Sebelumnya: Date a Live episode 10
Gyaaahh!! Episode ini
benar-benar banyak yang harus di sensor!!
Shido berjalan pulang
melewati rel kereta api dengan lesu. Ia terus saja teringat kata-kata si
Tobiichi,
“Lima tahun yang lalu… dia menyebabkan kebakaran di distrik Nanko di kota Tenguu. Dan… membakar kedua orang tuaku di depan mataku… dia adalah Spirit yang mengendalikan api…”
Shido lalu teringat kata-kata Kotori, “Aku mungkin telah melakukan hal yang buruk 5 tahun yang lalu… bagaimana kalau aku membunuh seseorang?”
Langkah Shido terhenti. Angin berhembus kencang ketika kereta lewat di sampingnya. “Aku dan Kotori tidak mempunyai ingatan tentang 5 tahun yang lalu… kami tidak tahu bagaimana pastinya… tapi…”
“Kotori mungkin hanya dapat menahan kekuatan Spiritnya selama dua hari.” Ucap Reine waktu itu. “Menyelamatkan Kotori…”
“…Hanya aku yang bisa!” pikir Shido.
Adiknya Spirit. Temannya adalah TAR. Dan akhirnya Shido terjebak di antara keduanya…
“Lima tahun yang lalu… dia menyebabkan kebakaran di distrik Nanko di kota Tenguu. Dan… membakar kedua orang tuaku di depan mataku… dia adalah Spirit yang mengendalikan api…”
Shido lalu teringat kata-kata Kotori, “Aku mungkin telah melakukan hal yang buruk 5 tahun yang lalu… bagaimana kalau aku membunuh seseorang?”
Langkah Shido terhenti. Angin berhembus kencang ketika kereta lewat di sampingnya. “Aku dan Kotori tidak mempunyai ingatan tentang 5 tahun yang lalu… kami tidak tahu bagaimana pastinya… tapi…”
“Kotori mungkin hanya dapat menahan kekuatan Spiritnya selama dua hari.” Ucap Reine waktu itu. “Menyelamatkan Kotori…”
“…Hanya aku yang bisa!” pikir Shido.
Adiknya Spirit. Temannya adalah TAR. Dan akhirnya Shido terjebak di antara keduanya…
Date a Live: Hitung Mundur
Text Version esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Text Version esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“Bukannya kau seharusnya
senang?” Tanya si kapten TAR pada Tobiichi. “Kau bisa pulang hari ini. Nikmati
saja waktumu, lagipula kudengar sekolahmu ditutup sementara waktu. Jadi kurasa
kau bisa santai.”
“Dimengerti.”
“Dan juga…” ucap sang kapten. “Peralatan kelas atas akan dikirim ke markas utama dua hari lagi. Karena ini bukan sesuatu yang bisa dilihat setiap waktu, pastikan jangan melewatkan kesempatanmu.”
…
“Dimengerti.”
“Dan juga…” ucap sang kapten. “Peralatan kelas atas akan dikirim ke markas utama dua hari lagi. Karena ini bukan sesuatu yang bisa dilihat setiap waktu, pastikan jangan melewatkan kesempatanmu.”
…
“Ocean Park?” Tanya Shido
pada Reine. “Maksudmu taman bermain yang banyak kolamnya?”
“Benar.” Ucap Reine. Ia, Shido, dan Kannazuki sedang membicarakan tentang rencana kencan dengan Kotori. “Semua pasukan setuju kalau inilah tempat yang cocok untuk Kotori.”
“Masih ada satu hal lagi, Shin. Aku sudah menyiapkan latihan untukmu.” Ucap Reine.
“Latihan?” Tanya Shido. “Akan kulakukan! Untuk menyelamatkan Kotori… demi Kotori, akan kulakukan!”
“Benar.” Ucap Reine. Ia, Shido, dan Kannazuki sedang membicarakan tentang rencana kencan dengan Kotori. “Semua pasukan setuju kalau inilah tempat yang cocok untuk Kotori.”
“Masih ada satu hal lagi, Shin. Aku sudah menyiapkan latihan untukmu.” Ucap Reine.
“Latihan?” Tanya Shido. “Akan kulakukan! Untuk menyelamatkan Kotori… demi Kotori, akan kulakukan!”
“Tunggu dulu…” ucap Shido. “Apa membeli pakaian renang bisa disebut dengan latihan?!” tanyanya pundung. Sekarang Ia dan Tohka sedang berada di toko pakaian renang.
“Kau perlu membiasakan dirimu melihat wanita menggunakan baju renang.” Ucap Reine. Tidak hanya Tohka, bahkan Yoshino juga ada disana. “Akan kacau kalau kau sampai berpikiran kotor saat kencan dengan Kotori.”
“Ny-Nyawa Kotori sedang dalam bahaya! Mana mungkin kulakukan hal seperti itu!”
“Apa kau lupa kalau kami terus mengawasi detak jantungmu?”
Glek. “Aku akan berusaha!!”
“Bagus.”
“Semua ini hebat, Shido!!” ucap Tohka. “Apa mereka semua ini baju renang?”
*nb: Tohka memakai “minna” bukan “subete”, jadi saya kurang tau apa dia mengira baju renang itu manusia, atau itu memang bahasa dari sananya.
“Oi, Shido… kalau yang ini apa?”
“Eh? Itu adalah…”
“Millitary Zapped Ultimate Grind Instrument.” Ucap seseorang. “Atau, bisa disingkat MIZUGI, pakaian renang Jepang. Ini adalah model baru dari perlengkapan perang anti Spirit. Saat aktif, realizer yang tertanam akan memulai operasi energi ata, melepaskan proyektil lalu mengubahnya ke bentuk molekul, dimana bisa menghancurkan baju astral Spirit, dan menghancurkan jaringan tubuh mereka sehingga tidak bisa beregenerasi kembali.” Ucap orang itu, Tobiichi.
“Ah?!” Tohka dan Yoshino terkejut mendengar itu.
“O-Origami!!” ucap Shido.
Tobiichi melirik Yoshino yang bersembunyi di belakang Tohka dengan ketakutan, “Sudah kuduga… Hermit..”
“Kau…!! Apa yang kau lakukan disini?!” Tanya Tohka. “Shido, apakah apa yang Ia katakana itu benar?”
“Tidak, mana mung—“
“Itu benar, kok.” Potong Tobiichi. “Ia membawa kalian berdua kesini karena adanya Mizugi. Aku yakin Ia akan menyerang kalian saat kalian lengah.”
“Jangan bohong!! Shido tidak akan melakukan hal seperti itu!!” ucap Tohka.
“Aku juga berpikir begitu…” ucap Yoshino.
“Benar, kan, Shido?”
Origami menutup hidungnya dan membuat suara buatan seperti laki-laki, “Tidak, seperti apa yang Origami katakan,” ucap Tobiichi. Shido hanya memperhatikannya dengan tatapan stress(?). “Aku berencana untuk membunuh kalian disini.”
“A-apa yang kau katakan,
Shido?!” Tanya Tohka yang percaya kalau itu kata-kata Shido.
“Bagaimana kau bisa terpengaruh?” Tanya Shido yang asli. Tohka terdiam…. Lalu wajahnya memerah.
“Dasar rubah licik, Tobiichi Origami!!” ucap Tohka. “Kau mempermainkanku?!”
“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.” Ucap Tobiichi dengan tampang polos. Shido menghela nafasnya.
“Tapi, kebetulan sekali kita bertemu disini.” Ucap Shido. “Bagaimana lukamu?”
“Aku baik-baik saja. Tapi, ini bukanah suatu kebetulan.” Ucap Tobiichi. Di atas toko, terlihat ada sebuah kamera cctv. Mungkin dari sanalah Tobiichi melacak mereka. “Aku senang bertemu dengan Shido, tapi, hari ini aku punya urusan dengan Yatogami Tohka.”
“A-apa?” Tanya Tohka yang sudah siaga dengan kuda-kudanya.
“Apa kau ingat Spirit Api yang muncul di langit waktu itu?” Tanya Tobiichi. “Kau pasti melihat Spirit itu. Beritahu aku apa yang kau ingat.”
Tohka memalingkan wajahnya, “Huh! Aku tidak akan memberitahumu meskipun aku tahu!!”
Tobiichi membuat wajah memelas, “Ku-mo-hon.” Ucapnya.
“Bagaimana kau bisa terpengaruh?” Tanya Shido yang asli. Tohka terdiam…. Lalu wajahnya memerah.
“Dasar rubah licik, Tobiichi Origami!!” ucap Tohka. “Kau mempermainkanku?!”
“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.” Ucap Tobiichi dengan tampang polos. Shido menghela nafasnya.
“Tapi, kebetulan sekali kita bertemu disini.” Ucap Shido. “Bagaimana lukamu?”
“Aku baik-baik saja. Tapi, ini bukanah suatu kebetulan.” Ucap Tobiichi. Di atas toko, terlihat ada sebuah kamera cctv. Mungkin dari sanalah Tobiichi melacak mereka. “Aku senang bertemu dengan Shido, tapi, hari ini aku punya urusan dengan Yatogami Tohka.”
“A-apa?” Tanya Tohka yang sudah siaga dengan kuda-kudanya.
“Apa kau ingat Spirit Api yang muncul di langit waktu itu?” Tanya Tobiichi. “Kau pasti melihat Spirit itu. Beritahu aku apa yang kau ingat.”
Tohka memalingkan wajahnya, “Huh! Aku tidak akan memberitahumu meskipun aku tahu!!”
Tobiichi membuat wajah memelas, “Ku-mo-hon.” Ucapnya.
Shido dan Tohka langsung
shock melihat pose Tobiichi yang sangat… mengerikan.
“He-hentikan… apa yang kau inginkan?” Tanya Tohka yang ditaklukan oleh pose itu.
“Aku ingin kau memberitahuku soal Spirit Api itu…” ucap Tobiichi. “Ku-mo-hon.”
Tohka dan Yoshino langsung berpelukan dan merinding melihat pose yang kedua.
“Ba-baiklah!!” ucap Tohka. “Akan kuberitahu, tapi angkat kepalamu! Itu menjijikkan!”
“Si Spirit Api itu… ya, dia memang ada disana… dia…” ucap Tohka dengan suara serius(?). “…Dia merah.”
“Dan?”
“Ano wa… dia kuat.” Ucap Tohka.
“Itu saja?”
Tohka berpikir keras, “Ya, dan dia BUAAARRR seperti ini.” Tohka memperagakan adegan ledakan.
“Kau tidak berguna.”
“A-APA?!!” Tanya Tohka dengan amarah menggebu-gebu. “Aku sudah membantumu, apa-apaan dengan sikapmu itu!!??”
“Ngomong-ngomong, Shido.” Ucap Tobiichi. “Aku hanya punya 1 baju renang, itupun dari sekolah. Kalau aku memakainya ke kolam atau pantai, pasti akan memalukan.”
“Oh…Uh…Um…” gumam Shido. “Selagi kau ada di toko baju renang, kenapa tidak kau beli saja?”
“Pendapat orang lain sangat membantu dalam memilih baju renang.” Ucap Tobiichi. “Khususnya pendapat seorang pria.”
“Eh?”
“Aku butuh pendapat seorang pria.”
“Ano…”
“Aku butuh.”
“Ba-baiklah, akan kubantu…”
“He-hentikan… apa yang kau inginkan?” Tanya Tohka yang ditaklukan oleh pose itu.
“Aku ingin kau memberitahuku soal Spirit Api itu…” ucap Tobiichi. “Ku-mo-hon.”
Tohka dan Yoshino langsung berpelukan dan merinding melihat pose yang kedua.
“Ba-baiklah!!” ucap Tohka. “Akan kuberitahu, tapi angkat kepalamu! Itu menjijikkan!”
“Si Spirit Api itu… ya, dia memang ada disana… dia…” ucap Tohka dengan suara serius(?). “…Dia merah.”
“Dan?”
“Ano wa… dia kuat.” Ucap Tohka.
“Itu saja?”
Tohka berpikir keras, “Ya, dan dia BUAAARRR seperti ini.” Tohka memperagakan adegan ledakan.
“Kau tidak berguna.”
“A-APA?!!” Tanya Tohka dengan amarah menggebu-gebu. “Aku sudah membantumu, apa-apaan dengan sikapmu itu!!??”
“Ngomong-ngomong, Shido.” Ucap Tobiichi. “Aku hanya punya 1 baju renang, itupun dari sekolah. Kalau aku memakainya ke kolam atau pantai, pasti akan memalukan.”
“Oh…Uh…Um…” gumam Shido. “Selagi kau ada di toko baju renang, kenapa tidak kau beli saja?”
“Pendapat orang lain sangat membantu dalam memilih baju renang.” Ucap Tobiichi. “Khususnya pendapat seorang pria.”
“Eh?”
“Aku butuh pendapat seorang pria.”
“Ano…”
“Aku butuh.”
“Ba-baiklah, akan kubantu…”
Selanjutnya: Date a Live episode 11 bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar