Sebelumnya: Road to Ninja bagian 6
Naruto melihat kedua orang tuanya…
Naruto melihat kedua orang tuanya…
“Kalian berdua, selamat
datang kembali.” Ucap Tsunade kepada Minato dan Kushina.
“Kami telah menyelesaikan misinya.” Ucap Minato.
“Kami telah menyelesaikan misinya.” Ucap Minato.
Sakura rupanya terkejut melihat kedua pahlawan desa, dan menatap Naruto untuk melihat ekspresinya. Tentu saja Naruto lebih terkejut dari Sakura. Yang ada di hadapannya sekarang ini adalah kedua orang tuanya…
“Ayah dan ibu masih… hidup…” ucap Naruto. Kushina langsung berlari dan memukul kepala Naruto dengan keras,
Karena tidak dapat
menghindarinya, Naruto jatuh ke tumpukan dokumen Tsunade.
“Apa itu tepat dikatakan seorang anak ketika orang tuanya baru saja kembali dari menyelesaikan misi!?” ucap Kushina marah hingga rambutnya berdiri~
“Ah, aku tahu.” Pikir Sakura. “Di dunia ini…” Sakura rupanya sudah menyadari bahwa posisinya dan Naruto tertukar di dunia ini.
“Ano, tentang yang tadi, bisakah kau menceritakannya lebih detail?” tanya Sakura pada Kushina.
“Jiraiya-sensei mengatakan padaku bahwa Ia mendengar ramalan di kuil Myoboku,” ucap Minato mulai menjelaskan. “ Yang Mulia Pertapa Kakek memprediksi pria bertopeng itu akan mendatangi Jiraiya dan mengalahkannya… untuk mengikuti ramalan itu, sensei mendapatkan gulungan Bulan Merah dengan membahayakan hidupnya.” Minato menunduk, “Tetapi, Ia tidak bisa kembali ke desa dan meninggal karena luka parah.”
“Lalu, dimana gulungan itu?” tanya Sakura.
“Itu tersembunyi di perbatasan Negara Api.” Sahut Tsunade. Minato kemudian mendekati meja hokage Tsunade dan bertanya,
“Itu artinya kau sudah memecahkan sandinya?”
“Kami kewalahan untuk memecahkannya… Minato, Kushina, kalian berdua harus pergi mencarinya setelah Kakashi dan Guy kembali dari misi mereka.”
“Misi itu―biarkan aku ikut juga, Nenek!” pinta Naruto menyerobot ke depan Kushina.
Sakura mendekat dan memegang pundak Naruto, “Naruto, kenapa kau ingin pergi kesana?” bisiknya.
“Aku tidak bisa hanya berdiri disini. Jutsunya akan berakhir jika kita hentikan penggunanya.” Bisik Naruto. “Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk kembali ke dunia nyata!”
“Benar juga…” ucap Sakura menyetujui.
“Oi, nenek!” pinta Naruto.
“Ini bukanlah tempat untuk kalian berdua ganggu!” ucap Tsunade.
“Ee?”
“Aku juga memohon agar kau mengizinkannya.” Ucap Minato. Naruto dan Sakura langsung menengok ke Yondaime Hokage itu.
“Minato!” ucap Tsunade.
“Jangan khawatir, kami akan kembali dengan gulungannya.” Ucap Minato.
“Ah, baiklah kalau begitu.”
Minato membungkukkan badannya, “Terima kasih untuk izinnya.” Minato melihat ekspresi Naruto yang bengong menatap sosok ayahnya itu, dan hanya tersenyum polos. Namun Naruto membuang muka melihat senyum itu.
“Cih.”
“Apa itu tepat dikatakan seorang anak ketika orang tuanya baru saja kembali dari menyelesaikan misi!?” ucap Kushina marah hingga rambutnya berdiri~
“Ah, aku tahu.” Pikir Sakura. “Di dunia ini…” Sakura rupanya sudah menyadari bahwa posisinya dan Naruto tertukar di dunia ini.
“Ano, tentang yang tadi, bisakah kau menceritakannya lebih detail?” tanya Sakura pada Kushina.
“Jiraiya-sensei mengatakan padaku bahwa Ia mendengar ramalan di kuil Myoboku,” ucap Minato mulai menjelaskan. “ Yang Mulia Pertapa Kakek memprediksi pria bertopeng itu akan mendatangi Jiraiya dan mengalahkannya… untuk mengikuti ramalan itu, sensei mendapatkan gulungan Bulan Merah dengan membahayakan hidupnya.” Minato menunduk, “Tetapi, Ia tidak bisa kembali ke desa dan meninggal karena luka parah.”
“Lalu, dimana gulungan itu?” tanya Sakura.
“Itu tersembunyi di perbatasan Negara Api.” Sahut Tsunade. Minato kemudian mendekati meja hokage Tsunade dan bertanya,
“Itu artinya kau sudah memecahkan sandinya?”
“Kami kewalahan untuk memecahkannya… Minato, Kushina, kalian berdua harus pergi mencarinya setelah Kakashi dan Guy kembali dari misi mereka.”
“Misi itu―biarkan aku ikut juga, Nenek!” pinta Naruto menyerobot ke depan Kushina.
Sakura mendekat dan memegang pundak Naruto, “Naruto, kenapa kau ingin pergi kesana?” bisiknya.
“Aku tidak bisa hanya berdiri disini. Jutsunya akan berakhir jika kita hentikan penggunanya.” Bisik Naruto. “Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk kembali ke dunia nyata!”
“Benar juga…” ucap Sakura menyetujui.
“Oi, nenek!” pinta Naruto.
“Ini bukanlah tempat untuk kalian berdua ganggu!” ucap Tsunade.
“Ee?”
“Aku juga memohon agar kau mengizinkannya.” Ucap Minato. Naruto dan Sakura langsung menengok ke Yondaime Hokage itu.
“Minato!” ucap Tsunade.
“Jangan khawatir, kami akan kembali dengan gulungannya.” Ucap Minato.
“Ah, baiklah kalau begitu.”
Minato membungkukkan badannya, “Terima kasih untuk izinnya.” Minato melihat ekspresi Naruto yang bengong menatap sosok ayahnya itu, dan hanya tersenyum polos. Namun Naruto membuang muka melihat senyum itu.
“Cih.”
Naruto dan Sakura berjalan
pulang dari kantor Hokage. Selama perjalanan Naruto nampak kesal sementara
Sakura mencoba membuka pembicaraan,
“Aku sangat terkejut.” Ucap Sakura mengawali. “Um… aku tidak menyangka orang tuamu akan—“
Naruto memukul tembok dengan kedua kepalan tangannya, “Arrghh!! Madara si*lan! Dia mempermainkan semua orang!” ucap Naruto. “Dia bahkan membuat kepalsuan ini…”
“Aku tahu…”
Naruto membalikkan tubuhnya, “Aku harus bergegas mendapatkan gulungan itu sebelum Madara dan keluar dari sini!”
…
Rumah Sakura.
Sakura makan banyak sekali makanan kaleng yang ada di mejanya. Di vas di atas meja itu, berdiri dengan anggun bunga yang diberikan Sasuke waktu itu.
“Ada orang-orang yang telah mati namun hidup kembali…” ucap Sakura pada dirinya sendiri. “Dunia macam apa ini?” Ia memperhatikan bunga di vas-nya dan tersenyum lalu melanjutkan makan.
“Orang tua Naruto hidup… aku ragu kalau dia akan baik-baik saja.”
…
Rumah Naruto. (Berbeda dengan rumahnya saat tidak punya orang tua. Mungkin karena rumah ini orang tuanya yang membeli~)
DOK! DOK! DOK! Kushina menggedor pintu kamar Naruto. Dari dalam, terlihat Naruto ‘menyegel’ pintunya dengan lemari dan segala macam benda berat agar tidak bisa dibuka.
“Berhenti bertingkah dan keluarlah, Menma!” ucap Kushina. “Aku katakan makan malam sudah siap.”
“Kubilang aku tidak lapar, makanya tinggalkan aku sendirian.” Ucap Naruto duduk di pojok kamarnya. “Huh, aku tidak akan tertawa dan duduk dengan kebohongan ini.”
BLLLARRRRRR!!! Kushina mengamuk. Pintu kamar hancur dibuatnya. Bahkan suara langkah Kushina terdengar seperti raksasa.
“Beraninya kau mengabaikanku~?! Kau sepertinya
kehilangan pikiranmu dan bertingkah seperti itu!” ucap Kushina dengan rambutnya
yang berdiri semua.“Aku sangat terkejut.” Ucap Sakura mengawali. “Um… aku tidak menyangka orang tuamu akan—“
Naruto memukul tembok dengan kedua kepalan tangannya, “Arrghh!! Madara si*lan! Dia mempermainkan semua orang!” ucap Naruto. “Dia bahkan membuat kepalsuan ini…”
“Aku tahu…”
Naruto membalikkan tubuhnya, “Aku harus bergegas mendapatkan gulungan itu sebelum Madara dan keluar dari sini!”
…
Rumah Sakura.
Sakura makan banyak sekali makanan kaleng yang ada di mejanya. Di vas di atas meja itu, berdiri dengan anggun bunga yang diberikan Sasuke waktu itu.
“Ada orang-orang yang telah mati namun hidup kembali…” ucap Sakura pada dirinya sendiri. “Dunia macam apa ini?” Ia memperhatikan bunga di vas-nya dan tersenyum lalu melanjutkan makan.
“Orang tua Naruto hidup… aku ragu kalau dia akan baik-baik saja.”
…
Rumah Naruto. (Berbeda dengan rumahnya saat tidak punya orang tua. Mungkin karena rumah ini orang tuanya yang membeli~)
DOK! DOK! DOK! Kushina menggedor pintu kamar Naruto. Dari dalam, terlihat Naruto ‘menyegel’ pintunya dengan lemari dan segala macam benda berat agar tidak bisa dibuka.
“Berhenti bertingkah dan keluarlah, Menma!” ucap Kushina. “Aku katakan makan malam sudah siap.”
“Kubilang aku tidak lapar, makanya tinggalkan aku sendirian.” Ucap Naruto duduk di pojok kamarnya. “Huh, aku tidak akan tertawa dan duduk dengan kebohongan ini.”
BLLLARRRRRR!!! Kushina mengamuk. Pintu kamar hancur dibuatnya. Bahkan suara langkah Kushina terdengar seperti raksasa.
“Uwaaaaaa~~~!!!” teriak Naruto ketakutan. xD.
Minato yang mendengar ribut-ribut itu langsung masuk ke kamar Naruto, “Sebaiknya kau mendengarkan ucapan ibumu. Kau tidak lupa julukan ibumu, kan? Akai Chishio no Habanero?” nampaknya ayah yang satu ini tidak dapat menolong anaknya dalam keadaan seperti ini. xD.
Tatapan Red-Hot Habanero Kushina makin tajam(?), “Kau akan makan bersama kami, kan?” tanya Kushina dengan nada jawab-tidak-akan-kubunuh-kau. xD.
Lihatlah ekspresi Naruto…
Pada akhirnya Naruto makan
bersama kedua orang tuanya. Setelah beberapa saat, makanannya sudah habis.
“Aku sudah selesai.” Ucap Naruto.“Menma, keluarkan cucianmu jika ada.” Ucap Minato sambil menyelimuti Kushina yang tertidur di meja makan.
Naruto membuang muka, “Aku bisa mencucinya sendiri.”
Minato memperhatikan tingkah aneh anaknya itu, “Kau tidak terlihat senang, apa kau sedang bertengkar dengan Sakura atau apa?”
Hening beberapa saat, Naruto memutuskan untuk tidak menjawabnya dan berjalan ke kamarnya. Belum sampai di kamarnya, Ia melihat sesuatu yang sepertinya album foto. Karena penasaran Ia mengambilnya dan membukanya.
Dalam foto itu terdapat
kenangan mereka sekeluarga yang nampak bahagia, kenangan yang tidak pernah
dirasakan Naruto sebelumnya.
“Tidak biasanya kau melihat album foto itu.” Ucap Minato.
“Kenapa tidak?” sahut Naruto pedas~ “Oh ya, kenapa kau meminta kepada nenek (Tsunade) untuk mengizinkanku pergi denganmu!?”
“Itu karena kupikir kau pasti punya alasan untuk pergi..” ucap Minato sambil mengelap piring. “Putraku bukanlah tipe anak yang memohon tanpa alasan, kan?”
“…Aku tidak punya alasan apapun.” Ucap Naruto yang nampaknya mulai melunak(?) pada ayahnya di dunia palsu(?) ini.
“Baiklah, itu mungkin karena hubungan ayah-anak.” Ucap Minato dan pergi sementara Naruto melanjutkan membuka album fotonya.
“Tidak biasanya kau melihat album foto itu.” Ucap Minato.
“Kenapa tidak?” sahut Naruto pedas~ “Oh ya, kenapa kau meminta kepada nenek (Tsunade) untuk mengizinkanku pergi denganmu!?”
“Itu karena kupikir kau pasti punya alasan untuk pergi..” ucap Minato sambil mengelap piring. “Putraku bukanlah tipe anak yang memohon tanpa alasan, kan?”
“…Aku tidak punya alasan apapun.” Ucap Naruto yang nampaknya mulai melunak(?) pada ayahnya di dunia palsu(?) ini.
“Baiklah, itu mungkin karena hubungan ayah-anak.” Ucap Minato dan pergi sementara Naruto melanjutkan membuka album fotonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar