Kamis, 29 November 2012

Versi Teks Inuyasha chapter 2


Sebelumnya:Inuyasha chapter 1

DRKKOMM!!! SIRRKKK!! Sssshhh…. Seekor siluman yang tancap panah disebuah pohon membuka matanya perlahan…
“Bau ini…Bau dari seseorang yang telah membunuhku…” ucap siluman itu. “Semakin dekat!”


“Aku yakin bisa menemukan bantuan!” ucap Kagome yang sudah tidak jauh dari sumur itu, dan dari siluman ‘itu’….
“Berikan bola empat arwah itu padaku!!” teriak siluman yang terus mengejar Kagome.

“Aku tidak punya benda seperti…” Kagome terus berlari. “…Ta.. tapi aku…”
Bruukk!!! Kagome tersandung akar pohon dan terjatuh. Sementara siluman kelabang itu sudah dekat dengannya.
“Kenapa mainan tidak bermutu itu ternyata nona kelabang?” ucap seseorang.
“Huh?” Kagome mendongak untuk melihat siapa yang berbicara, dan dilihatnyalah siluman setengah manusia yang tertancap di pohon itu…

“Si…siapa kau?” Kagome bingung karena mahkluk itu berbicara. Padahal beberapa saat sebelumnya Ia memainkan kuping mahkluk itu tanpa reaksi apapun.

“Hancurkan dia dengan satu serangan, Kikyo…” ucap mahkluk itu. “Bagaimanapun juga, seperti yang kau lakukan padaku.”

“Kikyo? Hei, hei, hei, namaku…”

“Dia datang.” potong siluman-setengah-manusia itu.


“Apa?”
Gwooohh..!!! Tiba-tiba siluman kelabang itu turun dari atas pohon itu dan menangkap Kagome. Dssh!! Dssh!! Beberapa panah menancap di tubuh kelabang itu. Ternyata panah-panah itu berasal dari para warga desa.

“Ini saatnya!! Seraangg!!!” seru para warga desa dan mengejar si kelabang. Oleh karena terdesak, si kelabang melepaskan Kagome.

“Aku… aku selamat…” ucap Kagome. Tapi tidak juga.
Si kelabang melumatkan para warga desa begitu saja.. DNK!! DNK!! Lalu kelabang itu menarik Kagome dengan ke-enam tangannya. Dalam keadaan terpaksa seperti ini, Kagome langsung sigap meraih pegangan terdekat, yaitu rambut si siluman setengah manusia.

“Lepaskan aku!!” pinta Kagome pada kelabang itu. “Biarkan aku pergi!”

“Nona Kaede, Inu-yasha….” seorang warga desa menunjukkan tempat dimana terlihat siluman setengah manusia itu.

“Inu-yasha bangun?” ucap pendeta Kaede lebih pada dirinya sendiri. ‘Selama ini mantranya tidak bisa dirusak…Tapi ini bisa!! … Bagaimana bisa!?’ pikirnya.

“Tubuh ini sangat lemah…” ucap si kelabang yang masih menarik Kagome. “Aku akan melahapmu… bola shikon dan semuanya…”

“Tidak!!”

“Bola shikon…!?” potong siluman setengah manusia bernama Inuyasha itu.

“Pergilah!!” seru Kagome mendorong siluman kelabang itu. Dan kemudian sesuatu terjadi… tubuh kelabang itu bagai meleleh…

“Lihat dia!!” ucap warga desa menyaksikan kejadian itu.

“Ini seperti yang terjadi di sumur…” pikir Kagome. Ia teringat ketika di sumur siluman itu menghilang dan yang tersisa hanya tangan-tangan…”Bagaimana… bagaimana aku bisa… melakukan hal seperti ini…?”

“Dasar busuk!!” seru si kelabang dan kemudian menggigit perut Kagome, mengangkatnya naik dan kemudian dihempaskan. Sebuah bola kecil keluar dari tubuh Kagome…





 “Apa--? Sesuatu keluar dari tubuhnya!!” ucap warga desa.
“Bola empat arwahnya---!!” ucap pendeta Kaede.

Plop!! Bola itu terjatuh di dekat Kagome yang terkulai lemas. Korr..korr…korr… suara bola itu.
“Itu ada.. di dalam tubuhku?” pikir Kagome.

“Aku tahu, aku tahu, aku tahu, kau memang menyembunyikannya…” ucap kelabang itu dan melesat akan mengambil bola itu.

“Bola itu milikku!!” seru Inuyasha.

“Apa?” ucap Kagome pelan.

“Berikan padaku!!”

Zruuuu… Shhhh!!! Kelabang itu melilit Kagome di pohon tempat Inuyasha tertancap. Otomatis mereka berdua yang terlilit.

“ ‘Inuyasha yang mencari bola shikon…’ aku sudah dengar namanya, si manusia setengah siluman…” ucap si kelabang pada siluman-setengah-manusia, Inuyasha. “Terakhir kita bertemu…”

“Setengah siluman…?” pikir Kagome, dan melihat Inuyasha. “Dia..?”

“Jangan menghinaku, nyonya kelabang.” ucap Inuyasha. “Kalau aku ingin, pertemuan kita bisa sangat singkat, dan jadi yang terakhir untukmu.”

“Hei, kau terlalu banyak bicara. Bisakah kau lakukan sesuatu… selain berbicara?” ucap Kagome yang men-down-kan ‘mode cool’ Inuyasha. XD. Kagome ada benarnya, mereka kan dalam posisi terlilit…

“Tidak bisa bergerak, ya… bocah siluman?” kelabang itu mendekati bola kecil yang tadi terjatuh. “Kau sedang berada dibawah pengaruh mantera…”
“Yang saat ini bisa kau lakukan hanyalah menyaksikan…” kelabang itu menjilat bola shikon itu.

“Jangan!! Itu milikku!!”

“Dia memakan bola ajaib itu…?” “Ini tidak bisa…” “Pertanda tidak baik apa, itu, Nona Kaede?” tanya para warga desa.

Setelah menelan bola itu, tangan-tangan kelabang yang tadi meleleh itu menyatu kembali.
“Ti-tidak.. tangannya…” ucap Kagome.
Bukan hanya itu, wujud keseluruhan kelabang itu juga berubah. Mulai mata sipitnya yang jadi menonjol, gigi, hingga lidahnya. Semuanya.

“Ah… kekuatannya menyenangkan…” ucap kelabang itu.

“Dia senang…?” Kagome memasang ekspresi jijik dengan wujud kelabang itu.

“Apa yang kau inginkan, penyihir?” tanya Inuyasha. “Menjadi kelabang makanan pencuci mulut, hah!?”

“Sekali tubuhnya sudah mencerna bola empat arwah, tak satupun dari kita bisa menghentikannya!” ucap pendeta Kaede.

“Baiklah, gadis…” ucap Inuyasha pada Kagome. “Apa kau mau mati disini bersamaku?”

“Tidak, aku tidak ingin mati, tidak disini…Sialan, kau!” pikir Kagome. Tiba-tiba saja tanpa di-instruksikan, Kagome melepas panah yang menancap di dada Inuyasha. “Hiduplah lagi, Inuyasha…”

PSSSHH… panah yang dilepas Kagome lenyap menjadi debu…
“Panahnya… panahnya lenyap…?” para warga desa kebingungan.

KRAKK!! KRAKK!! Inuyasha melepas belitan di tubuhnya. “Hahaha” Ia tertawa. Ia meloncat berputar-putar dan mendarat di depan si kelabang.
“Kau… bocah…” ucap si kelabang.

“Cukup tua untukmu… hah!!” Inuyasha menyerang dengan tangan kosong. Ada kuku, sih. “Pergi kau, siluman!!!!”
DWAAAAA!!! Dengan satu serangan itu, siluman kelabang hancur.


 “Aaah!!” warga desa kaget. “hanya… satu serangan…”

TAP, Inuyasha mendarat. Diikuti dengan mendaratnya ‘puing-puing’ tubuh kelabang.
“Aku sungguh… tidak mengira…” pikir Kagome. “Dia benar-benar kuat…”

BIIKK.. BIKK.. SSSSHH… Siluman itu masih bergerak.
“Kau pasti bercanda…” ucap Kagome. “Ini masih bergerak…?”

“Bisakah kau lihat dimana sinar dari tubuh siluman berada? Bola shikon harus dibakar di dalam tubuhnya!” pendeta Kaede memberikan instruksi, “Jika kau tidak memusnahkan bola itu, Ia akan menghidupkan dirinya kembali, dan itu akan berlangsung tanpa akhir!!”

“Apa itu berarti… kalau aku tidak memusnahkannya….” Kagome terus mencari. “Tunggu! Aku melihatnya!” Kagome memegang bola tu dan pendeta Kaede di sebelahnya.
“Kau bilang kalau bola empat arwah ini adalah suatu sihir…yang bisa memberikan kekuatan pada siluman…?”

“Tentu saja.” ucap pendeta Kaede. “Itu artinya tidak ada gunanya manusia untuk menyimpannya.”

“Kalau begitu, jadilah gadis baik dan serahkan bola itu…” ucap Inuyasha yang mendengar percakapan mereka. “Jika tidak, kau akan merasakan belaian cakarku ini!”

“Apa?”

“Kau pikir aku terlalu jinak, gadis kecil? Tidak saat…” Inuyasha mencondongkan tubuhnya dan menyerang Kagome. “Kau berbau busuk seperti wanita yang telah membunuhku!!”
Kagome berhasil menghindar, Ia sedikit kehilangan keseimbangannya, namun tidak terjatuh.

“Lain kali, aku akan memotongmu jadi dua..” ucap Inuyasha.

“Hei, kau benar-benar mencoba menyakitiku, ya!?” Kagome tidak mengerti dengan alasan siluman setengah manusia itu menyerangnya.

“Nona Kaede, kami pikir…” “Bagaimanapun, kita harus mendahulukan kelabang raksasa!”
“Huff, oh, aku… jika memang begitu,…” ucap pendeta Kaede. “Aku terikat oleh kebodohan…”

Inuyasha menyerang Kagome lagi. “Sekarang…. matilah!!”
“Lupakan itu!!” teriak Kagome, dan serangan cakar Inuyasha meleset mengenai pohon di sebelah Kagome. BROOKK!!! Pohon itu tumbang dan menimpa Kagome, menyebabkan bola shikon yang dipegangnya terlepas.

“Kau milikku!!”

“Kagome!! ucapkan mantera penakluk!!” teriak pendeta Kaede dari jauh.
“Pena-? Ap--?”

“Kata untuk menundukkannya!” jelas pendeta Kaede.
“Tapi.. tapi aku tidak tahu kata—“

DROAAKK!! Inuyasha menghancurkan tanah di dekat Kagome. “Kau mau menaklukanku??!!” Inuyasha berang. “Jangan buat aku tertawa geli!!”

“Uh..uh…” Kagome bingung. Akhirnya kata yang terbesit di pikirannya lah yang Ia ucapkan.. “DUDUK!!”



B-TONG!! Inuyasha yang tadi dalam posisi menyerang langsung terduduk dengan paksa.
“Ha!?” Kagome bingung.

“Hanya ‘duduk’… “ “bisa ditundukkan?” warga desa terheran-heran juga.
“Hmm..” gumam pendeta Kaede.

“Apa-apaan ini??” Inuyasha mencoba memutuskan kalung yang bereaksi di lehernya.

“Hemat energimu, Inuyasha… semua kekuatanmu takkan bisa mencabut jimat itu dari lehermu.” ucap pendeta Kaede datang menghampiri.

“Kau.. kau orang lemah!!” Inuyasha menyerang.

“Lakukan tugasmu.” bisik pendeta Kaede di telinga Kagome.
“Duduk!” ucap Kagome. Brukk!!

“Kalian bisa kembali ke desa, pertunjukan sudah selesai.” ucap pendeta Kaede pada penduduk desa. “Ini tadinya menyenangkan.”

Keesekon harinya, terlihat para penduduk desa sedang bergotong-royong berbenah rumah…

Bersambung ke Inuyasha Chapter 03
(
http://esti-widhayang.blogspot.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar