Sebelumnya: Date a Live episode 9
Semua orang yang ada disana,
Shido, Kurumi, Tohka, dan Tobiichi, kaget melihat sosok Spirit yang muncul di
hadapan mereka. Spirit yang diselimuti api…
Tak berapa lama, Tobiichi pingsan karena kuatnya cekikan “Kurumi yang lain”.
“Kotori…” ucap Shido. “Mengapa…?”
“Bisakah kau tidak mengganggu kami?” Kurumi tersenyum. “Acara utamanya baru saja dimulai!”
Para Spirit bukanlah seorang manusia. Begitu pula sebaliknya, manusia bukanlah seorang Spirit. Namun meskipun begitu, … lantas kenapa…? Dunia Itsuka Shido saat ini terbalik..
Tak berapa lama, Tobiichi pingsan karena kuatnya cekikan “Kurumi yang lain”.
“Kotori…” ucap Shido. “Mengapa…?”
“Bisakah kau tidak mengganggu kami?” Kurumi tersenyum. “Acara utamanya baru saja dimulai!”
Para Spirit bukanlah seorang manusia. Begitu pula sebaliknya, manusia bukanlah seorang Spirit. Namun meskipun begitu, … lantas kenapa…? Dunia Itsuka Shido saat ini terbalik..
Date a Live: Spirit Api
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“Nyahahaha!!” Kurumi tertawa. “Tapi, sesungguhnya semua ini kulakukan untukmu.” Ucap Kurumi pada Kotori. Ia mengangkat pistol kecilnya ke angkasa, dan dari jam besar dibelakangnya, pada angka romawi 1(I) muncul aura merah-hitam yang masuk ke pistolnya. Kurumi lalu menembak kepalanya.
Kurumi tiba-tiba muncul dari arah atas Kotori, dan terus menyerang Kotori dengan pukulan memakai pistolnya. “Menyenangkan bukan? Hebat, bukan?” Kurumi tersenyum puas. “Aku berharap banyak pada Spirit pertama yang ditaklukkan manusia!! Ini luar biasa! Ini luar biasa!”
“Kau menjengkelkan.” Ucap Kotori yang menangkis setiap serangan Kurumi dengan santai. “Bagaimana kalau kita lebih santai?” Kotori menyerang Kurumi dengan alat pemenggalnya(?) itu, membuat Kurumi yang menyerang dengan jarak dekat harus menjauh untuk sementara.
“Pada situasi seperti ini, buatlah aku mengikuti saranmu dan menurunkan kecepatannya!” ucap Kurumi. “Zapkhiel! Zayin!” kali ini dari angka romawi 7 (VII)…
“Hati-hati, Kotori,” ucap Shido. “Ini—“
Terlambat. Kotori sudah terhenti pergerakannya sekarang. Waktu seolah terhenti hanya padanya.
“Sebesar apapun kekuatanmu, tidak ada gunanya jika kau tidak bisa bergerak…” ucap Kurumi. Di dekat Kotori, muncul banyak Kurumi dari tanah, yang lalu menembaki Kotori yang tidak bisa bergerak. Mereka belum menembaki organ-organ vital..
Kurumi mendekat dan menodongkan pistolnya ke kepala Kotori. “Kalau begitu…” DORR!!! “Selamat tinggal…”
BRUUKKK!!! Tubuh Kotori
jatuh. Shido terbelalak melihat pemandangan itu…
“Aaa… aa…”
“Khukhukhu!!” Kurumi pura-pura kelelahan. “Ah, ah, sepertinya urusanku denganmu sudah selesai!” ucapnya. “Betapa memalukannya, padahal aku hanya mendapat musuh yang sederajat sepertimu sekali seumur hidup!! Memalukannya!! Saa, kau yang selanjutnya, Shido-san…”
Kurumi yang memunggungi Kotori dan melihat ke arah Shido, tidak menyadari kalau Kotori sedang melakukan penyembuhan. Sama seperti yang terjadi pada Shido dulu saat tertembak Tobiichi.
“Aku…” Kurumi kaget ketika menyadari penyembuhan Kotori, dan berbalik.
“Aaa… aa…”
“Khukhukhu!!” Kurumi pura-pura kelelahan. “Ah, ah, sepertinya urusanku denganmu sudah selesai!” ucapnya. “Betapa memalukannya, padahal aku hanya mendapat musuh yang sederajat sepertimu sekali seumur hidup!! Memalukannya!! Saa, kau yang selanjutnya, Shido-san…”
Kurumi yang memunggungi Kotori dan melihat ke arah Shido, tidak menyadari kalau Kotori sedang melakukan penyembuhan. Sama seperti yang terjadi pada Shido dulu saat tertembak Tobiichi.
“Aku…” Kurumi kaget ketika menyadari penyembuhan Kotori, dan berbalik.
“Geez, kau benar-benar banyak bicara…” ucap Kotori yang bangkit perlahan. “Aku akan membuatmu kewalahan oleh rasa takut karena baru saja berkata kehilangan keinginan untuk melawan.”
“Huh!! Hentikan pembicaraan konyol ini!” ucap Kurumi. Ia mengangkat kedua pistolnya, dan keluar aura merah-hitam dari romawi 1 (I) dan 2 (II).
“Aleph!!” ucap Kurumi. Ia menembak semua “clon”-nya itu dan terakhir menembak kepalanya sendiri.
“Cih.” Kotori yang sudah tahu apa yang akan Kurumi lakukan, segera bergerak. Ia mendorong Shido menjauh hingga Shido terpental.
“Apa yang kau lakukan?!” Tanya Shido.
Kurumi-Kurumi yang tadi berada di dekat Shido, mendekati Kotori dan menyerbunya. Ternyata Kotori bermaksud melindungi Shido dari hal ini.
“Cleave, Camael!!” ucap Kotori, lalu semua Kurumi-Kurumi itu terpental dan menghilang.
“Apa yang kau lakukan, huh?!” ucap Kurumi yang ada jam besar(?) di belakangnya. Ia sudah mulai marah. “Zapkhiel! Dalet!!” muncul dua aura merah-hitam dari angka 4 romawi (IV). Kurumi menembak kepalanya, namun entah mengapa Ia tertunduk lemas.
“Ara, apa hanya itu saja kemampuanmu?” Tanya Kotori. “Ayolah, kau harus serius mulai dari sekarang.”
Kurumi menatap Kotori tajam. “Akan kubuat kau menyesal telah mengatakan itu…” jam di mata kiri Kurumi nampak berhenti bergerak. “Zapkhiel!!”
“Jangan pikir aku akan membiarkanmu melakukan itu—“ tiba-tiba Kotori jadi lemas, dan terjatuh. “Oh tidak…”
“Kotori!!”
“Ahahaha!!” Kurumi tertawa. “Waktumu telah habis!!” Ia menodongkan pistolnya ke arah Kotori.
“Kotori! Kotori!” Shido berjalan ke arah Kotori. “Kotori, apa kau baik-baik saja?”
Kotori berdiri, dan matanya nampak berbeda. Sepertinya dia juga adalah orang yang berbeda sekarang. “Camael!! Megiddo!!” Kotori mengangkat senjata pemenggalnya itu ke angkasa, dan senjata itu berubah menjadi senjata yang lebih besar, dan dalam fungsi yang berbeda. Kalau yang tadi fungsinya memotong, kali ini adalah menembak.
Kurumi kaget sekaligus panik melihat senjata itu. “Bagianku yang lain!!” Ia memanggil Kurumi-Kurumi yang lain untuk melindunginya.
“Ubah mereka menjadi debu…” ucap Kotori. “Camael!!” sebuah lintasan cahaya melesat dari senjata Kotori, dan langsung menembak semua Kurumi yang lain menjadi abu, dan membuat bagian kiri atas jam besar Kurumi berlubang (kurang gosok gigi kah? *plak). Namun tampaknya serangan itu sedikit meleset, karena masih tersisa satu Kurumi, Kurumi dengan jam besar dibelakangnya.
Kurumi terlihat pucat dan terjatuh lemas. Di depannya, terlihat bekas serangan Kotori membuat atap beton itu hancur seperti terkena lava.
“Berdiri dan ambil senjatamu!” ucap Kotori. “Pertarungan belum berakhir. Pertarungan itu belum menyelesaikan apapun. Ayo kita bertarung habis-habisan, Kurumi. Nikmati pertarungan yang kau nanti-nantikan! Pertarungan yang kau “rindu”-kan! Jika kau tak mampu lagi mengangkat pistolmu… kau lebih baik mati saja.”
“Kotori! Dia benar-benar akan mati kalau kau terus seperti itu!” ucap Shido. Namun Kotori tidak mendengarkan. Atau mungkin sekarang dia bukan Kotori lagi. “Apa yang Ratatoskr inginkan adalah menyelesaikan masalah dengan para Spirit tanpa harus membunuh mereka, bukan?!”
Shido mendekati Kotori dan mencoba membuatnya menahan tembakan, namun Kotori sudah bersiap. “Oii, Kotori!!” Kotori tersenyum licik. Benar-benar tidak seperti Kotori yang Shido ketahui…
Shido berlari ke depan Kurumi. “Kurumi!!” ucap Shido. Ia berdiri di depan Kurumi dan merentangkan tangannya untuk menghalangi tembakan Kotori mengenai Kurumi.
“Shido-san…?”
Kekuatan sudah terkumpul di depan senjata Kotori. Sesaat sebelum Ia menembak, Kotori tersadar ketika melihat kakaknya. Ia sudah kembali ke dirinya yang semula. Namun, sudah terlambat. Senjata itu telah ditembakkan.
“Onii-chan, menghindarlah!!”
teriak Kotori. Namun…
Api dimana-mana. Semuanya
nampak terbakar. Di tengah api yang berkobar, dua orang anak kecil terperangkap
di dalamnya.
Anak yang laki-laki terbangun membuka matanya perlahan. Ia melihat adiknya menangis di tengah kobaran api. Ia tidak dapat berbuat apa-apa. Tubuhnya sangat lemah saat ini. Mungkin sebentar lagi Ia akan mati…
“Hiks… hiks…” sang adik menangis. Adik perempuannya itu lalu menyadari kalau kakaknya tersadar, walau beberapa saat. “Onii-chan! Onii-chan!!” ucap adiknya. Namun kakaknya tidak dapat menjawab panggilan adiknya. Tubuhnya mungkin tak akan bertahan lama… sang kakak memejamkan matanya, Ia sudah lelah…
“ONII-CHAN!!!”
Anak yang laki-laki terbangun membuka matanya perlahan. Ia melihat adiknya menangis di tengah kobaran api. Ia tidak dapat berbuat apa-apa. Tubuhnya sangat lemah saat ini. Mungkin sebentar lagi Ia akan mati…
“Hiks… hiks…” sang adik menangis. Adik perempuannya itu lalu menyadari kalau kakaknya tersadar, walau beberapa saat. “Onii-chan! Onii-chan!!” ucap adiknya. Namun kakaknya tidak dapat menjawab panggilan adiknya. Tubuhnya mungkin tak akan bertahan lama… sang kakak memejamkan matanya, Ia sudah lelah…
“ONII-CHAN!!!”
Selanjutnya: Date a Live episode 10 bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar