Laman

Kamis, 03 Januari 2013

Versi Teks Hobby * Hobby chapter 2


Kazu menjawab…”Karena kau mengabaikanku, aku kesepian, tahu!” begitu aku mengungkapkan isi hatiku….
“Ya.” Kazu bergumam lembut. Tangan Kazu yang menggenggam terasa hangat sekali. Aku jadi sadar jika kegelapan pekat yang ada di hadapanku sebelumnya…ternyata memiliki langit yang dipenuhi bintang…
Sejak saat itu… Kazu dan aku melakukan kencan biasa setiap minggunya… sebenarnya aku merasa senang dan bahagia, tapi…tapi… makanya berikutnya giliranku, ya!
“Mina!” sapa Kazu di sekolah ketika jam makan siang. “Hari Minggu besok, apa ada tempat yang mau kau datangi?” Kazu tersenyum lembut. “Kau mau kemana?”
Mina tersenyum jail.
“Eh? Apa?” tanya Kazu bingung.
“Radio control…..” Mina menatap Kazu, “mau pergi sama-sama?”
“Eh….” Kazu tidak yakin dengan yang dikatakan kekasihnya itu, “boleh?”
“Boleh.”
“…” Kazu terdiam sesaat. “…sejujurnya, aku nggak berpikir untuk berhenti bermain radio control. Bagiku itu hobi yang paling menyenangkan saat ini…dengan kata lain…” Kazu memasang wajah puppy eyes. “…aku nggak bisa berhenti, maaf.”
“Hahaha, aku tahu, kok!” Mina tersenyum. “..nggak bisa berhenti, ya…habis di rumah ada orang yang mirip Kazu…singkatnya, aku paham betul perasaanmu.”
“Ryuichi.” Tebak Kazu.
“Selain itu…” lanjut Mina. “Aku juga nggak mau kalau disuruh berhenti memotret!”
“Aku…” Kazu mendekati wajah kekasihnya itu.
“Ng?”
Cup!
Wajah Kazu memerah, dan Ia melanjutkan kata-katanya, “…suka sifat Mina yang seperti itu.” Wajah Mina tidak kalah merah. “Tapi kalau ada hal yang nggak disukai lagi, bilang padaku, ya!?”
“Ya!”
Di tempat radio control, Mina memotret-motret pemandangan sekitar. Kebetulan Ia melihat sebuah bunga sebagai objek potret yang menarik.
“Rupanya ada bunga yang mekar di musim  dingin, bunga apa, ya?” pikir Mina. “Ternyata aku bersyukur datang kemari hari ini… berada di tempat dan waktu yang sama…tapi kami melakukan hal yang berbeda dan menikmati kesibukan masing-masing…aku baru tahu ternyata ada cara untuk melaluinya seperti ini…”
Mina memandang ke arah Kazu, “Ini mungkin berkat Kazu…” pikirnya. Kazu yang mengetahui dirinya diperhatikan, segera memasang gaya ‘peace’ dan berkata, “Foto aku, dong!”
“Nggak mau!” sahut Mina tersenyum. ‘Aku sudah tahu… kalau Kazu… benar-benar memikirkanku.’
Pertandingan radio control dimulai, sementara Mina asyik dengan kameranya di antara desiran rumput.
“Kau memotret secara otomatis, ya?” tanya seseorang dibelakang Mina. Mina berbalik dan melihat seorang cowok tampan tersenyum padanya. Cowok itu berkata lagi, “Aku juga suka foto.”
“Eh?” tanpa sadar Mina menjepret cowok itu. Setiap ada hal-hal yang indah pasti langsung dijepret… “Maaf, kau cantik sekali.. tanpa sadar…” ucap Mina menyadari kelakuannya.
“Ah, aku mengerti.” Cowok itu tersenyum. “Nggak apa-apa, jangan dipikirkan. Aku senang dibilang cantik, kok.”
“Eh!? Oh begitu!?”
Lama-kelamaan mereka menjadi akrab dan berjalan bersama di antara ladang dan sawah yang luas itu, sambil berbincang-bincang.
“Oh, jadi Mina masih pemula?” tanya cowok itu.
“Ya. Makanya aku masih sulit memotret secara manual..” Mina menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal.
“Tapi kalau mencobanya, mungkin kau akan segera hafal…” cowok itu menatap Mina. “ngomong-ngomong… Mina sering kesini?”
“Ya, setiap hari minggu.” Sahut Mina. ‘Kalau Kazu kesini saja…’
“Oh, kalau kita bertemu lagi nanti…” cowok itu beranjak pergi. “aku akan mengajarimu hal yang kuketahui.”
“Eh!? Benarkah!?”
“Iya.”
“Begitu ceritanya.” Ucap Mina mengakhiri ceritanya. “Nama cowok itu Hatori Hayama. Umurnya sebaya dengan kita meski beda SMA.orangnya ganteng sekali! Lalu dia suka memotret radio control. Kalau dia benar-benar mengajariku tentang kamera…” Mina mendekat ke Kazu, si pendengar cerita. “…apakah aku bisa memotret foto yang lebih bagus lagi?”
“Haha… Mina benar-benar suka foto, ya? Manis, deh!” Kazu tertawa.
“Eh? Iya! Aku suka!”
“Begitu? Tapi syukurlah… kau bisa bertemu dengan orang yang memiliki hobi sama.” Senyum Kazu kali ini terlihat tidak tulus. “Lain kali perlihatkan foto hasil jepretanmu, ya!?”
“Boleh. Ah, tapi kalau sudah mengalami peningkatan, ya!?”
Sejak saat itu, kencanhari Minggu kami selalu di sirkuit. Selain menghabiskan waktu bersama Kazu, akupun diajari memotret oleh Hayama. Bagiku… itu hari yang sangat sempurna.
“Kazu, pulang bareng yuk!” ajak Mina. “Hari Minggu kita ke sirkuit lagi, yuk!”
“Eh? Lagi!?”
“Ya! Habis menyenangkan, sih…” ucap Mina.  ‘Aku bisa belajar memotret, dan… bisa bersama Kazu.’
“Hng… aku sih nggak masalah…” ucap Kazu. Namun ekspresinya berbeda dengan apa yang dia katakan. Ada mata penuh tanda tanya di wajahnya.
“Mina!” Panggil Kazu ketika di sirkuit. Matanya mencari-cari letak kekasihnya. Ketika Ia berhasil menemukan Mina, ternyata Mina sedang bersama Hayama. Begitu dekat. Entah kenapa hal itu membuat Kazu sedikit murka.
“Kenapa aku jadi kesal begini?” ucap Kazu pada dirinya sendiri. Akhirnya Ia memutuskan untuk mendekat Mina, “Minaaaaa!!!!”
“Eh?” Gyuut… Kazu memeluk Mina di depan Hayama. “Eh? Eh? Kau kenapa, Kazu!?”
“Aku cuma… ingin seperti ini sebentar….”
Kazu melepas pelukannya. “Kazu?”
“Maaf mengganggu. Sampai nanti, ya!”
Meskipun tidak mengerti dengan tingkah aneh kekasihnya itu, Mina tersenyum. “Hehehe! Ya! Kazu juga berjuang, ya!”
Ketika Kazu berbalik pergi, matanya dan mata Hayama saling pandang, penuh dengan persaingan.
“Nggak apa-apa membiarkan pacarmu sendiri?” tanya Hayama ketika Kazu sudah cukup jauh.
“Eh? Iya. Kami saling menghormati hobi masing-masing, jadi nggak apa-apa kok.” Sahut Mina.
“Hm, baguslah kalau begitu.” Hayama yang menatap tempat perginya Kazu, berganti menatap Mina. “Meskipun begitu, Mina….” Hayama tersenyum. “Memperjuangkan cinta dan hobi itu hak yang manis, lho! Aku suka sama cewek seperti itu.”
“Eh? Ng-nggak, kok. Aku cuma berusaha semampuku! Ahahaha…”
“Segalanya berjalan lancer dan sempurna. Kau nggak peka, ya!?”
“?” Mina bingung dengan perkataaan Hayama.
“Hahaha, sudahlah, lupakan saja.”
Tanpa mereka berdua sadari, Kazu masih disana, bersembunyi diantara dinding yang menutupi dirinya, dan mendengar semua percakapan  itu.
“Ukh…” wajah Kazu memerah kesal. “Apa-apaan perasaanku ini?”
“Eh?” Mina terkejut. “Kazu, barusan kamu bilang apa?”
“Makanya… Mina… nggak usah datang ke sirkuit lagi!” ucap Kazu.
“Eh? Kenapa?” tanya Mina. ‘Lho? Suasana hati Kazu tidak biasanya buruk begini…bagaimana nih? Apakah aku… secara tidak sadar telah melakukan hal yang membuat Kazu marah!?’ pikir Mina. Karena tidak sabar, Ia akhirnya bertanya lagi. “Kazu, kasih tahu alasannya, dong! Dengan begitu, aku…”
“Aku berusaha merakit radio control, tapi kalau ada Mina…aku jadi nggak bisa konsentrasi. Nggak menyenangkan!” potong Kazu. Setelah mengatakan itu, Kazu pergi meninggalkan Mina.
Minggu.
Sejak kapan… Kazu berpikiran seperti itu? Pada akhirnya… mungkin cuma aku saja yang merasa senang bisa berada bersama-sama…
“Woi, temani ayah sebentar!” ucap Ryuichi membangunkan Mina yang tidak tidur(?).
“Eh? Tunggu… aku nggak bisa ke sirkuit!”
“Kalian lagi berantem, ya?” tanya Ryuichi. “Makanya… bukankah sebaiknya dibicarakan baik-baik daripada murung terus di rumah?”
“Ayah benar.” Pikir Mina. “Aku tidak yakin bisa membicarakan masalah ini baik-baik dengan Kazu…”
Sementara Kazu, di sirkuit nampak selalu kesal. “Percuma! Hari ini aku nggak bisa merakit mobil!” geramnya.
“Mana Mina?” tanya seseorang. Kazu menoleh, dan ternyata itu Hayama. “Kalian berantem gara-gara aku, ya?” tebaknya.
“Huh!?” Kazu jadi tambah kesal. ‘Orang ini benar-benar menyebalkan!’
“Yah… apa boleh buat kalau kau merasa kesal…” Hayama memasang tampang evil smirk di wajah tampannya. “Sebab… aku pun menyukai Mina.”
“Oh begitu? Akhirnya aku mengerti sebab kekesalanku ini!” setelah mengatakan itu, Kazu berlari pergi.
“Hei, pembicaraan kita belum selesai!”
“Lanjutkan lain kali!” sahut Kazu. “Daripada berdebat denganmu sekarang… ada ha penting yang harus kulakukan!” di tempat parkir Kazu melihat Mina yang baru saja keluar dari mobil ayahnya. Tanpa pikir panjang Kazu langsung memeluk Mina.
“Eh? Ka-Kazu!?” wajah Mina seketika memerah. ‘Lho? Bukankah dia sedang marah?’
“Maaf, Mina!” ucap Kazu. “Ini bukan salah Mina… tapi aku malah menyalahkanmu… sifatku benar-benar bodoh dan buruk. Aku kesal karena…” Kazu melepas pelukannya dan langsung menatap Mina, “…Aku cemburu!”
“Mina akhir-akhir ini sama ‘orang itu’ terus, kan?” tanya Kazu.
“Ya.” Mina menanggapi.
“Tapi kelihatannya aku nggak senang akan hal itu. Maaf!”
“Ya…”
“Kalian berdua baikan?” tanya Hayama yang tiba-tiba datang. “Jadi, nggak ada kesempatan bagiku untuk masuk?”
“Hayama?!” ucap Mina.
“Benar! Makanya kau mundur saja dengan tenang!” perintah Kazu. “Dan tolong memotret dengan tenang juga, ya?”
Mina merasakan sesuatu yang aneh ketika kedua cowok itu menghimpit dirinya. “Lho? Eh? Kenapa keadaannya jadi panas begini? Perang muncul kembali, eh?” pikirnya.
“Ngomong-ngomong kau nggak jago bermain radio control, kan?” tanya Hayama. ß terlihat ketika bermain dengan Ryuichi, Kazu selalu kalah. “Kalau begitu, bagaimana kalau kita tanding radio control? Soalnya aku membencimu, tahu!” tantang Hayama.
“Apaaa? Aku juga membencimu! Boleh! Jangan meremehkan radio control!” Kazu menjawab tantangan itu.
“Sebagai gantinya, kalau aku menang…” Hayama tersenyum. “Kau harus putus dengan Mina!”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar