Sebelumnya: Hataraku Maou-sama! Episode 1 bagian 1
Kedua iblis itu berakhir di
kantor polisi. Mereka di pisahkan di ruang yang berbeda untuk di tanyai.
“Ah.. jadi…” polisi 1 mencoba berkomunikasi dengan sang raja iblis. “Thisu isu… katsudon, okay? (This is… katsudon, okay?).” ucapnya menjelaskan nama makanan yang tersedia di depan mereka.
“Khatsu… dum?” ucap raja iblis.
“Yes.. yes…” ucap si polisi.
Mata raja iblis itu berubah menjadi merah, dan seakan menggunkan infra merah, Ia memeriksa makanan itu dengan matanya itu.
“Daging hewan yang dibalut adonan tepung kemudian digoreng… saat dimasak, adonan telur ditaruh di atasnya… ini sudah dingin tapi dihangatkan kembali…” pikir raja iblis itu.
“Yah, sebenarnya kami dilarang memberi makanan…” ucap si polisi. “Tapi anggaplah ini kebaikan dariku karena kalian terluka.”
Raja iblis itu memandang mata polisi itu dengan tajam. “Aku butuh segala informasi tentang dunia ini…” ucapnya.
Mata polisi itu tiba-tiba menjadi sayu, dan Ia seolah-olah terhipnotis. “Ya. Baiklah…” ucap polisi itu.
“Jawab pertanyaanku.”
“Ah.. jadi…” polisi 1 mencoba berkomunikasi dengan sang raja iblis. “Thisu isu… katsudon, okay? (This is… katsudon, okay?).” ucapnya menjelaskan nama makanan yang tersedia di depan mereka.
“Khatsu… dum?” ucap raja iblis.
“Yes.. yes…” ucap si polisi.
Mata raja iblis itu berubah menjadi merah, dan seakan menggunkan infra merah, Ia memeriksa makanan itu dengan matanya itu.
“Daging hewan yang dibalut adonan tepung kemudian digoreng… saat dimasak, adonan telur ditaruh di atasnya… ini sudah dingin tapi dihangatkan kembali…” pikir raja iblis itu.
“Yah, sebenarnya kami dilarang memberi makanan…” ucap si polisi. “Tapi anggaplah ini kebaikan dariku karena kalian terluka.”
Raja iblis itu memandang mata polisi itu dengan tajam. “Aku butuh segala informasi tentang dunia ini…” ucapnya.
Mata polisi itu tiba-tiba menjadi sayu, dan Ia seolah-olah terhipnotis. “Ya. Baiklah…” ucap polisi itu.
“Jawab pertanyaanku.”
“Alsiel!” sang raja iblis membuka pintu tepat dimana Alsiel berada dan sedang ditanyai. Tapi…
Hening.
Alsiel justru sedang memakan makanan yang disediakan polisi itu dengan lahap.
“Alsiel?”
“Uhuk!” Alsiel langsung berdiri melihat tuannya. “Ya-Yang Mulia!!”
“Hei, kau tak boleh masuk begitu saja!” ucap si polisi 2.
“Diam!” ucap sang raja iblis dengan suara yang mengerikan. Dan seperti yang terjadi pada polisi 1, polisi 2 seakan terhipnotis dan menuruti perintah sang raja iblis.
“Yang Mulia Satan…” ucap Alsiel. “Aku senang melihat anda baik-baik saja…”
Raja iblis itu mengangguk. “Tadi aku menggunakan hipnotis untuk mencari informasi seputar dunia ini.” Ucapnya. “Kita berada di tempat yang bernama Bumi, di sebuah pulau yang disebut Jepang. Saat ini kita berada di ibukotanya, Tokyo. Dan gedung ini disebut dengan Kantor Polisi. Kepolisian merupakan badan keamanan Negara yang menegakkan hukum bagi publik.”
“Begitu rupanya.” Gumam Alsiel. “Lalu, benda di atas meja itu…”
“Khatsu-dum.” Ucap sang raja iblis. “Makanan yang umum di tempat ini.”
“Khatsu-dum…” Alsiel menutupi mulutnya. “Begitu rupanya… memang terdengar penuh dengan kekuatan…menakjubkan.”
“Eh? Ti-tidak. Ini tidak semenakjubkan yang kau kira.” Ucap sang raja. “Di dunia ini, sihir, iblis, dan malaikat kegelapan tak lain hanyalah khayalan belaka. Mereka yakin dunia seperti itu tidak ada.”
Alsiel terkejut. “Du-dunia yang tanpa sihir?! Yang benar saja!”
…
Alsiel justru sedang memakan makanan yang disediakan polisi itu dengan lahap.
“Alsiel?”
“Uhuk!” Alsiel langsung berdiri melihat tuannya. “Ya-Yang Mulia!!”
“Hei, kau tak boleh masuk begitu saja!” ucap si polisi 2.
“Diam!” ucap sang raja iblis dengan suara yang mengerikan. Dan seperti yang terjadi pada polisi 1, polisi 2 seakan terhipnotis dan menuruti perintah sang raja iblis.
“Yang Mulia Satan…” ucap Alsiel. “Aku senang melihat anda baik-baik saja…”
Raja iblis itu mengangguk. “Tadi aku menggunakan hipnotis untuk mencari informasi seputar dunia ini.” Ucapnya. “Kita berada di tempat yang bernama Bumi, di sebuah pulau yang disebut Jepang. Saat ini kita berada di ibukotanya, Tokyo. Dan gedung ini disebut dengan Kantor Polisi. Kepolisian merupakan badan keamanan Negara yang menegakkan hukum bagi publik.”
“Begitu rupanya.” Gumam Alsiel. “Lalu, benda di atas meja itu…”
“Khatsu-dum.” Ucap sang raja iblis. “Makanan yang umum di tempat ini.”
“Khatsu-dum…” Alsiel menutupi mulutnya. “Begitu rupanya… memang terdengar penuh dengan kekuatan…menakjubkan.”
“Eh? Ti-tidak. Ini tidak semenakjubkan yang kau kira.” Ucap sang raja. “Di dunia ini, sihir, iblis, dan malaikat kegelapan tak lain hanyalah khayalan belaka. Mereka yakin dunia seperti itu tidak ada.”
Alsiel terkejut. “Du-dunia yang tanpa sihir?! Yang benar saja!”
…
Sang raja iblis menjelaskan
semuanya kepada ajudannya itu sambil berjalan keluar dari kantor polisi itu.
“Jadi begitu rupanya… kita tidak bisa mempertahankan wujud iblis kita karena tidak adanya sihir di dunia ini, eh?” ucap Alsiel.
“Benar.” Sahut sang raja iblis. “Tetapi, kenapa kita harus berwujud seperti ini?!” ucapnya sambil melihat wujudnya manusianya di kaca tikungan jalan. “Mungkin karena manusia merupakan wujud dasar dari segala jenis mahkluk…”
“Mungkin saja begitu…” ucap Alsiel. “Karena system di dunia ini, energi kita banyak terkuras untuk membuka gerbang…”
“Aku masih bisa mengeluarkan sedikit sihir, tapi agak susah mengendalikannya…” ucap sang raja iblis. “Bagaimana denganmu, Alsiel?”
Alsiel bersiap lagi dengan posenya, dang mengangkat tangannya ke angkasa, “HYAHHH!!” ucapnya.
Ckiiittt!! Sebuah taxi berhenti ketika melihat tangan Alsiel yang diangkat ke atas. Pintu taxi itu langsung terbuka untuk mereka.
“Maou-sama, apa-apaan ini?!” Tanya Alsiel.
“Aku yakin kendaraan itu datang karena adanya sihir.” Ucap si raja iblis, Maou.
“Begitu rupanya…”
“Jadi begitu rupanya… kita tidak bisa mempertahankan wujud iblis kita karena tidak adanya sihir di dunia ini, eh?” ucap Alsiel.
“Benar.” Sahut sang raja iblis. “Tetapi, kenapa kita harus berwujud seperti ini?!” ucapnya sambil melihat wujudnya manusianya di kaca tikungan jalan. “Mungkin karena manusia merupakan wujud dasar dari segala jenis mahkluk…”
“Mungkin saja begitu…” ucap Alsiel. “Karena system di dunia ini, energi kita banyak terkuras untuk membuka gerbang…”
“Aku masih bisa mengeluarkan sedikit sihir, tapi agak susah mengendalikannya…” ucap sang raja iblis. “Bagaimana denganmu, Alsiel?”
Alsiel bersiap lagi dengan posenya, dang mengangkat tangannya ke angkasa, “HYAHHH!!” ucapnya.
Ckiiittt!! Sebuah taxi berhenti ketika melihat tangan Alsiel yang diangkat ke atas. Pintu taxi itu langsung terbuka untuk mereka.
“Maou-sama, apa-apaan ini?!” Tanya Alsiel.
“Aku yakin kendaraan itu datang karena adanya sihir.” Ucap si raja iblis, Maou.
“Begitu rupanya…”
Raja Iblis Maou dan Alsiel pundung di pinggir jalan. “Jika kita mengontrol energi sihir yang kita keluarkan dengan hati-hati, maka sihir kita tidak akan habis dengan cepat… masalahnya, kita tak tahu bagaimana caranya mengisi energi sihir kita kembali…” Maou dan Alsiel berjalan menyelusuri kota. “Tetapi, meski sihir dianggap khayalan di dunia ini, berarti masih ada cara mengisi ulang sihir itu kembali selama konsepnya masih ada.” Mereka berjalan melewati bioskop yang menampilkan daftar film yang berhubungan dengan sihir, seperti Holy Potter - Blood of Sorcerer and the Dragon. Film apa itu coba?! -_-
“Pilihan kita hanyalah menemukan cara tersebut dan memulihkan kekuatan.. selama ini, mau tak mau kita harus menaati peraturan di dunia manusia dan tinggal disini.” Maou menghentikan Alsiel dan melihat ke arah lampu lalu lintas yang menyala merah. Mereka harus menaati peraturan dunia manusia.
“Sungguh kenyataan yang pahit…” ucap Alsiel.
“Benar.” Sahut Maou. “Lalu hal yang harus dilakukan pertama-tama…” mereka pergi ke sebuah gedung instansi Negara, “Kita harus memiliki KTP dan Paspor dari badan transmigrasi!!!”
Maou berhadapan dengan seseorang dari badan tersebut. Ia mencoba menghipnotisnya dengan sekuat tenaga meskipun terlihat Ia sudah tak mampu.
“Pc Qokx…” ucap Alsiel.
“Ah… are…” si petugas memberikan kepada mereka formulirnya begitu saja setelah dihipnotis oleh Maou. Selanjutnya mereka pergi ke tempat lainnya.
“Selanjutnya, kita butuh ATM.” Ucap Maou. “Kita butuh benda ini untuk mengisinya.” Ucapnya sambil mengeluarkan uang 10 ribu yen yang entah didapat darimana.
“Kertas apa itu?” tanya Alsiel.
“Ini adalah mata uang yang digunakan di Negara ini.” Ucap Maou. “Aku mengambilnya dari manusia tadi.” Ucapnya membicarakan polisi yang tadi menangkap mereka. “Lalu, kita juga butuh benda bernama cap, jadi aku membuatnya sendiri tadi.” Ucap Maou.
“Hebat.” Ucap Alsiel.
Tak berapa lama, mereka sudah punya buku rekening dan kartu ATM. Mereka melanjutkan perjalanan(?) mereka ke agen perumahan.
“Selanjutnya, kita butuh markas untuk menyusun rencana dengan mencarinya melalui agen perumahan.” Ucap Maou.
“Kami seduang mencuari ruhmaah…” ucap Maou mencoba memakai bahasa Jepang kepada sang agen walau kata-katanya banyak yang salah.
“Lokasi seperti apa yang anda inginkan?” tanya si agen.
“Whoa!! Dia paham!!” Alsiel terkagum-kagum.
“Tenanglah, tenanglah, Alsiel! Apa lagi yang bisa kau harapkan dariku selain bakat alami dalam berbincang-bincang?!” ucap Maou jadi bersemangat. Tentu saja Ia bicara dengan Alsiel memakai bahasa Ente Isla. “Baiklah, serahkan semuanya padaku!!!”
“Ibu kos pemilik asrama ini agak nyentrik…” ucap si agen. Itu bahkan bukan rumah pribadi, hanya kos-kosan. “Ia secara khusus mengatakan menyewakan rumah untuk orang-orang aneh seperti kalian…”
Untung sang raja iblis tidak mengerti apa yang agen itu katakan.
“I-ini…” ucap Alsiel dalam bahasa Ente Isla. Ia melihat rumah itu dengan tatapan ngeri.
“Ya, aku mengerti perasaanmu.” Ucap Maou.
“Yah, setidaknya kita dapat dua bangunan… dengan enam kamar…” ucap Alsiel.
“Kamar kalian disini, kamar nomor 201.” Ucap si agen mengantarkan mereka ke kamarnya. Di lantai kedua, tepat setelah naik tangga.
“Jadi…” ucap Alsiel. “Kita cuma dapat satu kamar?”
“Setidaknya kita harus senang karena punya tempat tinggal..” ucap Maou. “Walaupun ini sangat berbeda jauh dengan ista─”
“Selamat datang.” Dari arah tangga terdengar suara seorang perempuan. Semuanya menengok.
Alsiel dan Maou terkejut melihat ‘mahkluk’ yang muncul.
“Tu..Pan? (Manu…sia?)” tanya Maou.
“Jadi kalian berdua yang mau mengekos disini?” tanya perempuan itu.
“Dia bisa bicara?!” tanya Alsiel dalam bahasa EI.
“Dia adalah pemilik asrama ini dan tinggal disebelah.” Ucap sang agen memperkenalkan.
“Namaku Shiba Miki.” Ucap perempuan itu. “Nama Miki berarti ‘pesona kecantikan’. Ah, tapi kalian boleh memanggilku Mikitty~”
Maou dan Alsiel hanya ternganga dan mengangguk. Walau mereka tidak mengerti, namun sepertinya ucapan ibu kos itu nancep.
Di dekat jendela kamar
kosan, Maou dan Alsiel duduk untuk membicarakan rencana mereka selanjutnya.
Cahaya bulan masuk menerangi percakapan mereka.
“Maou-sama, apa anda yakin tentang hal ini?” tanya Alsiel.
“Di dunia ini, balas dendam setara dengan penderitaan…” ucap Maou. “Terpaksa kita tinggal di asrama bobrok(?) ini untuk beberapa waktu…”
“Yang Mulia…”
“Bersiaplah untuk pergerakan selanjutnya.” Ucap Maou. “Lalu─”
BRUUKK!! Tiba-tiba Maou tergeleta pingsan.
“Maou-sama? Maou-sama!”
Sebuah ambulan mengangkut Maou pergi.
“MAOU-SAMA!!!!!” teriak Alsiel.
“Maou-sama, apa anda yakin tentang hal ini?” tanya Alsiel.
“Di dunia ini, balas dendam setara dengan penderitaan…” ucap Maou. “Terpaksa kita tinggal di asrama bobrok(?) ini untuk beberapa waktu…”
“Yang Mulia…”
“Bersiaplah untuk pergerakan selanjutnya.” Ucap Maou. “Lalu─”
BRUUKK!! Tiba-tiba Maou tergeleta pingsan.
“Maou-sama? Maou-sama!”
Sebuah ambulan mengangkut Maou pergi.
“MAOU-SAMA!!!!!” teriak Alsiel.
Selanjutnya: Hataraku Maou-sama! episode 1 bagian 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar