Rabu, 20 Februari 2013

Versi Teks Amnesia episode 1 bagian 1


Terjadi kebakaran di sebuah rumah, di dalamnya ada seorang gadis berlari menuruni tangga dan berusaha menyelamatkan diri. Beberapa puing bangunan yang jatuh hampir mengenai gadis itu, namun Ia berhasil menghindar. Api yang dilihat gadis itu tiba-tiba saja berubah menjadi bayangan air dalam kegelapan, gadis itu semakin tenggelam ke dasar… Ia berusaha menggapai perahu yang terlihat, tapi….

“Bisakah kau mendengarku?”

Gadis itu melamun di penyebrangan lampu merah, ketika orang-orang menyebrang, Ia hanya diam di tempat.

“Bisakah kau mendengarku?”

Gadis itu membuka matanya, dan ternyata Ia sedang berada di tempat semacam kafe dan baju pelayan membungkusi tubuhnya. Namun semuanya tiba-tiba menjadi gelap… menjadi titik hitam dan lenyap…

“Bisakah kau…”


Gadis itu terbangun, nampaknya tadi Ia pingsan. Begitu bangun Ia melihat kalender dan menyebutkannya,

“Agustus… tanggal 4.” Ucap gadis itu.

Suatu mahkluk yang dapat terbang tiba-tiba menghampiri gadis itu disampingnya.
“Oi, kau.” Ucap mahkluk itu dengan tatapan cemas.

Karena kaget, gadis itu membangunkan dirinya dan setengah berteriak. Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dan seorang gadis lain yang berpakaian sama masuk,
“Apa yang terjadi?” tanyanya. “Aku mendengar teriakan. Apa kau baik-baik saja?”

Gadis pertama kebingungan. Lalu si gadis kedua mendekatinya dan menepuk pundaknya,
“Seseorang akan segera mendatangimu.” Lalu Ia membaringkan si gadis pertama.

“Um…”

“Sekarang, bersabarlah dan tunggu.” Ucap gadis kedua.

“Siapa dia?” pikir si gadis pertama setelah gadis kedua keluar.

Mahkluk yang tadi terbang keluar dari tempat persembunyiannya, “Aku ingin tahu siapakah yang akan datang menemuimu…” ucap mahkluk itu.

Gadis itu nyaris berteriak lagi, namun Ia berhasil menahannya.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya mahkluk itu. “Kau tiba-tiba pingsan, jadi aku khawatir.”

Pintu terbuka dan seorang laki-laki berambut hitam masuk.

“Kenapa kau bisa pingsan?” tanya laki-laki itu.

Gadis itu hanya diam dan berpikir, “Siapa dia?”

Karena gadis itu tidak menjawab, laki-laki itu sedikit membungkukkan badannya dan bertanya untuk memastikan, “Apa benar kau baik-baik saja?”

“Aku tak tahu siapa orang ini…” pikir gadis itu.

Karena tidak dijawab lagi, laki-laki itu kembali menegakkan badannya, “Aku akan mengantarmu pulang, jadi bersiaplah.” Lalu laki-laki itu berjalan pergi, namun langkahnya terhenti. “Setidaknya jawablah pertanyaanku.”

“Ah,? Ya…” ucap gadis itu bingung.

“Ya?” tanya laki-laki itu. Pintu terbuka lagi, dan seseorang berambut kuning pirang masuk.

“Aku dengar kau pingsan?” tanya orang yang berambut pirang.

“Toma, kenapa kau disini juga?” tanya laki-laki berambut hitam kepada laki-laki yang berambut kuning.




“Karena Sawa menghubungiku.” Jawab laki-laki bernama Toma itu kepada laki-laki berambut hitam. “Apa kau baik-baik saja? Kau tak terluka, kan?” tanyanya pada gadis itu.

Gadis itu hanya diam saja.

“Kenapa kau melamun saja?” tanya laki-laki berambut hitam. “Apa kau mendengar apa yang kami bicarakan?”

“Ah…? Ee…mm….”

“Shin, jangan paksa dia seperti itu.” Ucap Toma kepada laki-laki berambut hitam itu. “Dia baru saja bangun, apa yang kau inginkan!?” Ia tersenyum, “Aku tahu kau khawatir.”
Kemudian Toma kembali mengalihkan perhatiannya ke gadis itu, “Sekarang, sebelum kita pulang, bisakah kita mampir ke rumah sakit?”

“Ha?”

“Kita mungkin harus…” ucap laki-laki berambut hitam yang bernama Shin itu.

“Y-ya.” Jawab gadis itu.

“Kau tak boleh!!” ucap seseorang yang tidak kelihatan, gadis itu melihat sekeliling namun tak melihat orang lain selain Toma dan Shin. “Kau tidak boleh pergi ke rumah sakit!! Ini akan menjadi masalah besar!!”

Toma dan Shin bingung melihat gadis itu celingak-celinguk mencari sesuatu.

“Katakan saja pada mereka kau mengantuk dan berpura-pura…” ucap suara tanpa sosok itu.

“Ba-baik…” ucap gadis itu.

“Jadi, kita akan pergi ke rumah sakit?” tanya Toma yang menyangka jawaban itu untuk pertanyaannya.

“Tidak..” ucap gadis itu.

“Hah? Mana yang benar?” tanya Shin.

“Aku rasa aku hanya kelelahan.” Ucap gadis itu. “Aku akan pulang.”

“Jika kau sangat lelah dan jatuh pingsan, sebenarnya gaya hidup apa yang kau ikut!?” ucap Shin. “Kau selalu—“

“Sudahlah,” potong Toma. “Jika karena itu semua, kami akan mengantarmu pulang.”

“Kau tidak berjalan terlalu cepat, kan?” tanya Toma. Mereka bertiga sedang berjalan menyusuri jalan.

“Tidak.” Ucap gadis itu.

“Sudah mulai dingin. Padahal baru bulan Agustus. Apa yang terjadi dengan cuaca ini?” “Ketika kau menyadari musim hujan telah berakhir, musim panas telah lewat dan sekarang musim gugur.” Shin dan Toma berbincang-bincang.

“Ngomong-ngomong, Shin, apa yang terjadi dengan persiapan sekolahmu?” tanya Toma.

“Aku meninggalkannya.” Jawab Shin.

“Apa itu baik untuk seorang mahasiswa yang akan ujian?”

“Aku akan lakukan apa yang seharusnya aku lakukan, bahkan tanpa kau beritahu sekalipun.” Ucap Shin dingin.

“Ya ampun, ternyata kau adik yang baik.” Sindir Toma.

“Aku ingatkan sekali lagi, kau bukanlah kakakku!”

“Sejak kecil sampai sekarang kelakuanmu sama sekali tak berubah.”

“Ha?” tiba-tiba si gadis tersentak.

“Apa kau dari tadi tidak mendengarkan?” tanya Toma.

“Aku tidak bisa mengikuti pembicaraannya.” Pikir gadis itu. “Aku kenal dengan orang ini, tapi aku tidak mengingatnya…”


Selanjutnya: Amnesia episode 1 bagian 2
http://esti-widhayang.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar