Sebelumnya:
Episode 1 bagian 3
Kouichi sudah sampai di atas gedung, dan melihat perempuan dengan mata diperban sebelah itu berdiri disana. Misaki Mei membawa sebuah buku sketsa dan nampaknya sedang mengamati sambil menggambar.
Kouichi sudah sampai di atas gedung, dan melihat perempuan dengan mata diperban sebelah itu berdiri disana. Misaki Mei membawa sebuah buku sketsa dan nampaknya sedang mengamati sambil menggambar.
Another: Sketsa Dasar
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
“Hai, nona…Misaki-san?”
sapa Kouichi. “Waktu pelajaran olahraga… kau hanya mengamati saja?... memangnya
boleh…kau ada disini?”Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
“Entahlah.” Jawab gadis itu. “Mau mengamati dari dekat juga… tidak ada artinya.” Ia membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Kouichi. “Memangnya kau sendiri… boleh berada disini?”
Kouichi agak terkejut menerima pertanyaan itu. “Ah,…. Entahlah.” Karena topik pembicaraan mulai tidak enak, Kouichi mengalihkan dan melihat buku sketsa Misaki sebagai bahan. “Sedang menggambar?”
Gadis itu langsung menyembunyikan buku sketsa itu dibelakang punggungnya. Merasa topik itu juga tidak mengenakkan, Kouichi mencari yang lain…
“ ‘MEI’ itu… tulisan kanjinya bagaimana?” tanyanya.
“Pakai kanji ‘berkicau’. Seperti dalam kata ‘belas kasih’… atau ‘teriakan’.” Ucap gadis itu.
“Oh…” gumam Kouichi. “Apa kau ingat terakhir kali kita bertemu di rumah sakit Yomiyama?”
Gadis itu menggeleng.
“Di dalam elevator.” Ucap Kouichi berusaha mengingatkan. “Kau turun ke lantai bawah tanah…”
Gadis itu memejamkan matanya, “memangnya… pernah, ya?” ucapnya.
“Waktu itu kenapa kau turun ke lantai bawah tanah? Kau bilang ada yang harus diantar, kan? Aku lihat boneka putih di tanganmu… itu yang harus diantarkan?”
“Kau terlalu banyak tanya.” Potong Misaki. Gadis itu mengalihkan pandangannya. “…Aku tidak suka.”
“Ah, maaf…” ucap Kouichi. “Aku tidak bermaksud banyak tanya… aku hanya… “
“Karena hari itu… ada hal menyedihkan yang terjadi.” Ucap Misaki. Angin berhembus pelan menerbangkan rambutnya, namun dengan satu sentuhan tangan rambutnya berhenti terhembus angin. “Namamu Sakakibara Kouichi. Aku tidak salah, kan?”
“Ya.”
“Teman-temanmu belum bilang?”
DEGGG!!!
Kouichi terkejut. ‘Belum bilang’ tentang apa?
“A-apa?” tanya Kouichi.
“Mereka sudah mengaitkan namamu dengan kematian.” Ucap gadis itu. “…Dan bukan hanya kematian biasa, tapi kematian yang kejam dan tak masuk akal… dengan sekolah ini sebagai panggungnya. Sekolah ini memiliki satu tempat yang dekat dengan kematian, diantara kelas 3-3. Dibandingkan dengan kelas lainnya… ini lebih kuat.”
“Dekat dengan… kematian?”
“Kau benar-benar tidak tahu apa-apa? Sakakibara-kun?” tanya Misaki. “Sama sekali tidak tahu?” burung-burung gagak yang hinggap diatas gedung tiba-tiba berterbangan. “Tidak pernah ada yang mengatakannya?”
“Tentang apa?”
“Tidak lama lagi kau akan tahu.” Ucap gadis misterius itu. “Sebaiknya kau tidak mendekatiku. Lebih baik juga… jika kau tidak berbicara padaku lagi.”
“Ke-kenapa?”
“Akan tiba waktunya untuk tahu.”
“Tapi…”
Gadis itu berjalan perlahan meninggalkan Kouichi. Ia menoleh beberapa saat ke belakang, “Sampai jumpa, Sa-Ka-Ki-Ba-Ra-Kun”
“A-apa?” tanya Kouichi.
“Mereka sudah mengaitkan namamu dengan kematian.” Ucap gadis itu. “…Dan bukan hanya kematian biasa, tapi kematian yang kejam dan tak masuk akal… dengan sekolah ini sebagai panggungnya. Sekolah ini memiliki satu tempat yang dekat dengan kematian, diantara kelas 3-3. Dibandingkan dengan kelas lainnya… ini lebih kuat.”
“Dekat dengan… kematian?”
“Kau benar-benar tidak tahu apa-apa? Sakakibara-kun?” tanya Misaki. “Sama sekali tidak tahu?” burung-burung gagak yang hinggap diatas gedung tiba-tiba berterbangan. “Tidak pernah ada yang mengatakannya?”
“Tentang apa?”
“Tidak lama lagi kau akan tahu.” Ucap gadis misterius itu. “Sebaiknya kau tidak mendekatiku. Lebih baik juga… jika kau tidak berbicara padaku lagi.”
“Ke-kenapa?”
“Akan tiba waktunya untuk tahu.”
“Tapi…”
Gadis itu berjalan perlahan meninggalkan Kouichi. Ia menoleh beberapa saat ke belakang, “Sampai jumpa, Sa-Ka-Ki-Ba-Ra-Kun”
Kouichi terus
saja memikirkan ucapan gadis itu, baik di atas gedung, sepulang sekolah, bahkan
saat sudah di mobil dan dalam perjalanan pulang.
“Teman-teman sekelasmu bagaimana?”
“Lumayanlah.” Jawab Kouichi. Dari kaca mobil Ia meliat mereka melintasi Misaki yang berjalan pulang,di tengah hujan. Ketika melihat ke belakang untuk memastikan lagi, gadis itu sudah tidak ada.
“Teman-teman sekelasmu bagaimana?”
“Lumayanlah.” Jawab Kouichi. Dari kaca mobil Ia meliat mereka melintasi Misaki yang berjalan pulang,di tengah hujan. Ketika melihat ke belakang untuk memastikan lagi, gadis itu sudah tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar