Senin, 27 Mei 2013

Versi Teks Shingeki no Kyojin Chapter 3 bagian 1



“Besok kalian akan mulai bekerja, dan hari ini menandai berakhirnya serta bubarnya regu pelatihan 104… bubar!” ucap si Pembina latihan militer.


Malam hari setelah pembubaran regu pelatihan itu, di basecamp mereka terlihat para siswa-siswa militer sedang makan-makan untuk merayakan kelulusan mereka, terutama yang berhasil masuk menjadi 10 terbaik.

“Aku berharap aku adalah 10 terbaik sepertimu!” ucap seseorang membawa gelas ke meja temannya. “Akan sangat mengejutkan kalau kau tidak bergabung ke kepolisian, bagaimanapun juga.”


“Huh?!” dengus temannya yang masuk 10 terbaik itu. “Tentu saja. Memangnya kau pikir untuk apa aku masuk 10 terbaik?”

“Itu juga tujuanku.” Ucap temannya yang satu lagi. “Suatu kesempatan untuk bekerja di dekat raja… sungguh kehormatan!!”

“Mau menjadi Einstein di depan kami lagi, Marco?” si teman yang merupakan 10 terbaik itu menepuk pundak orang yang bernama Marco sampai Ia tersedak minumannya.

“Bwwhh!!”

“Beritahu saja mereka alasanmu sesungguhnya… Kau ingin tinggal di dinding dalam, bukan?” orang yang termasuk 10 terbaik ini menjadi semangat dan memukul-mukul meja, “Kita bisa menghindari lubang bau di luar kota sana pada akhirnya!! Di wilayah dalam, hidup nyaman dan damai menunggu kita!!” tentu saja gebrakan meja itu menarik perhatian. Sekarang semua pandangan tertuju kesana.

“He-hei.. ayolah… tunjukkan kesopananmu…” bisik temannya itu, karena sekarang mereka diperhatikan oleh banyak mata.

“Ah, maaf soal itu. Ini kesalahanku, Mr. Murid Kehormatan.” Ucap si murid terbaik itu. Lalu Ia menunjuk siswa militer yang lain dengan gelas yang dibawanya, “Lalu, bagaimana dengan kalian sendiri?! Kita tidak akan punya kehormatan untuk tinggal disana dalam waktu dekat, lantas, apa kalian akan tetap tinggal disini untuk menjadi ‘benteng manusia’ atau apapun namanya itu?!”

Orang-orang yang tadi melihat mereka, kini mengalihkan pandangan atau berpura-pura melakukan sesuatu.

“Yah… ini tidak seperti kita dengan senang hati menawarkan diri untuk lahir di luar perbatasan. Dan jika kita bisa hidup tanpa rasa takut akan suara langkah kaki Titan…” ucap murid terbaik itu. “Kalau memikirkan itu, siapa saja pasti mau pindah ke tempat tinggal di dinding dalam.” Ia terkekeh. “Jadi, bagaimana dengan kalian?” Ia bertanya kedua orang di depannya, laki-laki dan perempuan.

“Aku akan mengambil kepolisian juga…” ucap si laki-laki.

“Jadi, aku… bagaimanapun juga…” ucap si perempuan dengan nada bosan. Ia lalu menatap siswa terbaik itu dengan tajam. “Jangan pernah kau berpikir kau dan aku itu sama.”

“Hahaha!!” siswa terbaik itu hanya tertawa.

“Hey…” Eren yang berada di meja di belakang siswa itu berdiri. “Kau bilang kalau wilayah dalam itu nyaman… bagian kota tempat kita tinggal sekarang ini berfungsi sebagai wilayah dalam, asal kau tahu…” ucap Eren. “Jean, aku percaya bahwa tanpa berpindah sekalipun, isi otakmu itu masih cukup nyaman.”

“BUUUFFFTT!!” Orang yang duduk di depan Eren memuncratkan airnya ketika mendengar kata-kata Eren. Sialnya, air itu mengenai Armin. “Ma-maaf…”

“Eren…” Mikasa menarik lengan baju Eren. “Jangan…”

“Kalau aku tidak salah, Eren, kau bermaksud mengatakan aku berakal setengah?!” ucap salah satu siswa 10 terbaik yang bernama Jean itu. “Yah, kau salah soal itu. Aku ini seseorang yang realis. Salah satu musuh yang besar ada diluar sana. Empat tahun yang lalu, kita mengirimkan setengah dari jumlah populasi kita untuk penyerangan… setengah dari seluruh umat manusia… pergi untuk mengembalikan wilayah kita yang hilang… dan kebanyakan dari mereka memperoleh tiket instan untuk masuk ke dalam perut titan. Berapa banyak lagi yang harus diambil untuk mengembalikan wilayah kita yang hilang?!”

“Ini memakan rata-rata 30 kematian manusia hanya untuk menumbangkan satu musuh! Tapi titan masih mengontrol pulau ini, dan mereka tidak puas hanya dengan 1 sampai 30 dari populasi manusia…” ucap Jean. “Tidak perlu seorang jenius untuk mencari tahu hal seperti itu. Untuk manusia, tidak ada cara untuk menang melawan para titan.”

Ruangan itu menjadi hening untuk beberapa saat, tidak ada yang berkomentar. Mungkin mereka menyadari kalau itu ada benarnya juga.

“Lihat? Kita sudah menarik banyak perhatian karena kesalahanmu.” Ucap Jean pada Eren.

“Lalu apa?” tanya Eren.

“Huh, apa dari tadi kau tidak mendengar apa yang kukatakan?” Jean balik bertanya.

“Aku hanya mendengar kalau kau menyerah karena kau pikir kau tidak bisa menang!!” ucap Eren.

“…”

“Beri tahu aku, apa yang bagus dari menyerah?! Apa yang bagus dari menyerah pada semua harapan dan lari dari kenyataan?!” ucap Eren. “Tentu saja… jika kita menantang titan di tempat sumber daya material, kita sudah kacau sejak awal… penyebab utama kekalahan kita empat tahun yang lalu adalah karena ketidaktahuan kita tentang mereka… kita memang kehilangan, tapi informasi yang kita dapatkan memberikan arah untuk langkah yang pasti. Itu memberikan kita harapan.”

“Dan kau akan menyerah pada tanggung jawabmu dalam menguraikan sebuah strategi dan menjadi makanan titan dengan cara seperti ini?! Kau bercanda, kan?!” ucap Eren. “Aku.. aku punya sebuah mimpi… mimpi dimana kita membasmi semua titan… meninggalkan batas-batas dinding ini… untuk menjelajahi dunia diluar sana..”


 
Jean mendekati Eren, “Huh, coba dengar perkataanmu sendiri! Sekarang siapa yang berakal setengah?”

“Kau bilang apa?!”

“Lihat sekelilingmu, tidak ada satu orang pun yang setuju dengan perkataanmu!” ucap Jean. Orang-orang disana hanya menunduk.

“Yeah, begitu… baiklah, aku mengerti.” Ucap Eren dan mendekatkan kepalanya ke Jean, “Kalau begitu, pergi saja ke wilayah dalam,… orang yang cepat mengalah sepertimu kalau berada di garis depan hanya akan merusak semangat semua orang.”

“Oh, aku memang berniat akan pergi. Dan bagaimana denganmu? Kau berencana pergi keluar dinding, kan? Pergilah, kalau begitu. Titan kesayanganmu sudah menunggumu.” Ucap Jean.

“Oh, kuso.”

“Heh…” Jean terkekeh. Lalu tanpa aba-aba apapun, mereka saling hajar satu sama lain. Dan bukannya melerai, yang ada disana malah mendukung perkelahia mereka.

“Yo, kawan! Apa masalahnya?! Jika kau punya masalah terhadap manusia sepertiku…” Jean memukul wajah Eren, “Bahkan titan tidak akan memberitahu ketika mereka melumatkanmu!!”

“Kau benar!!” Eren menendang perut Jean dengan lutut kirinya. Mereka lalu terus saling memukul dan memukul, hingga orang-orang yang tadinya mendukung perkelahia mereka merasa bosan.

“Hey…” “Haloo.. itu cukup, berhenti memukul!” “Jean, apa kau lupa? Dilihat dari score-nya, Eren lebih hebat dalam pelatihan…”

“Saat tiba saatnya tangan saling bertempur…”

GREEEEBB!! Tiba-tiba saja Eren yang akan memukul Jean terangkat tubuhnya. Ternyata Mikasa melerainya. Tapi… diangkat?!

“Mikasa?!”

“Kalau tidak salah, bukankah itu kedua terbaik Mikasa?!” ucap Jean. Perasaan Mikasa nomor satu deh -_-

“Tu-turunkan aku, Mikasa…” ucap Eren yang lalu ditertawai oleh orang-orang disana.

“Sudahlah, ayo hentikan, Jean, sebelum para instructor ikut terlibat.” Ucap salah satu teman Jean.

“Kau tidak bisa menghentikanku!! Ini hanya sedikit pertunjukan untuk pesta perpisahan kita!!” ucap Jean.

“Hentikan!! Manusia tidak seharusnya berkelahi satu sama lain..” ucap teman yang lainnya.

“Hei, turunkan aku, Mikasa…” pinta Eren yang masih ditertawai.

“Kau ini beruntung, Eren.” Ucap teman-temannya. “Mikasa mengangkatmu keliling seperti bayi!”

Mikasa yang sedang mengangkat Eren, tiba-tiba saja melepas pegangannya dan merapikan syal.
BUGGGH!! Eren terjatuh.

“Whoa!! Itu sakit, tahu~!!”

“Kau cenderung bertindak impulsive saat tanganmu mulai bergerak, hampir seperti refleks.” Ucap Mikasa.

Eren tidak memperpanjang topik itu dan menanyakan hal lain, “Tentang apa yang tadi dia bilang… kau akan mengambil tugas dimana?”

“Aku akan bergabung di Recon Corps.” Ucap Mikasa setelah Ia dan Eren berada diluar ruangan tadi.

Eren tidak dapat mempercayai kata-kata Mikasa, “Kau ini yang terbaik di kelas kita. Pergilah ke kepolisian. Lagipula, hanya sedikit orang dalam sejarah yang mampu menunjukkan talenta sebanyak dirimu!! Kau pasti akan mendapatkan perlakuan khusus…”

“Jika kamu masuk kepolisian, maka aku juga… masuk ke pasukan stasioner… dan mengikuti jejakmu…” ucap Mikasa. “Kau akan mati jika aku tidak berada di dekatmu.”

“Sampai kapan kau akan begini terus?! Aku tidak pernah memintanya, kan…” Eren memegang kepalanya dan menunduk. “Selama aku masih hidup,…”

“Aku pernah mati sekali, tapi aku kembali ke dunia ini… itu adalah hutang yang tidak akan pernah terlupakan.” Ucap Mikasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar