Sebelumnya:
Chapter 1 part a
“Kenapa?” Ryuuk mengulang perkataan Raito. “Karena aku bosan.”
Raito terdiam menganga.
“Itu mungkin kedengarannya aneh terdengar dari seorang shinigami, tetapi…” ucap Ryuuk.”Aku hanya tidak merasa hidup.”
“Dengan menjadi Shinigami akhir-akhir ini sangat membosankan. Jika tidak tidur kami berjudi. Kau menulis beberapa nama manusia pada Death Note dan mereka menertawakanku yang bekerja begitu keras…”
“Kenapa?” Ryuuk mengulang perkataan Raito. “Karena aku bosan.”
Raito terdiam menganga.
“Itu mungkin kedengarannya aneh terdengar dari seorang shinigami, tetapi…” ucap Ryuuk.”Aku hanya tidak merasa hidup.”
“Dengan menjadi Shinigami akhir-akhir ini sangat membosankan. Jika tidak tidur kami berjudi. Kau menulis beberapa nama manusia pada Death Note dan mereka menertawakanku yang bekerja begitu keras…”
“Membunuh
manusia dari dunia shinigami tidak menyenangkan sama sekali…” ucap Ryuuk.
“Ditambah lagi, menulis nama shinigami di notebook tidak berdampak apapun…”
nah, lho… ketahuan mau nulis nama temannya, ya? :D
“Aku pikir, akan lebih menyenangkan disini…”
“…” Raito terdiam.
Ryuuk membuka buku Death Note lembar demi lembar. “Kau yakin telah menulis banyak nama.” ucap Ryuuk.
“…Aku juga…”
“??”
“Aku juga bosan, jadi…” ucap Raito. “Jelas, aku tidak percaya pada awalnya. Tetapi notebook itu memiliki kekuatan yang membuatmu ingin mencobanya…”
“Aku pikir, akan lebih menyenangkan disini…”
“…” Raito terdiam.
Ryuuk membuka buku Death Note lembar demi lembar. “Kau yakin telah menulis banyak nama.” ucap Ryuuk.
“…Aku juga…”
“??”
“Aku juga bosan, jadi…” ucap Raito. “Jelas, aku tidak percaya pada awalnya. Tetapi notebook itu memiliki kekuatan yang membuatmu ingin mencobanya…”
-----Flashback
ingatan Raito-----
Saat Itu Ia tidur-tiduran
dikamarnya. Matanya terus saja melirik ke arah buku bersampul hitam itu.
Akhirnya Ia tergerak untuk menulis dibuku itu.“Tunggu dulu..” ucap Raito. “Jika itu benar-benar terjadi, apakah aku seorang pembunuh…?”
Raito terdiam untuk berpikir sejenak. “Seseorang yang kematiannya tidak akan diperdulikan… seseorang yang tidak ada hubungannya denganku… Juga, aku harus tahu kalau mereka mati…”
“Coba pikirkan..” batin Raito. Ketika melihat ke televisi, Ia mendapat sedikit ‘pencerahan’ dan menyalakan televisi itu. “Heh.. kenapa aku jadi membahas ini dengan serius?” pikir Raito.
“Pembunuh yang telah membunuh 6 orang secara membabi buta kemarin di kabupaten Shinjuku Hanka masih terkunci di dalam preschool dengan para guru dan 7 orang anak sebagai sandera.” isi berita di tayangan televisi itu. “Tersangka adalah Otoharada Kurou, 42 tahun, seorang pengangguran.” stasiun televisi itu menampilkan foto si pelaku. “Kemarin malam, Otoharada…”
Sambil melihat foto di televisi, Raito menulis nama Otoharada Kurou di death note-nya. Ia kemudian melirik jam di dekat meja belajarnya.
“Serangan jantung dalam empat puluh detik, benarkah?” ucap Raito. “…40 detik… walaupun begitu.. tidak ada yang terjadi…”
“Oh!! Para sandera keluar!!” siaran televisi itu memberitakan. “Sepertinya semuanya baik-baik saja. Dan sekarang polisi menyerbu sekolah…Apakah mereka telah melakukan penangkapan? Oh, mereka sedang keluar…!!” siaran itu memperlihatkan para pasukan polisi.
“Aku tidak melihat tersangkanya..” ucap si reporter. “Apa yang terjadi?”
“Kami baru saja mendapatkan berita kalau tersangkanya meninggal! Mereka berkata tersangka telah meninggal!” ucap si reporter.
“Meninggal!?” Raito kaget.
“Polisi mengatakan kalau mereka tidak mengeluarkan tembakan sama sekali. Mungkinkah itu bunuh diri??” ucap si reporter. “Berdasarkan keterangan para sandera, tersangka tiba-tiba saja terjatuh.”
“Satu kali tidak cukup…” pikir Raito dengan ekspresi orang yang terkena pukulan batin.
“Itu bisa saja sebuah kebetulan…” ucapnya. “Satu orang tidak cukup…”
“Raito!” panggil Ibu Raito. “Sekarang jam 6:25, waktunya berkemas untuk sekolah.”
“Yeah, aku akan bersiap-siap.” Raito memasukkan bukunya k etas, termasuk death note.
“Seseorang..” ucapnya. “Seseorang tidak masalah untuk dibunuh… tidak, seseorang yang pantas untuk mati…”
‘Jadi kejahatan lainnya kemudian…? Jika orang itu terlalu terkenal, maka bertanya pun mungkin dirahasiakan untuk sementara…’ Raito terus memikirkan siapa orang yang pantas menjadi targetnya. ‘Aku ingin hasilnya segera!’
Terlihat di depan Raito ada beberapa anak berandalan yang menindas seorang anak lemah berkacamata.
“Hey, Ryouchin!” ucap salah satu anak berandalan itu.
“Ada apa, Sudou-kun…?” tanya anak itu ketakutan.
“Bisakah kau meminjamkanku 2000 yen?” paksa anak yang bernama Sudou.
“Apa.. lagi…?”
“Yay!! Ayo kita pergi ke perlombaan nanti malam!!” ucap Sudou setelah berhasil merampas 2000 yen dari anak bernama Ryouchin itu.
“Sudou..” pikir Raito. “Haruskah aku mencoba untuk membunuhnya? Tidak, dia seharusnya orang yang tidak dekat denganku… Mungkin, seharusnya aku tidak khawatir…Tidak seorangpun akan memikirkannya jika beberapa orang seperti dia mati…”
…
PLOK!! Sebatang kapur mengenai kepala Raito.
“Ow”
“Hei, peringkat terbaik nasional Yagami! Jangan melamun saja!” bentak seorang guru yang sedang mengajar.
“Ya, maaf pak…”
Akhirnya jam sekolah berakhir, Raito menunggu ibunya untu menjemputnya.
“Hei, maki.. ingin ikut minum dengan beberapa mahasiswa besok?” “tentu saja” “bagaimana denganku?” terdengar perbincangan orang-orang disekitar Raito.
“Sial, dimana ibuku?” batin Raito.
Raito memperhatikan keadaan sekelilingnya, orang yang kebut-kebutan dan onar disana-sini.
“Lihatlah orang-orang ini…” pikir Raito. “Aku mulai berpikir kalau dunia akan lebih baik tanpa mereka semua…”
Seorang perempuan di dekat Raito dihadang oleh preman yang membawa motor. “Hai cewe..” kata preman itu.
“Kyaa”
“Mau jalan-jalan dengan kami?” ucap salah satu preman.
“Whoa, Taku-san akan mengikutimu!” ucap preman yang lain menakut-nakuti.
“Shibumaru Takuo, mereka memanggilku Shibutaku, hehe… ikutlah denganku.” ucap preman yang dipanggil Taku.
“Yang sebaris dengannya, Taku.” ucap temannya. “Ya, itulah namanya.”
“Maaf…” ucap perempuan itu dengan sopan. Raito hanya memperhatikan, kemudian masuk ke toko buku di depan tempat perempuan itu berada.
“Oh, ditolak!!” ucap preman-preman itu.
Raito masuk ke toko itu, mengambil sebuah buku dan menyelipkan death note didalamnya. Dengan tenang dan tidak mencurigakan Ia menulis nama preman itu, dengan tujuh ejaan yang berbeda. Ia berharap salah satunya ada yang benar. Ia menulis dikanan nama: ‘Kecelakaan’ .
Raito menengok jam tangannya. “Sekarang!”
“Apa yang terjadi?” tanya preman-preman itu. Ternyata perempuan yang digoda itu berlari kabur. “Oh, dia mau kabur..”
“Hei, aku ada di motor.” ucap preman yang bernama Taku mengejar perempuan itu, tanpa menyadari…
“Taku! Awas!!” Teman-temannya memperingati, dan…
BRAKKK!!!! Raito sudah melihat itu. Kecelakaan itu. Si preman hancur bersama motornya karena tertabrak truk.
“I..Itu…” ucap Raito. “Death Note… Nyata!!”
“Taku!!” “Ayo pergi dari sini!!” “Dia langsung masuk ke jalan…” “kyaa” ucap orang-orang yang sekarang sudah mengerumuni tempat kejadian.
Dengan tergesa-gesa Raito segera keluar dari toko buku dan meninggalkan tempat itu. Ia berjalan dalam diam, dan menyadari sesuatu..
“Aku telah membunuh dua orang… Aku telah membunuh… dua orang…aku telah…” Ia mengangkat kedua tangannya. “Apa yang harus kulakukan? notebook yang mengerikan seperti ini…” Ia mengambil buku bersampul hitam itu dari tasnya.
“…tidak…” ucap Raito. Ia kini membayangkan wajah penculik itu. “Siapa yang peduli jika dia meninggal…? Tetapi bagaimana dengan orang kedua? dia tidak pantas mati…” lutut Raito lemas sehingga Ia harus berjalan dengan berpegang di dinding.
“Tidak… itulah yang selalu kupikirkan. Dunia ini busuk, si busuk harus mati…” ucap Raito. “Aku.. aku dapat melakukannya dengan notebook ini. Masalahnya adalah…”
“Pikiranku…”
Raito nampaknya terkena pukulan batin dan mental. “Itu hanya dua orang dan aku
menyukai ini… Tentu saja ini adalah kehidupan, ini tidak mudah…Bisakah aku
bertahan? Haruskah aku berhenti?”
“Tidak, aku tidak dapat berhenti. Walaupun itu harus dibayar dengan diriku, pikiranku, dan nyawaku…” pikir Raito. “Seseorang harus melakukannya! Semuanya tidak dapat tetap seperti adanya!”
Sampai di sekolah, Raito terus memikirkannya. “Apakah ada orang lain yang dapat kupercaya mengenai buku ini? Orang luar biasa seperti itu tidak ada…” pikirnya. “Yeah, aku dapat melakukannya… Tidak, Hanya aku yang dapat melakukannya! Aku akan melakukannya!!”
“Aku akan menggunakan Death Note tersebut… dan merubah dunia!!”
“Tidak, aku tidak dapat berhenti. Walaupun itu harus dibayar dengan diriku, pikiranku, dan nyawaku…” pikir Raito. “Seseorang harus melakukannya! Semuanya tidak dapat tetap seperti adanya!”
Sampai di sekolah, Raito terus memikirkannya. “Apakah ada orang lain yang dapat kupercaya mengenai buku ini? Orang luar biasa seperti itu tidak ada…” pikirnya. “Yeah, aku dapat melakukannya… Tidak, Hanya aku yang dapat melakukannya! Aku akan melakukannya!!”
“Aku akan menggunakan Death Note tersebut… dan merubah dunia!!”
-----Flashback
berakhir-----
“Aku telah
melanjutkan menulis nama-nama penjahat… Walaupun begitu, untuk membersihkan
bumi…” ucap Raito. “Internet dimana kau dapat belajar apapun, Tv yang
menyiarkan berita dunia 24 jam sehari, era ini sangat berguna…”“Aku telah mengalami masalah tidur pada malam hari, dan aku telah kehilangan 4kg dalam lima hari ini…”
“Aku mengerti.” ucap Ryuuk.
“Itulah hal terbaik mengenai Death Note, Ryuuk.” ucap Raito. “Jika kau tidak menulis penyebab kematiannya, maka penyebabnya selalu menjadi serangan jantung.”
“Karena itu adalah sebuah kesakitan?” tanya Ryuuk bingung. “Tetapi disamping tempat sampah, kau tidak menulis penyebab kematian apapun.”
“Walaupun seorang idiot pasti akan menyadari iblis manusia sedang dibunuh.” ucap Raito. “Dan semuanya meninggal dari serangan jantung. Aku telah menulis semua nama-nama penjahat dan mengurangi jumlah iblis di dunia.”
“Bahwa ada seseorang yang mewariskan kiamat!! Aku akan membuat dunia menyadari keberadaanku!!” ucap Raito menyampaikan ambisinya. “Aku dapat menghapus orang-orang yang tidak berguna melalui penyakit, sementara mereka yang berbuat jahat akan mati dengan serangan jantung.”
“…..”
“Dan dunia akan menuju ke arah yang benar. Tidak ada seorangpun yang dapat melakukan hal jahat.” ucap Raito dengan senyum polos tak berdosa.
“Dan aku akan membangun sebuah dunia yang hanya dengan orang-orang baik hati saja yang dapat kuterima. Kemudian suatu hari semua orang akan menyadari… bahwa, ‘dengan melakukan ini akan membuatku terbunuh’ “
“…” Ryuuk hanya terdiam saja.
“Aku
menjadi… aku…” Raito sekarang menatap Ryuuk dengan ‘senyuman’nya itu. “Kau bisa
mengatakan aku-lah murid kehormatan Jepang nomor 1.”
“Kemudian kau akan menjadi satu-satunya orang br*ngsek yang tertinggal.” komentar Ryuuk.
“Apa yang kau bicarakan, Ryuuk?” ucap Raito. “Aku Tuhan di dunia baru ini!!”
“Kemudian kau akan menjadi satu-satunya orang br*ngsek yang tertinggal.” komentar Ryuuk.
“Apa yang kau bicarakan, Ryuuk?” ucap Raito. “Aku Tuhan di dunia baru ini!!”
“Begitu
menyenangkan… manusia…” pikir Ryuuk. “Aku sudah tahu itu.”
-----Di
Negara Lain-----
Terlihat Dewan
Darurat Interpol sedang rapat. Banyak orang-orang berkumpul, namun yang
berbicara di depan bukan orang, melainkan layar monitor sebagai wakil.“Kita dapat asumsikan banyak yang lainnya yang telah meninggal dan belum dikonfirmasikan. Semuanya adalah penjahat yang paling dicari atau sudah dipenjarakan.” ucap orang yang terhubung monitor. “Semuanya terkena serangan jantung. Itulah 52 orang yang kita ketahui dari minggu ini..”
Orang yang terhubung dengan monitor itu terdiam sebentar. “Hal itu berarti sedikitnya ada 100 yang…” Ia tidak melanjutkan.
“Aku tidak dapat menghindar untuk membantu polisi pada kasus seperti ini. Jadi, akhirnya Interpol beraksi.”
Bersambung ke Death Note chapter 2
(http://esti-widhayang.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar