi yang hebat!”
Terlihat pria berjas itu menggunakan earphone di telinganya, “Ini sudah 30 tahun sejak Yakuza datang kesini, mengikuti The Bubble. Aku adalah simbol kedamaian, seperti mafia dan yakuza yang bekerja sama.”
“Kau hanyalah seorang anak iblis. Campuran dari ayah mafia dan ibu yakuza.” Ucap Tommy menghembuskan rokok yang dihisapnya. “Pergilah segera setelah kau menyelesaikannya!”
Mario chapter 1: Pilot
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwat Esti Widhayang
“Sungguh dingin…” ucap pria berjas hitam. “Kenapa kau tidak menceritakan beberapa candaan?” pria berjas itu lalu menodongkan pistol ke laki-laki bernama Tommy itu, “Mari bersenang-senang… mendengarkan musik ringan.” Mario memasukkan sebuah earphone ke telinga Tommy.
“Mario… apakah ini suatu candaan?” tanya Tommy kepada pria berjas itu yang ternyata bernama Mario.
“Tommy… kita teman, kan?”
“Yeah, kita teman!” ucap Tommy agak gagap. “Benar-benar teman yang dekat!”
“Kalau begitu aku akan melepaskanmu… bahkan jika kau mengantongi uang temanmu.” Ucap Mario tanpa menurunkan pistolnya. “…Meskipun berbahaya…”
“Berapa banyak yang kau mau?” tanya Tommy.
“Semuanya.”
“Se-semuanya??”
“Apa kau mau hidupmu termasuk juga?” tanya Mario. “Sebenarnya yang aku maksud hanya uang.”
“O-oke… akan kuberikan…”
“Dimana tempatnya?”
“Di bawah sofa ini..”
“Thanks..”
BAAANGGG!! Tiba-tiba terdengar suara tembakan, Tommy terkejut.
“Takut?” tanya Mario. “Suara tembakan datang dari earphone-ku. Ini adalah sebuah gubahan musik palsu spesial dari Itali… menyenangkan, bukan?”
Tommy melepas earphone di telinganya, “Mario si*lan! Ini tidak lucu sama sekali!”
“Haha, itu hanya bercanda!” ucap Mario, bagaimanapun juga pistolnya masih siaga di belakang punggung Tommy. “Biarkan aku mencoba di tanganku juga, kadang-kadang.”
“…Oke, tapi jangan beritahu siapapun…”
BANGGG!! Suara tembakan meletus. Kali ini benar-benar sebuah tembakan. Darah memenuhi ruangan itu, orang bernama Mario itu menembak Tommy.
“Aku tidak akan memberitahu siapapun, karena mereka semua sudah tahu, Tommy.” Ucap Mario. “Mafia punya omerta, Yakuza punya kehormatan. Mereka tidak akan memaafkan pencurian… bodoh.”
Pintu ruangan itu terbuka, “Apa kau sudah selesai?” tanya seseorang.
“Barangnya ada di dalam sofa ini.” Ucap Mario menunjuk sofa itu. “Untuk yang selanjutnya kita akan membutuhkan sekitar 4-5 orang…”
“Aku akan memanggil orang yang bisa membantu.” Ucap orang itu.
“Siapa?”
“Tunggu dan lihat sendiri.”
Mario dan orang itu pergi ke
sebuah taman bermain, disana mereka bertemu dengan seorang perempuan yang duduk
di atas jungkat-jungkit. Tumben, ya, biasanya adegannya cewek nunggu di ayunan
xD.
Mario menjulurkan tangannya untuk berkenalan, “Aku dengar kau adalah seorang Cracker Jack…”
Perempuan itu tidak menjawab, dan malah mengacungkan jari teng*hnya. (maaf minna, saya tidak bermaksud menulis ini >.<)
“Hei, apa maksudnya ini?” tanya Mario.
“Itu maksudnya ‘Jangan meletakkan tangan kotormu padaku, Sicilan br*ngsek! Senang bertemu denganmu!’.” Ucap orang yang tadi pergi bersama Mario. “Saori tidak berbicara pada laki-laki… ini semacam salam persahabatan.”
“Apa pekerjaan gadis si*lan ini?” tanya Mario menunjuk gadis bernama Saori itu dengan tangan kiri.
“Jaga bicaramu, Mario. Saori adalah seorang pembunuh, sepuluh kali lebih baik daripada dirimu… dia juga gadis yang baik.” Ucap orang itu. “Biar aku beri tahu kau, jangan menyentuhkan tanganmu padanya hanya karena kita berada dalam suatu pasukan.”
“Kau terlihat tidak senang…” ucap Mario kepada pria itu. “Siapa yang memanggilnya?”
Mario meletakkan sebuah koper di ujung lain jungkat-jungkit itu, sehingga perempuan itu hampir kehilangan keseimbangannya.
“Biar aku beri tahu kau juga, aku memandang uang lebih menarik daripada wanita.” Ucap Mario. “Terus terang saja, selama aku punya uang aku tidak membutuhkan wanita!” Ia menginjak ujung jungkat-jungkit itu sehingga bagian yang diduduki perempuan itu naik. “Dengan sangat terus terang, rasanya lebih baik melakukan m*sturbasi dengan wajah Washington di uang kertas. Dan untuk lebih terus terang lagi,”
Mario mengeluarkan pistolnya dan mengarah ke perempuan itu, “AKU BISA MEMBUNUH PEREMPUAN UNTUK UANG…” namun pada saat yang sama perempuan itu juga menodongkan pistolnya.
Mario menjulurkan tangannya untuk berkenalan, “Aku dengar kau adalah seorang Cracker Jack…”
Perempuan itu tidak menjawab, dan malah mengacungkan jari teng*hnya. (maaf minna, saya tidak bermaksud menulis ini >.<)
“Hei, apa maksudnya ini?” tanya Mario.
“Itu maksudnya ‘Jangan meletakkan tangan kotormu padaku, Sicilan br*ngsek! Senang bertemu denganmu!’.” Ucap orang yang tadi pergi bersama Mario. “Saori tidak berbicara pada laki-laki… ini semacam salam persahabatan.”
“Apa pekerjaan gadis si*lan ini?” tanya Mario menunjuk gadis bernama Saori itu dengan tangan kiri.
“Jaga bicaramu, Mario. Saori adalah seorang pembunuh, sepuluh kali lebih baik daripada dirimu… dia juga gadis yang baik.” Ucap orang itu. “Biar aku beri tahu kau, jangan menyentuhkan tanganmu padanya hanya karena kita berada dalam suatu pasukan.”
“Kau terlihat tidak senang…” ucap Mario kepada pria itu. “Siapa yang memanggilnya?”
Mario meletakkan sebuah koper di ujung lain jungkat-jungkit itu, sehingga perempuan itu hampir kehilangan keseimbangannya.
“Biar aku beri tahu kau juga, aku memandang uang lebih menarik daripada wanita.” Ucap Mario. “Terus terang saja, selama aku punya uang aku tidak membutuhkan wanita!” Ia menginjak ujung jungkat-jungkit itu sehingga bagian yang diduduki perempuan itu naik. “Dengan sangat terus terang, rasanya lebih baik melakukan m*sturbasi dengan wajah Washington di uang kertas. Dan untuk lebih terus terang lagi,”
Mario mengeluarkan pistolnya dan mengarah ke perempuan itu, “AKU BISA MEMBUNUH PEREMPUAN UNTUK UANG…” namun pada saat yang sama perempuan itu juga menodongkan pistolnya.
“Hei.. bagaimana bisa
seorang perempuan yang berjalan dengan elang padang pasir… hitam, bahkan…”
pikir Mario.
“Lihat itu?” ucap orang yang mengantar Mario tanpa berusaha melerai kedua orang itu sedikitpun. “Semua laki-laki yang mencoba melakukan sesuatu mati. Saori membenci laki-laki, bahkan menyentuhnya adalah sesuatu yang tabu. Buang senjatamu…”
“Aku bisa melakukan ini semua sendiri, aku tidak membutuhkan lesbian gila ini, Ken…” ucap Mario kepada laki-laki yang ternyata(?) bernama Ken itu. “Toh mereka hanyalah kawan-kawan Tommy…”
“Tidak. Orang-orang di Shuuei perlu diwaspadai. Pertama, kita tidak bisa membawa senjata masuk.” Ucap Ken. “Bibir lembutmu tidak akan cukup kali ini. Tapi jika kita ber-team dengan Saori…”
“Hmm, mari kita lihat kemampuanmu.” Ucap Mario pada Saori.
“Lihat itu?” ucap orang yang mengantar Mario tanpa berusaha melerai kedua orang itu sedikitpun. “Semua laki-laki yang mencoba melakukan sesuatu mati. Saori membenci laki-laki, bahkan menyentuhnya adalah sesuatu yang tabu. Buang senjatamu…”
“Aku bisa melakukan ini semua sendiri, aku tidak membutuhkan lesbian gila ini, Ken…” ucap Mario kepada laki-laki yang ternyata(?) bernama Ken itu. “Toh mereka hanyalah kawan-kawan Tommy…”
“Tidak. Orang-orang di Shuuei perlu diwaspadai. Pertama, kita tidak bisa membawa senjata masuk.” Ucap Ken. “Bibir lembutmu tidak akan cukup kali ini. Tapi jika kita ber-team dengan Saori…”
“Hmm, mari kita lihat kemampuanmu.” Ucap Mario pada Saori.
BAAAANNGGGGG!!!
Orang-orang di dekat Mario satu – persatu mati, mereka ditembak dari jarak jauh oleh Saori, sementara Mario berusaha bernegosiasi dengan mereka. Jadi ini mungkin maksudnya ‘bibir lembut’. Entah kenapa tokoh utama karya Kishimoto-sensei selalu pintar bernegosiasi xD.
“…” Mario hanya terdiam melihat orang-orang itu tertembak. Pintu di ruangan itu lalu terbuka, yang datang adalah Ken.
“Bukankah itu keren?” tanya Ken.
“Nampaknya aku bahkan tidak dibutuhkan disini.” Ucap Mario.
“Satu-satunya yang dapat melewati pengganti Tommy adalah kau, karena kau dan Tommy adalah teman.” Ken memberikan sebuah pistol kepada Mario. “Tapi karena kau adalah seorang pembunuh, mereka tidak bisa sepenuhnya mempercayaimu… dan mereka akan tegang…”
Ckkrrkk… Mario memegang pistolnya.
“Jika kau melihat ke kamus, ‘tegang’ berarti saat jantungmu tegang dan badanmu menjadi kaku.” Ucap Ken lagi.
“Huh?” ucap Mario bingung atas penjelasan itu.
“Jadi, mungkin saja untuk menembak mereka secara sembunyi-sembunyi.”
“Ugh..” rintih seseorang yang masih hidup dan terbaring di lantai.
“…Dan Saori cukup tepat untuk membiarkan salah satu dari mereka masih dapat bertahan untuk bicara.” Ucap Ken lagi. “Dimana uangnya?” tanya Ken dan Mario menodongkan pistol.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka lagi dan seseorang masuk sambil menodongkan pistol ke arah Ken dan Mario, dan…
BANGGGGG!!
Orang itu tiba-tiba saja sudah tergeletak dengan headshot di kepalanya.
“Aku tanya, dimana uangnya?...” tanya Ken. Mario mencari-cari siapa yang menembak orang tadi. Mungkinkah itu Saori? Ia memandang ke atap gedung di seberang sana, dan tersenyum. Ia lalu mengacungkan j*ri t*ng*hnya.
Orang-orang di dekat Mario satu – persatu mati, mereka ditembak dari jarak jauh oleh Saori, sementara Mario berusaha bernegosiasi dengan mereka. Jadi ini mungkin maksudnya ‘bibir lembut’. Entah kenapa tokoh utama karya Kishimoto-sensei selalu pintar bernegosiasi xD.
“…” Mario hanya terdiam melihat orang-orang itu tertembak. Pintu di ruangan itu lalu terbuka, yang datang adalah Ken.
“Bukankah itu keren?” tanya Ken.
“Nampaknya aku bahkan tidak dibutuhkan disini.” Ucap Mario.
“Satu-satunya yang dapat melewati pengganti Tommy adalah kau, karena kau dan Tommy adalah teman.” Ken memberikan sebuah pistol kepada Mario. “Tapi karena kau adalah seorang pembunuh, mereka tidak bisa sepenuhnya mempercayaimu… dan mereka akan tegang…”
Ckkrrkk… Mario memegang pistolnya.
“Jika kau melihat ke kamus, ‘tegang’ berarti saat jantungmu tegang dan badanmu menjadi kaku.” Ucap Ken lagi.
“Huh?” ucap Mario bingung atas penjelasan itu.
“Jadi, mungkin saja untuk menembak mereka secara sembunyi-sembunyi.”
“Ugh..” rintih seseorang yang masih hidup dan terbaring di lantai.
“…Dan Saori cukup tepat untuk membiarkan salah satu dari mereka masih dapat bertahan untuk bicara.” Ucap Ken lagi. “Dimana uangnya?” tanya Ken dan Mario menodongkan pistol.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka lagi dan seseorang masuk sambil menodongkan pistol ke arah Ken dan Mario, dan…
BANGGGGG!!
Orang itu tiba-tiba saja sudah tergeletak dengan headshot di kepalanya.
“Aku tanya, dimana uangnya?...” tanya Ken. Mario mencari-cari siapa yang menembak orang tadi. Mungkinkah itu Saori? Ia memandang ke atap gedung di seberang sana, dan tersenyum. Ia lalu mengacungkan j*ri t*ng*hnya.
“Tolong jangan merayuku, Mr. Lorenzo…” ucap Mario.
“Bagaimanapun juga kau punya reputasi yang sempurna…” ucap orang bernama Lorenzo itu. “Kau terkenal diantara para eksekutif juga…kau membuatku bangga.”
“Hehehehe…” Mario lalu mengantongi uang yang diberikan Mr. Lorenzo itu.
…
Seseorang mengeluarkan rokok dari saku bajunya dan menyalakan pemantik,
“Semua orang membicarakan Mario…” ucap orang itu. “Itu bagus.”
“Terima kasih, Mr. Pietro…” ucap orang yang duduk di depan orang itu.
“Yang sebenarnya dimulai sekarang… berhati-hatilah.” Ucap orang yang bernama Pietro itu.
“Aku tahu.”
Lanjutannya besok, ya XD lagi males ngetik XD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar