Kamis, 03 Januari 2013

Versi Teks Bloody Monday chapter 11


Sebelumnya: Bloody monday chapter 10
Malam yang gelap itu terlihat seorang ibu-ibu gemuk berlari sambil membawa anjingnya. Tiba-tiba saja anjingnya bertingkah sangat aneh, berbelok di tikungan dengan cepat.

“A..apa?” ucap ibu itu. “Ada apa, Mame!?” tanya ibu itu pada anjingnya yang bertingkah aneh. Anjingnya nampaknya menemui apa yang ditujunya. Ia menggigit sebuah kain yang keluar dari sebuah celah. “Eh, apa itu?” tiba-tiba dari samping ibu itu muncul dua sosok orang, dan…
“KYAAAAAAAA!!!!!”
“Aku ingin segera pulang…” pikir Aoi yang jongkok di dekat dua body guard yang diikat. “Memang sih, aku sudah menelpon dan memberitahu bahwa aku akan pulang terlambat… tapi ini lebih dari jam 10, mereka pasti akan marah…sekarang semuanya telah tenang, aku juga sangat lapar.”

Sebuah mobil tiba-tiba datang menerjang ke kompleks itu, “Kak Hosho!!” Aoi memanggil anggots Third-I itu yang segera siaga. Dari mobil itu turun dua orang pria mencurigakan yang segera berjalan ke arah Kak Hosho dan Aoi, dengan gerakan ‘mengambil-pistol-di-jas’.





 
“Jangan cemas, Aoi.” Ucap Kak Hosho. “Mereka di pihak kita.”

“Hari ini kerjamu sangat bagus, Hosho.” Ucap salah satu dari dua orang itu menyapa. ”Kudengar kau tertembak di dada!? Rompi anti pelurumu benar-benar kuat!!!”

“Sudah-sudah…tadi aku benar-benar mengira bahwa aku akan mati!” ucap Kak Hosho sambil ber-tos-ria dengan orang itu.

“Hah, apa?”

“Jika kau cerewet begitu, aku jadi yakin kau tidak apa-apa.” Ucap temannya yang satu lagi. “Yah, aku senang kau baik-baik saja.” Kemudian Ia mengeluarkan sebuah pistol dan memberikannya kepada Kak Hosho. “Ini, hadiah dari tuan Enma*”
*Enma: disini maksudnya adalah ketua, Sonoma bisa dihafalkan menjadi Enma [cr:mangaku.web.id]

“Cepat sekali! Belum cukup lima menit sejak aku memanggil kalian.” Ucap Kak Hosho sambil mengambil pistol itu. “Apa kalian berdua punya banyak waktu luang hingga kalian yang kemari?”

“Ya, benar! Itu hampir saja terjadi” ucap salah satunya sambil menghela nafas.
“Kami diperintahkan ketua Sonoma untuk membawamu kembali. Kami sudah diperintah untuk itu ketika kau menelpon.” Ucap yang satunya menjelaskan.

“Maaf mengganggu, Kak Hosho…” potong Aoi. “Siapa orang-orang ini…?”

“Ah, maaf, maaf! Mereka anggota Third-I” Kak Hosho memperkenalkan. “Mereka juga bagian dari tim kapten Takagi... Kanou Ikuma, dan,”

“Kirishima Gorou.” Orang yang bernama Kirishima langsung memperkenalkan diri sendiri. “Halo.”

“Se-senang bertemu denganmu, aku Asada Aoi.” Aoi menjabat tangan orang yang bernama Ikuma.

“Ah! aku sudah banyak mendengarmu dari wakil kapten. Kau adalah juara turnamen karate wanita, kan?” Ikuma menjabat tangan Aoi dan nampak kagum. “Apa kau ingin berada dalam ‘Third-I’ lebih lama lagi?”

BUGGH!! Kak Hosho menonjok wajah Ikuma. “Jangan menggoda gadis SMU!!”

“Untuk apa? Apa kau cemburu?” “Dianggap serius!” Aoi hanya tersenyum cekikikan melihat kedua agen yang bertengkar itu. Sementara agen satunya, Gorou, melihat mereka dengan tatapan mencurigakan.

Telepon Kak Hosho berdering, Ia mengangkatnya. “Halo, ini Houshou… ah, ketua… terima kasih atas bantuannya.”

“Aku mempercayaimu, hanya saja ini untuk berjaga-jaga.” Ucap orang yang dipanggil ketua dari jalur seberang sana. “Namun, sesuatu yang buruk telah terjadi!!”

“Hah!?” ucap Kak Hosho ketika mendengar apa yang dikatakan ketuanya.
Para polisi itu terdiam seusai menyaksikan video yang diputar Fujimaru.

“Ini tidak dibuat oleh program edit video, kan?” ucap salah satu pilisi yang sepertinya ketuanya. “Hanya CG’S yang kau buat!!”

“Ini hanya rekayasa, kan?” tanya polisi satunya.

“Orang-orang telah mati, dan adikku diculik, ini bukan saatnya untuk lelucon bodoh seperti itu.” Ucap Fujimaru.

“Ini sangat menakutkan…tapi jika ini virus yang dibawa ke Jepang…sepertinya kita sebagai detektif tidak bisa menangani ini lebih lanjut.” 

“Aku tidak terlalu yakin tentang ini, tapi…aku tak berpikir mereka berencana menggunakan ini.” Ucap Fujimaru. “Ada orang psycho yang  merencanakan sesuatu hal yang sangat mengerikan. Itulah hal yang kutahu.”

“Ya… aku mengerti apa yang kalian katakan…” ucap si ketua polisi sambil mengelus-elus dagunya.

“Pak Funaki!! Kau akan mempercayai mereka??” ucap anak buahnya kepada ketuanya yang bernama Funaki itu.

“Mempercayai ini atau tidak adalah tugas pimpinan kita.” Ucap ketua polisi Funaki. “Takagi, bolehkah aku membawa video ini? Kumohon.”

“Hah?”

“Detektif, guru sekolah kami seharusnya sudah mengirim file ini ke polisi.” Potong Otoya.

“Tak mungkin polisi akan dengan mudah percaya apa yang mereka lihat disini jika orang amatir yang memberikannya.” Ucap Funaki. “Bahkan jika ada seseorang yang mempercayainya, kemungkinan hanya lebih dari satu itu kemungkinannya sangat tipis. Tapi jika kau memberikannya padaku, aku akan meyakinkan diperiksa oleh orang yang ahli. Mungkin juga akan menjadi pilihan bagus untuk membuktikan ayahmu tak bersalah.”

“Tapi…”

“Kau tak bisa mempercayai polisi yang menginginkan ayahmu untuk tertangkap, hah?” Funaki menepuk pundak Fujimaru. “Aku ingin kau mempercayai kami. Kita seperti ‘Third-I’, bekerja keras untuk melindungi Negara ini.”

“….” Ucapan itu meyakinkan Fujimaru. Ia memberikan CD-nya kepada Funaki. “Tidak ada waktu untuk membuat copy-annya… ini dokumen terakhir. Aku akan mempercayaimu. Karena kau seperti ayahku, mencoba melindungi Negara ini.”

Funaki menatap Fujimaru sesaat. “Ayo pergi, Iba! Kita harus kembali ke pimpinan.” Ucap Funaki memerintah anak buahnya.

“Baik.”

“Sekarang… kita ke Haruka.” Ucap Fujimaru pada Otoya setelah kedua polisi itu pergi.

“Ya.” Sahut Otoya.

“Permisi!” seorang perawat datang, wajahnya yang nampak tegang dan pucat pasi. “Apa kau Takagi, kakaknya Haruka?”

“Iya, betul.”

“Adikmu….”
“Haruka!!” BRAKK!! Fujimaru langsung mendobrak pintu kamar Haruka. Disana nampak hanya dokter Tominaga dan satu ranjang yang kosong.

“Dia pergi.” Ucap Otoya. “Pakaiannya dan semuanya juga.”

“Dok!! Dokter Tomianaga!! Dimana Haruka??” Fujimaru mengguncang-guncang tubuh Tominaga, namun Ia tidak bangun-bangun juga. “Dok…”

“Hentikan, Fujimaru!!” Otoya mencegah Fujimaru mengguncang-guncang tubuh Dokter Tominaga lagi. “Dia masih dalam pengaruh obat bius.”

BEEPP BEEPP BEEPP! Ponsel Fujimaru berdering. “Halo?”

“Fujimaru, dimana kau sekarang? Apa kau tidak bersama Haruka?”

“Kak Hosho?” tanya Fujimaru. “Yah, mereka menghilang. Dan aku tak bisa menemukan dimana tuan Tominaga.”

“Tuan Tominaga itu palsu, dia bukan suami dokter.” Ucap Kak Hosho. “Aku baru saja ditelpon pemimpin Third-I, jika suami dari dokter yang merawat Haruka… dengan detektif polisi yang mengikuti Haruka…ditemukan tewas, di tempat parkir di bawah klinik!!”
 
Fujimaru menatap dokter Tominaga. “… Tak mungkin….”

“Jika dia dan Haruka menghilang, hanya ada satu kemungkinan.” Ucap Kak Hosho. “Yaitu… Haruka dculik lagi!! Lakukan sesuatu dan temukan mereka! Harusnya mereka berada tidak terlalu jauh darimu!”

Fujimaru langsung berlari begitu mendengar itu. “Sial!”

“Apa yang terjadi, Fujimaru?” Otoya berlari menyusul temannya itu. “Dimana Haruka dan Tuan Tominaga?”

“Tuan Tominaga itu palsu. Haruka telah diculik lagi!!”

“Apa?” Otoya nampak kaget. “Lihat dimana lokasinya menggunakan GPS!” Fujimaru langsung mengeluarkan hpnya dan melacak.
“Aku menemukannya! Mereka masih disekitar sini!!” mereka berdua menuruni tangga.
“Ayo panggil detektif yang baru saja disini! Kau punya nomornya?” tanya Otoya. Fujimaru memberikannya sebuah kartu nama.
“Ambillah.” Ucap Fujimaru.
“Berdasarkan waktu, seharusnya dia belum terlalu jauh. Perintahkan mereka untuk mengejarnya…” Otoya menempelkan handphone di telinganya sesudah memasukkan nomor. Namun…”Sial, dia tidak mengangkatnya!!!”
‘Haruka belum di-diagnosis…’ pikir Fujimaru khawatir. ‘Dia mendekati batasnya…’
Sementara itu, di sebuah mobil yang dikendarai oleh anak buah detektif yang bernama Funaki, sebuah telepon genggam berbunyi. Anak buah detektif itu menghempaskan handphone itu ke belakang mobilnya, “berisik!!” ucapnya. Karena sekarang Ia sedang menerima telepon yang lebih penting…
“Iya, benar. Fujimaru mengatakan itu sendiri. Jadi tidak mungkin ada kesalahan…” ucap anak buah detektif itu  pada orang yang berbicara dengannya di telepon. “Ini file terakhir ‘Christmas Massage’. Tidak ada lagi back up-nya.”
“Benarkah?” tanya seorang perempuan di jalur satunya. Perempuan itu ternyata adalah Bu Maya. “Kerja yang bagus. Lalu bagaimana dengan Takagi Haruka?”
“Kami mendapatkannya dengan mudah. Falcon mungkin memang jenius dalam hacking,” anak buah detektif itu menatap ke kursi belakang. Disana terlihat orang yang menyamar menjadi suami dokter Tominaga dan Haruka yang terkulai lemas disampingnya. “…Tapi dia masih anak-anak.”
“Dan, bagaimana dengan bossmu?” tanya Maya. Maksudnya adalah detektif Funaki.
“Detektif Funaki tidur dengan damai…” ucap anak buah detektif itu. “Untuk selamanya…” terlihat disamping tempat duduknya detektif Funaki terkulai lemas dengan kepala bersimbah darah.


Bersambung ke: Bloody Monday chapter 12
http://esti-widhayang.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar