Kamis, 30 Mei 2013

Versi Teks Date a Live episode 1 bagian 4

Sebelumnya: Date a Live episode 1 bagian 3

“Selamat datang di Ratatoskr!” ucap Kotori. Ia menunjuk monitor didekatnya dengan lollipop. Di monitor itu ada gambar perempuan dengan pedang besar waktu itu.

“Pertama, dia adalah Roh.” Ucap Kotori. “Dia tidak seharusnya berada di dunia ini. Saat dia akan datang, dia selalu meledakkan wilayah dibawahnya.”

“Meledakkan?” tanya Shido.

“Belum mengerti juga, ya?” tanya Kotori. “Dengan kata lain, fenomena gempa luar angkasa itu disebabkan oleh roh yang muncul di bumi.”

“Apa—?” Shido lalu teringat akan ledakan yang terjadi di depan matanya… api-api ungu… “Apa dia yang melakukannya?!”

“Kedua, mereka adalah TAR.” Kotori kembali menunjuk ke monitor dan kini layar berubah menjadi gambar orang-orang bersenjata tadi, termasuk Tobiichi. “Tim Anti Roh pertahanan Jepang. Saat roh muncul, mereka akan datang dan mengurusnya. Artinya, mereka membunuhnya.”

“Me-membunuhnya??!!??” Shido tiba-tiba teringat kata-kata perempuan itu, “Kau juga datang untuk membunuh, kan?”

“Ketiga, ada cara lain untuk mengurus Roh tanpa melibatkan TAR.” Ucap Kotori. “Untuk melakukan itu kami membutuhkanmu.”

“Eh? Aku?”

“Kau akan mulai pelatihan besok.” Kotori bicara seolah hubungan kakak-adik mereka itu tidak pernah ada. “Aku akan suruh seseorang membuat dokumen untukmu, tapi sekarang kau masuk sekolah saja seperti bi—“

“Tu-tunggu dulu!!” ucap Shido. “Apa maksudnya latihan? Kau mau aku melakukan apa?”

Kotori nampak kesal, dan menginjak kaki asistennya untuk pelampiasan. “Aku tidak mau mendengar protes darimu. Aku hanya mau jawaban ‘yes’.”

Sementara itu, asisten Kotori nampak beristirahat dalam damai. *plak.

Kotori memakan lollipopnya lagi, “Aku tahu kau bodoh, tapi kenapa kau bisa berada diluar? Mau mati, ya?”

“A-aku mencarimu!” ucap Shido. “Kau yang bilang kalau aku harus datang meski ada gempa luar angkasa!”

“Aku memang bilang begitu, tapi aku tidak percaya kalau kau menganggap itu serius.” Ucap Kotori. Benar-benar berubah 180 derajat.

“Tentu saja! Posisimu di ponsel tidak bergerak dari restoran!”

“Ponsel? Oh, itu memang di restoran.” Ucap Kotori. “Karena kita berada di atas restoran.”

“He?”

“Matikan lapisannya.” Kotori memberi perintah pada Reine. Seketika lapisan tempat merek berdiri nampak seolah menghilang, dan terlihatlah mereka berada di atas ketinggian~


 
“Kita berada 15 ribu meter diatas kota Tenguu.” Ucap Kotori. “Kita berada di kapal udara Fraxinus.”

Shido hanya dapat terdiam melihat kota Tenguu yang selama ini ditinggalinya sekarang berada dibawah kakinya..

-----Date a Live-----

“Uhm, meski baru dua hari sejak semester 2 dimulai, kita kedatangan asisten wali kelas disini.” Ucap sensei Tama.

“Murasame Reine.” Ucap si asisten wali kelas yang baru memperkenalkan diri. “Aku guru fisika. Salam kena—“

 Reine langsung ambruk. Nampaknya kantung matanya yang hitam bukan hanya pajangan semata, Ia benar-benar kelelahan XD.

Shido hanya menganga, melihat semua itu.

Lalu..

-Jam istirahat, ruang lab. Fisika-

“Kenapa kau tiba-tiba jadi guru disini?” tanya Shido. “dan apa-apaan ini? Ruang laboratorium Murasame?”


 Ruangan itu sudah di sulap dan dilengkapi dengan beberapa alat canggih.

“Panggil aku Reine, Shintaro.” Ucap Reine.

“Tidak, namaku Shido.”

“Ah, begitu, ya… Maaf, Shin.”

“Apa kau tidak bisa panggil dengan benar?? Ah, tapi itu bukan masalahnya…”

“Aku disini agar bisa membantumu jika terjadi sesuatu.” Ucap Reine.

“Kau harusnya bisa langsung mengerti kalau otakmu dipakai sedikit.” Ucap Kotori menunjuk-nunjuk Shido dengan lollipopnya. “Dasar kutu rendahan!”

“Lagipula, kau sedang apa disini?” tanya Shido. “Bagaimana dengan sekolahmu?”

“Aku sudah mengurus itu.”

“…” Shido hanya pasrah dan tidak mampu lagi menangani adiknya itu. “Jadi, maukah kau ceritakan padaku apa yang akan kau lakukan padaku??”

“Setelah kau memakai program pelatihan ini, kau akan segera mengerti.” Kotori menunjuk monitor, “Reine.”

Setelah beberapa detik Reine mengotak-atik, muncul sebuah game di depan monitor.

“Ga-galge??” tanya Shido yang nampaknya pernah melihatnya. “Sepertinya sama dengan milik Tonomachi.”


 “Tidak, lihatlah lebih dekat.”

Shido melihat semakin dekat dan membaca judulnya, “Mai… riteru… Shido? (My little Shido)”
nb; seharusnya tulisannya “My Little SEED”, seperti milik Tonomachi.

 
Karakter dalam game tersebut memiliki beberapa kemiripan, seperti salah satu tokohnya menyerupai Kotori, salah satunya menyerupai Tobiichi, dan satunya lagi menyerupai Reine.

Karakter yang menyerupai Reine melakukan pembukaan game, “Organisme yang menyebabkan bencana besar, berada di antara dunia. Alasan keberadaannya tidak diketahui. Ketika dia muncul di dunia ini, dia menyebabkan gempa luar biasa. Dan menghancurkan daerah dibawahnya. Cara mengalahkannya,… dengan menyerang langsung dan membunuhnya. Tapi, cara itu sedikit berbahaya karena mereka juga kuat.”

“Selamat pagi, kakak!” ucap karakter yang mirip Kotori muncul. “Aku Kiriko! Sepertinya hal yang buruk telah terjadi. Tapi aku yakin kakak akan baik-baik saja. Pasti kakak bisa!”

“Ne, Shido, kau tidak akan membunuh atau menyakiti roh, kan?” karakter yang mirip Tobiichi muncul. “Tapi jika dibiarkan, mereka akan menyebabkan bencana lagi…”

“Kenapa kita tidak bujuk mereka saja?” ucap karakter yang mirip Reine. “Mereka harus menyukai dunia ini. Seperti yang orang bilang, ‘dunia akan lebih baik saat kau jatuh cinta’. Dengan kata lain, Itsuka-kun…”

“Dengan kata lain…” ucap karakter yang mirip Kotori.

“Dengan kata lain…” ucap karakter yang mirip Tobiichi.

“Kau harus…”

“…berkencan…”

“Ajak roh itu berkencan denganmu!”

“Berteman dengannya…”

“Kencan penuh cinta…”

“…Dan buat dia jatuh cinta!”

“Itulah Shido-kun…”
“Itulah Itsuka-kun…”
“Itulah kakak…”

“Tugasnya!!”

“Oleh karena itu, berjuang, ya!” ucap karakter Kotori mengakhiri.

-----Date a Live-----

Shido dan Tobiichi berdiri di sebuah tangga berdua, saling berhadapan.

“Kemarin, kau melihatku…” ucap Tobiichi.

“Ya…”

“Jangan beritahu siapapun.” Ucap Tobiichi. “Dan lupakan semua yang kau lihat kemarin.”

“Ano… tentang gadis itu juga?”


Lama tidak ada jawaban dari Tobiichi, maka Shido mengganti pertanyaannya, “Ah, Tobiichi, apa gadis itu—“

“Roh.” Potong Tobiichi. “Hal yang harus segera kuhabisi.”

“A-apa mereka begitu jahat??”

Tobiichi mengangguk. “Itu semua adalah ulah Roh…” ucapnya. “5 tahun yang lalu… orang tuaku… meninggal.”


                  
Bersambung ke: Date a Live episode 2
http://esti-widhayang.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar