Sebelumnya: Road to Ninja bagian 8
Kaki Kushina terkena sedikit semburan gelembung ungu Gamabunta, membuatnya meringis kesakitan. Nampaknya gelembung itu semacam racun panas atau sejenisnya.
“Aaaakkhhh!!!” pegangan Kushina pada Naruto terlepas hingga membuatnya terjatuh.
Kaki Kushina terkena sedikit semburan gelembung ungu Gamabunta, membuatnya meringis kesakitan. Nampaknya gelembung itu semacam racun panas atau sejenisnya.
“Aaaakkhhh!!!” pegangan Kushina pada Naruto terlepas hingga membuatnya terjatuh.
“Kushina!!” panggil Minato yang langsung berteleportasi dan menyelamatkan Kushina <3.
“Minato,… ukh…”
Naruto mendarat di depan kedua orang tuanya, dan menatap bingung ke arah Kushina. “Me-mengapa kau menyelamatkanku? Dan me-mengapa—“
“Mundurlah, Menma.” Pinta Minato sambil membaringkan Kushina di rerumputan.
“Tapi—!”
“Jagalah Kushina. Aku akan mengatasi ini.” Ucap Minato. Ia melemparkan dua buah kunai-nya dan langsung berteleportasi ke salah satunya.
Gamabunta memukulkan tangannya di tempat Minato akan muncul, namun karena kecepatan kilatnya, Minato berhasil menghindar dan mencabut kunainya. Lalu Ia berteleportasi ke kunai yang satunya yang berada tepat di belakang para katak.
“Kita kehilangan dia!!” ucap Gamabunta.
Minato dengan cepatnya sudah berada di tempat penyegelan gulungan itu. Ia memperhatikan jenis segelnya dan berkata,
“Ini jutsu penyegel yang digabungkan dengan jutsu ruang-waktu dan jutsu rantai.” Ucap Minato. Minato duduk bersila dan merapal jutsu, “Sepertinya ini hanya bisa dibuka oleh aku dan Jiraiya-sensei.”
Setelah Minato merapal
jutsu, segel-segel pada tempat gulungan itu hangus begitu juga segel-segel di
sekitarnya. Begitu segel lenyap, para katak juga ikut menghilang.
Minato mengambil gulungan itu dari tempatnya, “Kerja bagus. Aku telah mendapatkan Gulungan Bulan Merah-nya.” Lalu berteleportasi ke tempat Kushina.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Sakura pada Kushina. Ia mengeluarkan jutsu medis-nya untuk mengobati kaki Kushina. Minato mengajak Naruto menjauh untuk menasehatinya.
“Kushina hanya mendapatkan sedikit luka bakar, kau seharusnya sudah tahu tentang ini lebih dulu, kan?” tanya Minato.
“Kumohon tinggalkan aku sendiri!” ucap Naruto. “Ini bukan urusanmu! BERHENTI BERTINGKAH SEPERTI ITU!” nada bicara Naruto semakin meninggi. “Dia terluka karena tindakannya sendiri! Aku bisa saja menghindar dari serangan itu jika aku sendirian!”
PLAKKK!!!
Minato menampar Naruto.
“Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendirian.
Tubuh kami bergerak secara spontan saat ada kemungkinan anak kami terluka.”
Ucap Minato. “Itulah ORANG TUA.”Minato mengambil gulungan itu dari tempatnya, “Kerja bagus. Aku telah mendapatkan Gulungan Bulan Merah-nya.” Lalu berteleportasi ke tempat Kushina.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Sakura pada Kushina. Ia mengeluarkan jutsu medis-nya untuk mengobati kaki Kushina. Minato mengajak Naruto menjauh untuk menasehatinya.
“Kushina hanya mendapatkan sedikit luka bakar, kau seharusnya sudah tahu tentang ini lebih dulu, kan?” tanya Minato.
“Kumohon tinggalkan aku sendiri!” ucap Naruto. “Ini bukan urusanmu! BERHENTI BERTINGKAH SEPERTI ITU!” nada bicara Naruto semakin meninggi. “Dia terluka karena tindakannya sendiri! Aku bisa saja menghindar dari serangan itu jika aku sendirian!”
PLAKKK!!!
Minato menampar Naruto.
Naruto membuang mukanya, “Kenapa kau mengatakan itu kepadaku?”
“Apakah aneh jika aku
mengatakan itu?”
“Bukan seperti itu!... mengapa—“
Minato menepuk pundak Naruto, “Jangan pernah melakukan hal yang membahayakan lagi.” Minato tersenyum. “Aku sudah bicara pada Kushina bahwa kami akan menuliskan surat rekomendasi untukmu menjadi Jounin.”
“Eeeh?”
“Oi, Menma!” panggil Kushina yang berusaha berjalan mendekat meskipun kakinya terlihat masih sakit.
“Bukan seperti itu!... mengapa—“
Minato menepuk pundak Naruto, “Jangan pernah melakukan hal yang membahayakan lagi.” Minato tersenyum. “Aku sudah bicara pada Kushina bahwa kami akan menuliskan surat rekomendasi untukmu menjadi Jounin.”
“Eeeh?”
“Oi, Menma!” panggil Kushina yang berusaha berjalan mendekat meskipun kakinya terlihat masih sakit.
“Aaah~ Kushina, aku sudah memarahinya~” ucap Minato.
“Anak ini, benar-benar—“ Kushina berjala cepat mendekati Naruto,
Naruto menutup matanya spontan, Ia tahu amukan macam apa yang akan menimpanya. GREBB,… Kushina memeluk Naruto. Ia tidak marah, Ia justru memeluk anak semata wayangnya itu.
“Syukurlah kau tidak
terluka…” ucap Kushina. Minato hanya tersenyum. Naruto masih bingung, bingung
bagaimana menanggapi semua kepalsuan yang dibuat Tobi ini.
Bagaimanapun juga, Naruto tetaplah seorang anak yang menginginkan kasih sayang kedua orang tuanya. Dipeluk seperti itu oleh ibunya, perlahan-lahan Naruto juga memeluk Kushina, dengan erat.
“Sungguh hubungan orang tua-anak yang luar biasa.” Ucap Kakashi yang memperhatikan dari jauh bersama Guy dan Sakura. Sakura hanya memperhatikan dalam diam, nampaknya ini bisa menjadi masalah baru.
Bagaimanapun juga, Naruto tetaplah seorang anak yang menginginkan kasih sayang kedua orang tuanya. Dipeluk seperti itu oleh ibunya, perlahan-lahan Naruto juga memeluk Kushina, dengan erat.
“Sungguh hubungan orang tua-anak yang luar biasa.” Ucap Kakashi yang memperhatikan dari jauh bersama Guy dan Sakura. Sakura hanya memperhatikan dalam diam, nampaknya ini bisa menjadi masalah baru.
Kantor Hokage.
“Sekarang Jiraiya dapat beristirahat dengan tenang.” Ucap Tsunade.
“Lalu, ayo siapkan pasukan kita! Kita harus segera melawan pria bertopeng itu!” usul Kakashi penuh semangat. Guy hanya menggaruk-garuk kepalanya.
“Tidak, kita harus menunggu adanya kesempatan.” Tolak Tsunade.
“Kesempatan?”
Tsunade menunduk, “Ramalan belum berakhir, ada kalimat selanjutnya dalam ramalan.” Ucapnya. “Disebutkan bahwa gulungan Bulan Merah akan terbuka saat bulan merah keluar. Aku akan menyimpannya sampai saat itu tiba.”
Gulungan itu lalu disimpan di brankas.
…
“Sekarang Jiraiya dapat beristirahat dengan tenang.” Ucap Tsunade.
“Lalu, ayo siapkan pasukan kita! Kita harus segera melawan pria bertopeng itu!” usul Kakashi penuh semangat. Guy hanya menggaruk-garuk kepalanya.
“Tidak, kita harus menunggu adanya kesempatan.” Tolak Tsunade.
“Kesempatan?”
Tsunade menunduk, “Ramalan belum berakhir, ada kalimat selanjutnya dalam ramalan.” Ucapnya. “Disebutkan bahwa gulungan Bulan Merah akan terbuka saat bulan merah keluar. Aku akan menyimpannya sampai saat itu tiba.”
Gulungan itu lalu disimpan di brankas.
…
Naruto dan Sakura berjalan
pulang bersama dari kantor Hokage malam itu,
“Walaupun kita sudah mendapatkan gulungan Bulan Merahnya, nampaknya kita harus menunggu lagi.” Ucap Sakura membuka pembicaraan.
“Yah…”
“Kapan bulan menjadi merah? Kita harus bertanya pada Tsunade-sama besok untuk—“
“Sa-Sakura, maaf. Tapi aku harus pergi sekarang.” ucap Naruto dan berjalan pulang dengan penuh semangat. Semangat apa ini? Langkahnya semakin cepat. Semakin cepat. Dan semakin cepat. Ia tersenyum. Apa yang dicarinya? Apa yang dikejarnya?
Ia sudah sampai di depan pintu, namun ada secercah keraguan di wajahnya. Ia menghela nafas panjang dan membuka pintu,
Ketika pintu terbuka, yang dilihatnya bukanlah kamar kosong yang dingin lagi. Disana ada ayah dan ibunya, di depannya.
“Walaupun kita sudah mendapatkan gulungan Bulan Merahnya, nampaknya kita harus menunggu lagi.” Ucap Sakura membuka pembicaraan.
“Yah…”
“Kapan bulan menjadi merah? Kita harus bertanya pada Tsunade-sama besok untuk—“
“Sa-Sakura, maaf. Tapi aku harus pergi sekarang.” ucap Naruto dan berjalan pulang dengan penuh semangat. Semangat apa ini? Langkahnya semakin cepat. Semakin cepat. Dan semakin cepat. Ia tersenyum. Apa yang dicarinya? Apa yang dikejarnya?
Ia sudah sampai di depan pintu, namun ada secercah keraguan di wajahnya. Ia menghela nafas panjang dan membuka pintu,
Ketika pintu terbuka, yang dilihatnya bukanlah kamar kosong yang dingin lagi. Disana ada ayah dan ibunya, di depannya.
“Kau pulang lebih cepat.”
Ucap Minato menurunkan Koran yang dibacanya.
“A-Ayah… I-Ibu…”
Kushina meletakkan panci yang berisi masakannya di atas meja makan, “Selamat datang di rumah, Menma.”
Naruto menahan air matanya yang akan menetes, dan berusaha tersenyum.
“AKU PULANG.”
“A-Ayah… I-Ibu…”
Kushina meletakkan panci yang berisi masakannya di atas meja makan, “Selamat datang di rumah, Menma.”
Naruto menahan air matanya yang akan menetes, dan berusaha tersenyum.
“AKU PULANG.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar