Sebelumnya: Date a Live episode 6
Pada episode kali ini, muncul seorang gadis yang menyerupai Shido, baik
rambut maupun matanya. Gadis itu di tengah arena pertempuran, di sekelilingnya
nampak anggota TAR yang tergeletak tak berdaya. Yang tersisa di medan
pertempuran hanyal Tobiichi, dan perempuan yang mirip Shido itu.
Tobiichi mengeluarkan
pedangnya dengan sigap.
“Gagah sekali, aku suka sikapmu.” Ucap perempuan yang mirip Shido itu. “Murakomo Sword style!” ucapnya lalu mengeluarkan pedang miliknya.
“Sekarang!” pikir Tobiichi. Ia melesat sambil melepas alat terbangnya. Alat terbangnya melayang ke arah perempuan itu dan Ia menebasnya.
“Dasar lemah!” ucapnya. Namun itu bukan tujuan Tobiichi. Setelah perempuan itu disibukkan dengan menebas benda itu, Ia segera mengalihkan pedangnya dan berniat menusuk punggu perempuan itu, namun…
CRAAAKKK!! Perempuan itu dilindungi oleh semacam pelindung tak terlihat.
“Buruk sekali…” ucap perempuan itu. “Skakmat!”
“Pertandingan berakhir. Letnan kedua Takamiya Mana menang!” ternyata itu adalah pertandingan percobaan. Dari jauh kapten TAR mengawasi melalui monitor.
“Dia benar-benar mendominasi pertandingan dengan kemenangan telak 0-1.” Ucap si kapten. “Aku rasa itulah yang kita harapkan dari gadis yang pernah membunuh Spirit.”
Asli atau Imitasi… memanggil imitasi itu dengan sebutan ‘adik’ memang baik, tapi itu tidak seharusnya. Kau tidak bisa memakannya, meski mereka memiliki kekuatan sihir. Mereka adalah…
“Gagah sekali, aku suka sikapmu.” Ucap perempuan yang mirip Shido itu. “Murakomo Sword style!” ucapnya lalu mengeluarkan pedang miliknya.
“Sekarang!” pikir Tobiichi. Ia melesat sambil melepas alat terbangnya. Alat terbangnya melayang ke arah perempuan itu dan Ia menebasnya.
“Dasar lemah!” ucapnya. Namun itu bukan tujuan Tobiichi. Setelah perempuan itu disibukkan dengan menebas benda itu, Ia segera mengalihkan pedangnya dan berniat menusuk punggu perempuan itu, namun…
CRAAAKKK!! Perempuan itu dilindungi oleh semacam pelindung tak terlihat.
“Buruk sekali…” ucap perempuan itu. “Skakmat!”
“Pertandingan berakhir. Letnan kedua Takamiya Mana menang!” ternyata itu adalah pertandingan percobaan. Dari jauh kapten TAR mengawasi melalui monitor.
“Dia benar-benar mendominasi pertandingan dengan kemenangan telak 0-1.” Ucap si kapten. “Aku rasa itulah yang kita harapkan dari gadis yang pernah membunuh Spirit.”
Asli atau Imitasi… memanggil imitasi itu dengan sebutan ‘adik’ memang baik, tapi itu tidak seharusnya. Kau tidak bisa memakannya, meski mereka memiliki kekuatan sihir. Mereka adalah…
Date a Live: Tamu
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“Sebaiknya kau maju dan
memperkenalkan dirimu pada yang lainnya.” Ucap sang kapten pada perempuan yang
mirip Shido itu.
“Aku Letnan Kedua, Takamiya Mana.” Ucap perempuan itu. “Senang bertermu dengan kalian semua.”
“Baiklah, bagus.” Sang kapten mendekati Tobiichi yang duduk di dekat sana, “Kalian ini… kenapa kalian menghancurkan peralatan berharga pada saat latihan bertempur tadi?!”
“Maaf.”
“Aku benar-benar menyesal.” Ucap Tobiichi dan perempuan bernama Mana itu bersamaan.
“Berhati-hatilah lain kali!” ucap sang kapten. “Aku akan menunjukkan rekaman saat pertempuran kami melawan Hermit,” ucapnya pada Mana. “Silahkan duduk dimana saja.”
“Baik.” Lalu Mana memilih duduk di sebelah Tobiichi.
“Kapten sangat tegas, bukan? Karena itulah unit kami selalu menang melawan Spirit.” Ucap Mana.
“Setuju.” Ucap Tobiichi.
“Oh, kita punya pemikiran yang sama, ya?”
“Aku dengar kau pernah membunuh Spirit.” Ucap Tobiichi. “Aku ingin kau menceritakannya padaku.”
“Tentang Spirit yang kubunuh itu?” tanya Mana. Ia menunduk sedikit dan memikirkan jawabannya. “Spirit yang satu ini, kasusnya agak berbeda dengan Spirit lainnya.” Ucapnya. “Yah, kurasa tak lama lagi kau akan melihatnya sendiri.”
Bagaimana bisa melihat sendiri Spirit yang sudah dibunuh? Tapi itu cerita lain…
“Karena itulah, aku ditugaskan disini.” Ucap Mana. Ia lalu melihat rekaman saat TAR melawan Hermit, dan disana sempat terekam gambar Shido yang mencoba memanggil Yoshino. “He? Nii-sama (kakak)?”
“Aku Letnan Kedua, Takamiya Mana.” Ucap perempuan itu. “Senang bertermu dengan kalian semua.”
“Baiklah, bagus.” Sang kapten mendekati Tobiichi yang duduk di dekat sana, “Kalian ini… kenapa kalian menghancurkan peralatan berharga pada saat latihan bertempur tadi?!”
“Maaf.”
“Aku benar-benar menyesal.” Ucap Tobiichi dan perempuan bernama Mana itu bersamaan.
“Berhati-hatilah lain kali!” ucap sang kapten. “Aku akan menunjukkan rekaman saat pertempuran kami melawan Hermit,” ucapnya pada Mana. “Silahkan duduk dimana saja.”
“Baik.” Lalu Mana memilih duduk di sebelah Tobiichi.
“Kapten sangat tegas, bukan? Karena itulah unit kami selalu menang melawan Spirit.” Ucap Mana.
“Setuju.” Ucap Tobiichi.
“Oh, kita punya pemikiran yang sama, ya?”
“Aku dengar kau pernah membunuh Spirit.” Ucap Tobiichi. “Aku ingin kau menceritakannya padaku.”
“Tentang Spirit yang kubunuh itu?” tanya Mana. Ia menunduk sedikit dan memikirkan jawabannya. “Spirit yang satu ini, kasusnya agak berbeda dengan Spirit lainnya.” Ucapnya. “Yah, kurasa tak lama lagi kau akan melihatnya sendiri.”
Bagaimana bisa melihat sendiri Spirit yang sudah dibunuh? Tapi itu cerita lain…
“Karena itulah, aku ditugaskan disini.” Ucap Mana. Ia lalu melihat rekaman saat TAR melawan Hermit, dan disana sempat terekam gambar Shido yang mencoba memanggil Yoshino. “He? Nii-sama (kakak)?”
Rapat TAR dan sesi menonton
ulang rekaman melawan Hermit sudah selesai, mereka semua keluar ruangan dengan
lesu.
“Rapat hari ini kita tidak mendapatkan apa-apa…”
“Yah, kita hanya perlu melakukannya seperti biasa dan saling membantu.”
Ketika Mana berjalan pelan keluar dari ruangan itu, di depannya Tobiichi sudah menghadangnya.
“Apa maksudmu?” tanya Tobiichi tiba-tiba. “Aku tidak tahu kalau Shido punya adik perempuan sepertimu.”
“Apa kau mengenal kakak?” tanya Mana.
“Mengenalnya?” ulang Tobiichi. Ia menggeleng. “Kami sepasang kekasih.”
“Rapat hari ini kita tidak mendapatkan apa-apa…”
“Yah, kita hanya perlu melakukannya seperti biasa dan saling membantu.”
Ketika Mana berjalan pelan keluar dari ruangan itu, di depannya Tobiichi sudah menghadangnya.
“Apa maksudmu?” tanya Tobiichi tiba-tiba. “Aku tidak tahu kalau Shido punya adik perempuan sepertimu.”
“Apa kau mengenal kakak?” tanya Mana.
“Mengenalnya?” ulang Tobiichi. Ia menggeleng. “Kami sepasang kekasih.”
“Selamat pagi, semuanya.”
Sapa Tama-sensei. “Coba tebak, kita akan mendapatkan seorang murid baru yang
akan bergabung dengan kelas kita!”
“Lagi?” pikir Shido. “Padahal Tohka juga belum lama masuk ke kelas ni…”
“Saa, bisakah kau masuk sekarang?” tanya Tama-sensei. Pintu kelas tergeser dan masuklah seorang perempuan ke kelas itu. Rambutnya hitam dan menutupi mata kirinya.
Perempuan itu lalu menuliskan kanji namanya di papan, “Namaku Tokisaki Kurumi.”
“Lagi?” pikir Shido. “Padahal Tohka juga belum lama masuk ke kelas ni…”
“Saa, bisakah kau masuk sekarang?” tanya Tama-sensei. Pintu kelas tergeser dan masuklah seorang perempuan ke kelas itu. Rambutnya hitam dan menutupi mata kirinya.
Perempuan itu lalu menuliskan kanji namanya di papan, “Namaku Tokisaki Kurumi.”
Ia memancarkan auranya yang
membuat laki-laki di kelas itu terpikat. Semuanya bersorak-sorak.
Siswa bernama Kurumi itu tersenyum, “Aku adalah seorang Spirit.”
“Heee?” seisi kelas menjadi hening. Semuanya terkejut dengan ucapan murid baru itu, terutama Shido, Tohka dan Tobiichi.
“Eto…” gumam Tama-sensei. “Baiklah, terima kasih sudah memperkenalkan diri! Kalau begitu, akan ibu carikan tempat duduk…”
“Sebelum itu, boleh aku mengatakan sesuatu?” tanya Kurumi.
“A-apa itu?”
“Aku masih belum terlalu mengenal sekolah ini, jika ada seseorang yang mau menemaniku berkeliling sekolah saat pulang nanti, aku akan sangat senang.” Ucapnya.
“Aku bisa!” Tonomachi langsung berdiri.
“Tidak, terima kasih.”
“He?”
“Apa kau mau melakukannya…” Kurumi berjalan ke bangku salah seorang siswa. “…Shido-san?”
“Eh? Aku?” tanya Shido.
Kurumi tersenyum dengan liciknya.
…
Siswa bernama Kurumi itu tersenyum, “Aku adalah seorang Spirit.”
“Heee?” seisi kelas menjadi hening. Semuanya terkejut dengan ucapan murid baru itu, terutama Shido, Tohka dan Tobiichi.
“Eto…” gumam Tama-sensei. “Baiklah, terima kasih sudah memperkenalkan diri! Kalau begitu, akan ibu carikan tempat duduk…”
“Sebelum itu, boleh aku mengatakan sesuatu?” tanya Kurumi.
“A-apa itu?”
“Aku masih belum terlalu mengenal sekolah ini, jika ada seseorang yang mau menemaniku berkeliling sekolah saat pulang nanti, aku akan sangat senang.” Ucapnya.
“Aku bisa!” Tonomachi langsung berdiri.
“Tidak, terima kasih.”
“He?”
“Apa kau mau melakukannya…” Kurumi berjalan ke bangku salah seorang siswa. “…Shido-san?”
“Eh? Aku?” tanya Shido.
Kurumi tersenyum dengan liciknya.
…
Kapten TAR memperhatikan
data di monitor yang diberikan oleh anak buahnya. “Apa kau yakin tentang hal ini?”
tanya si kapten.
“Y-Ya…” ucap anak buahnya itu.
“Spirit yang menjadi anak pindahan? Jika ini lelucon, sama sekali tidak lucu.” Ucap si kapten.
“Dia bukan Spirit biasa.” Di sebelah sang kapten, Mana entah dari mana muncul. “Tidak hanya menimbulkan gempa luar angkasa, dia juga sudah membunuh lebih dari 10.000 orang dengan tangannya sendiri. Spirit penghancur sejati.”
“Apa?!”
Data di monitor lalu menganalisis jenis spirit dari Kurumi. Kalau Tohka berjenis Princess dan Yoshino berjenis Hermit, Kurumi memiliki jenis Nightmare.
…
“Y-Ya…” ucap anak buahnya itu.
“Spirit yang menjadi anak pindahan? Jika ini lelucon, sama sekali tidak lucu.” Ucap si kapten.
“Dia bukan Spirit biasa.” Di sebelah sang kapten, Mana entah dari mana muncul. “Tidak hanya menimbulkan gempa luar angkasa, dia juga sudah membunuh lebih dari 10.000 orang dengan tangannya sendiri. Spirit penghancur sejati.”
“Apa?!”
Data di monitor lalu menganalisis jenis spirit dari Kurumi. Kalau Tohka berjenis Princess dan Yoshino berjenis Hermit, Kurumi memiliki jenis Nightmare.
…
“Kami sudah
mengkonfirmasinya. Aku tidak percaya kalau dia benar-benar seorang Spirit.”
Ucap Kotori pada Shido melalui microphone Shido. “Yah, tapi ini tugas kita.
Menangkanlah hatinya sebelum TAR itu mengganggu.”
“Shido-san!” Kurumi memanggil Shido. Ia tepat berada di belakang Shido. “Terima kasih sudah mau mengajakku berkeliling.”
“Ya, tidak masalah.” Ucap Shido. Ia dan Kurumi lalu pergi berkeliling, meninggalkan Tohka dan Tobiichi yang mengawasi dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Apa yang pertama-tama ingin kau perlihatkan?” tanya Kurumi.
“Ah…” Shido berpikir sejenak. Sementara itu, komputer di Fraxinus sudah membuat 3 pilihan.
-Atap
-UKS
-Kantin / Koperasi Sekolah
“Semuanya, tentukan pilihan kalian.” Ucap Kotori. “Waktu kalian lima detik!”
Hasilnya atap mendapat suara terbanyak, dengan pilihan kedua selanjutnya dan pilihan ketiga. Pilihan ketiga hanya mendapat satu suara.
“Atap sepertinya tempat yang paling sering dikunjungi.” Ucap Kotori. “Siapa yang memilih nomor 3?”
“Aku.” Ucap Reine.
“Alasannya?”
“Aku menggunakan proses eliminasi. Suster sekolah biasanya berada di dalam UKS, Atap adalah pilihan terbaik, sekaligus pilihan terakhir karena dari sana kita dapat melihat matahari terbenam.”
“Kedengarannya romantis.” Ucap Kotori. “Shido, kau bisa mendengarku?”
“Shido-san!” Kurumi memanggil Shido. Ia tepat berada di belakang Shido. “Terima kasih sudah mau mengajakku berkeliling.”
“Ya, tidak masalah.” Ucap Shido. Ia dan Kurumi lalu pergi berkeliling, meninggalkan Tohka dan Tobiichi yang mengawasi dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Apa yang pertama-tama ingin kau perlihatkan?” tanya Kurumi.
“Ah…” Shido berpikir sejenak. Sementara itu, komputer di Fraxinus sudah membuat 3 pilihan.
-Atap
-UKS
-Kantin / Koperasi Sekolah
“Semuanya, tentukan pilihan kalian.” Ucap Kotori. “Waktu kalian lima detik!”
Hasilnya atap mendapat suara terbanyak, dengan pilihan kedua selanjutnya dan pilihan ketiga. Pilihan ketiga hanya mendapat satu suara.
“Atap sepertinya tempat yang paling sering dikunjungi.” Ucap Kotori. “Siapa yang memilih nomor 3?”
“Aku.” Ucap Reine.
“Alasannya?”
“Aku menggunakan proses eliminasi. Suster sekolah biasanya berada di dalam UKS, Atap adalah pilihan terbaik, sekaligus pilihan terakhir karena dari sana kita dapat melihat matahari terbenam.”
“Kedengarannya romantis.” Ucap Kotori. “Shido, kau bisa mendengarku?”
Selanjutnya: Date a Live episode 7 bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar