Rabu, 23 Oktober 2013

Versi Teks Defense Devil Chapter 21 c

Sebelumnya: 21 b

Ini adalah cerita tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia iblis.

Ini adalah cerita tentang seorang iblis yang membuang semua miliknya untuk ketiadaan.

Ini adalah cerita, tentang iblis terkeren yang pernah kulihat.


Ini adalah cerita tentang tuanku…



Pertarungan yang tidak seimbang antara 450 iblis dan seorang pangeran dunia iblis,
Terjadi di dunia manusia.

Hasil dari pertarungan yang sengit itu, tidak terlalu berarti.

Apa yang penting adalah, mengapa tuan bertindak seolah Ia sudah tahu lebih dulu kalau ‘hal itu’ akan terjadi?

Mengapa tuan mampu bertahan menjadi setengah manusia?

Mengapa?

Insiden itu bermula 6 bulan yang lalu, di dunia iblis.


Seorang pangeran iblis berdiri terpaku di depan sebuah gardu yang menjulang megah. Di kedua sisi samping gardu, tergantung dua orang iblis.

“Kami minta maaf, saat kami sampai disini, mereka berdua sudah…!!!” ucap seseorang pada pangeran iblis itu. “Tolong bunuh kami sebagai gantinya… Tuan!!”

Pangeran iblis itu tidak melakukan apa-apa selain menahan tangisnya.



BLARRR!!!
Pangeran iblis itu masuk secara paksa ke dalam sebuah istana. Ia dihadang oleh begitu banyak prajurit yang membuatnya terpaksa merusak beberapa properti istana.

“Dia tidak boleh mendekat lebih dari ini!” “Hentikan pangeran Kucabara bahkan jika itu mengorbankan nyawamu!!” “Jauhkan Ia dari singasana raja!!”

Tentu saja para prajurit itu dengan mudah disingkirkan oleh sang pangeran, tanpa melukai mereka sedikitpun. Sang pangeran akhirnya sampai ke depan singasana. Orang yang duduk di singasana sangat besar dan tidak berwujud manusia seperti Kucabara. Bahkan kakinya saja sudah dua kali tubuh Kucabara.

“Kenapa kau membunuh kakak-kakakku?!” teriak Kucabara pada orang itu. “Ayah?!” semacam aliran kekuatan muncul di mengelilingi Kucabara. “Bagaimana bisa orang tua membunuh anak mereka sendiri?!!”

“Khukhukhu… jadi kau mengalahkan semua pengawalku seorang diri, hm? Sesuai seperti yang kuharapkan dari penerusku…” ucap sang raja yang tidak lain merupakan ayah Kucabara.

“Kau harus mengetahui alasannya lebih baik dari siapapun, bahwa ini semua adalah kesalahanmu.” Ucap sang raja iblis lagi. “Bagaimanapun juga, ini karena kau yang mewarisi kekuatanku lebih besar dari saudaramu yang lainnya. Dalam kerajaan iblis, keadilan adalah kekuatan. Anak yang lemah atau hanya memiliki setengah kekuatan itu merupakan suatu kutukan. Dan di antara anak-anakku, yang akan menjadi raja iblis nantinya hanya ada satu, benar kan?”

“Sialan kau!!” Kucabara mengamuk. Kali ini kekuatan yang mengitarinya jauh lebih besar. “Br*ngsek kau!! Meski kau berkata begitu, kau masih seorang ayah!!”




“Gwahahahaa… hahahaha!! Itu dia, Kucabara!! Salurkan kemarahanmu dan lepaskan sifat jahatmu.” Ucap sang raja iblis.”Tunjukkan bahwa kau pantas menjadi raja iblis!!”

“Grrr… uoooohhh!!!” Kucabara maju dan menyerang si raja iblis dengan pedang di tangannya. Si raja iblis membentuk sebuah pusaran kecil ditangannya, dan ketika Kucabara mendekat, Ia melepas pusaran tersebut yang langsung menembus tubuh Kucabara dan melubanginya.

“Ukh!!!”

“Jangan memaksakan dirimu, Kucabara. Kau terpilih karena memiliki kekuatan sihir terkuat. Jika saja kau tidak memilikinya, aku sudah membunuhmu dari dulu karena mental emosimu yang lemah itu. Tumbuh dewasalah, Kucabara. Biarkan kebencianmu membara, dan tujukan dirimu pada kursi singasana ku.” Ucap sang raja. “Dan… jika kau menolak menjadi semakin jahat, maka yang selanjutnya adalah adikmu.”

“Aku akan membuatnya kehilangan pikirannya dengan pengendalian pikiran dan bunuh diri, seperti yang kulakukan pada kakak-kakakmu yang tidak kompeten.”

Kucabara terdiam. Ia membayangkan sosok adiknya yang tersenyum dibalik jeruji besi. Akankah adiknya akan Ia lihat tergantung seperti kakak-kakaknya? Bisakah Ia membiarkan itu terjadi?

“Apa kau mengerti, Kucabara? Kau adalah raja iblis selanjutnya… kau harus menjadi kejam dan biadab.”


“Apakah kau melihatnya?” “Ya!” “Dia yang akan menjadi raja iblis yang selanjutnya.” “Itu Kucabara-sama!!” setiap orang membicarakan Kucabara ketika Ia berjalan melewati suatu kota sendirian. “Hei, ini bercanda, kan? Aku dengar setelah kedua kakaknya mati, Ia menjadi lebih ganas dari sebelumnya.” “Kucabara-sama membunuh bawahan dan teman-temannya, lalu meninggalkan lautan darah pada jalan yang dilaluinya.”

Kucabara hanya terdiam dan terus berjalan tanpa menghiraukan perkataan orang-orang itu.

“Kyaa!! Dia melihat ke arah sini!!” “Kyaaa!” “Kita sangat beruntung!” “Dia orang yang akan menjadi raja selanjutnya!!”

Setelah sampai di kerajaan, Kucabara langsung menghadap ke depan raja.
“Kantor militer telah memuji aksimu. Kau lihat? Kau bisa melakukannya jika kau memfokuskan pikiranmu pada hal itu.” Ucap sang raja. “Huh, Kucabara?”

Kucabara hanya terdiam dan tidak menyahut sedikitpun.

Di hari yang terik di dunia iblis, Kucabara pergi ke suatu tempat.
“Bichiura!!” Ia mencari seseorang di tempat itu.

“Ya ampun, tuan. Kau terlambat!!” ucap seorang iblis kecil memarahi Kucabara. Ia memakai syal dan mantel di hari dingin yang terik itu. “Ini adalah hari yang kita tunggu-tunggu dimana gerhana matahari yang ada sekali setahun akan muncul!! Cepatlah kesini!!” ucap iblis kecil itu di atas undakan batu.

“Sampah…” ucap Kucabara pada iblis itu dengan ekspresi marah. “Tidak pernah ada yang mengatakan hal seperti itu kepadaku sebe─”

BUAAAGG!! Kucabara langsung menerima satu strike─eh, maksudnya satu tendangan dari Bichiura. “HEN-TI-KAN Aktingmu itu!!” ucap Bichiura.

Setelah puas membully(?) tuannya, Bichiura kembali ke undakan batu itu.
“Saat kau bersamaku, jangan merasa bahwa kau perlu berpura-pura lagi.”

“Bwahaha… ayo berangkat, Bichiura!” Kucabara melepas tawanya. Selama ini Ia hanya dapat berpura-pura menjadi pangeran iblis yang kejam, meskipun Ia sama sekali tidak kejam. Tapi di depan Bichiura, Ia dapat menjadi dirinya sendiri.





Kucabara langsung pergi ke tempat yang aka mereka tuju dengan ekspresi yang ceria.

“Ya ampun, kau bergerak terlalu cepat!” ucap Bichiura yang kesusahan mengejarnya.

“Ini adalah lomba ‘siapa yang sampai duluan dialah yang menang’!! dan jika kau kalah…” ucap Kucabara. “Kau akan menerima hukuman ‘berikan pemenangnya kuda-kudaan saat sampai di rumah’!!”

Bichiura hanya tersenyum di belakang Kucabara. “Terima kasih, Tuhan. Tuan tida berubah sedikit pun…”

Mereka akhirnya sampai di sebuah undakan batu dimana mereka dapat melihat gerhana matahari dengan sangat jelas. Gerhana itu sudah mulai terjadi.

“Ah, lihat! Gerhananya sudah dimulai! Gerhana matahari dunia iblis!!” ucap Kucabara. “Oh!! Lihatlah!!”

Saat gerhana matahari terjadi, sebuah pusaran hitam terbentuk dibawahnya. Dan, perlahan-lahan terlihat dunia manusia di bawah sana.

“Wow! Kita benar-benar bisa melihatnya!” ucap Kucabara takjub.

“Benar, kan? Aku sudah mengatakannya padamu. Bukankah ini misterius? Saat gerhana matahari dunia iblis dimulai, sebuah portal menuju dunia manusia terbentuk.” Ucap Bichiura. “Kau sudah melalui banyak hal. Aku pikir hal ini mungkin bisa meringankan sedikit kebosananmu.”

Kucabara menatap ke portal itu. “Jadi, inikah dunia manusia…?” Ia melihat manusia-manusia yang berlalu lalang di pasar dan berkomunikasi dengan riang. “Semuanya terlihat… tersenyum…”

Kucabara melihat dua orang anak manusia yang sedang bermain bola bersama. “Mereka berdua terlihat sangat dekat. Aku bertanya-tanya apakah mereka adalah saudara?”

Bichiura menatap tuannya, ekspresi sedih terpasan di wajah Kucabara. “A-ayo kita pulang ke rumah!! Akan jadi masalah jika kau sampai menjatuhkan sesuatu ke dunia manusia!!”

Kucabara tidak menyahut.

“Itu tidak akan terjadi, kau masih─Tuan, kau tidak boleh menyalahkan dirimu terus, oke?” ucap Bichiura. “Kematian saudara-saudaramu bukanlah kesalahanmu. Itu adalah takdir, dan tidak seorangpun dapat merubah takdir.”

Kucabara terkejut ketika melihat salah satu anak tadi menyebrang jalan dan akan tertabrak oleh sebuah truk.
“AWASSS!!”

Kucabara menggunakan kekuatannya dan membuat mobil itu hancur dan tidak bisa bergerak tepat beberapa cm sebelum  menyentuh anak itu.

Kau tidak bisa merubah takdir…?” Kucabara mengulangi kata-kata Bichiura.

“Apa yang kau lakukan?! Jika kau melakukan itu di dunia manusia, maka─”

“Siapa yang tahu?” potong Kucabara. “Aku akan merubah semua takdir itu.”


                     
Bersambung ke: Defense Devil Chapter 22

===========================================================
Help like my facebook page ^^ >  Click Here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar