Minggu, 30 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 10 bagian 2

“Mau aku tolong?”
“Tolong lakukan, sensei.”

Shido membuka matanya, dan Ia melihat Yoshinon di depannya. “Tidak perlu khawatir, percayakan padaku!” ucap Yoshinon.

Shido bingung melihat Yoshino dan Yoshinon di depannya. Begitu pula Yoshino, yang mengira Shido belum sadar.
“Oh… Selamat Pagi…” ucap Yoshino.

Ketika Shido akan membalas salam Yoshino, tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Yoshino pergi meninggalkan Shido untuk beristirahat. Di kasur Shido, nampak Tohka ketiduran disana karena menunggu Shido sadar.

“Eh? Bahkan Tohka ada disini?” pikir Shido.

“Shido…” Tohka mengigau.




Shido tersenyum. Tapi Ia lalu sadar akan sesuatu. “Apa yang kulakukan disini?” Shido melihat sekitarnya. Ia seperti sedang berada di rumah sakit.

“Ah, kau akhirnya sadar. Shin.” Ucap seseorang dari balik tirai ruangan itu. Kalian pastinya sudah tahu siapa itu. Yup, Reine. Reine membuka tirai dan masuk.

“Iiia!! Kau benar-benar mengejutkanku! Kau bangun tiba-tiba…” ucap Yoshinon yang muncul di samping Reine. Sepertinya Yoshino-lah yang memanggil Reine.

“Maaf karena telah mengejutkanmu…” ucap Yoshino.

“Tidak, tidak perlu dipikirkan.” Ucap Shido. “Reine-san, sebenarnya apa yang kulakukan disini?” Tanya Shido pada Reine.

“Ini disebabkan karena pertarungan kemarin dengan Tokisaki Kurumi. Kau dibawa kesini karena tidak sadarkan diri.” Ucap Reine.

Shido lalu mengingat semuanya. “Benar… lalu apa yang terjadi setelah itu?” Shido melihat ke arah Tohka. “Tohka bahkan tertidur… lalu… Kotori! Bagaimana dengan Kotori?! Kenapa dia tiba-tiba seperti itu?! Lalu bagaimana denga Origami?!”

“Tenanglah, Shin.” Ucap Reine.

“Mana baik-baik saja, bukan? Lalu… Kurumi… dia masih hidup, kan?!”

Reine mendekat dan mengelus kepala Shido, “Shu shu shu, jangan khawatir.” Ucapnya. “Apa kau sudah merasa tenang?”

“Yah…”

“Semuanya baik-baik saja.” Ucap Reine. “Sejauh yang aku tahu, tidak ada korban jiwa. Tobiichi Origami dan Takamiya Mana sudah dibawa pergi untuk diobati. Mereka mungkin dibawa ke SDF Rumah Sakit Tenguu.”

“Kurumi, entah bagaimana, dia berhasil melarikan diri.” Ucap Reine lagi. “Tohka, seperti yang kau lihat. Dia terluka, namun Ia bersikeras ingin terus berada di sisimu. Dia tertidur karena kelelahan.”

“Jadi…” ucap Shido. “Apa ini semua… belum berakhir?”

“Ya.”

“Dimana Kotori?”


Di Fraxinus, terdapat sebuah ruangan yang dibatasi oleh kaca tebal, sehingga terlihat seperti kotak mainan yang terbuat dari kaca. Di dalamnya, ada Kotori yang sedang duduk dengan santai sambil minum teh.

“Dia tidak bisa mendengar kita dari sana.” Ucap Reine. “Selanjutnya terserah padamu.”

Shido melangkah maju dan masuk ke ruangan itu, dan menatap adiknya, Kotori. Kotori nampak sudah kembali seperti semula. Tidak ada api yang menyelimutinya.

“Ah, Shido…” ucap Kotori. “Akhirnya kau bangun.”

“Yah…” Shido menarik kursi di depan Kotori dan duduk di dekatnya. “Kau sebenarnya siapa?” Tanya Shido langsung ke intinya.

“Adik lucunya Shido!”

“Lihat, siapa yang menyebut dirinya lucu.”

“Tapi memang lucu, kan?”

Shido tersenyum. “Aku rasa aku tidak dapat menyangkal itu.” Ekspresi Shido lalu berubah. “Kotori… kau… Spirit?”

Ekspresi Kotori ikut berubah ketika Shido mengatakan itu. Keduanya saling menatap tajam.


Di tempat lain, diperlihatkan Mana sedang di rawat di sebuah rumah sakit, namun Ia belum sadar juga. Meskipun begitu, Ia nampak baik-baik saja.



“Kotori… kau… Spirit?”

Kotori menunduk. “Apa kau akan percaya kalau aku bilang aku bukan Spirit?”

“Ya. Aku akan percaya kalau kau yang mengatakannya begitu.”

“Apa kau gila? Kau percaya pada apa yang orang lain katakan… bukan pada apa yang kau lihat sendiri?!” Kotori meminum tehnya. “Itu adalah sesuatu yang orang cerdas tidak lakukan.”

“Jika aku tidak mempercayai kata-kata adikku yang lucu ini,” ucap Shido. “Sebagai manusia, aku adalah kakak yang mengerikan.”

Kotori akhirnya mulai menjelaskan semuanya. “Aku sebenarnya manusia. Tapi, sensor disana menunjukkan bahwa aku seorang Spirit sekarang.”

“Apa artinya itu?”

“Aku adalah manusia yang terlahir di keluarga Itsuka. Itu sudah jelas.” Ucap Kotori. “Tapi, lima tahun yang lalu, aku menjadi Spirit.”

“Eh?”

“Atau mungkin bisa dibilang ‘manusia yang memegang kekuatan Spirit’, semacam itulah.” Ucap Kotori.

“Apa hal seperti itu mungkin?” Tanya Shido. Kotori menatap Shido, dan Shido baru menyadari pertanyaannya itu tidak ada gunanya, jawabannya ada pada dirinya sendiri.

Shido tiba-tiba teringat kenangan lima tahun yang lalu. Saat itu, di tengah kobaran api, dua orang anak kecil terperangkap di dalamnya. Anak kecil yang perempuan menangisi kakaknya yang sepertinya sudah tidak mampu bertahan…

“Aku… ingat sekarang.” Ucap Shido.

Kotori terkejut. “Apa? Sampai saat ini kau tidak mengetahui apapun tentang itu!”

“Bukan…” Shido memegang kepalanya. “Aku sebelumnya… melihat itu di dalam mimpi…”

Shido teringat.. waktu itu Ia mencari adiknya di tengah kobaran api…
“Kotori! Kotori!” panggil Shido waktu itu. Adiknya ada di depannya, menangis terus menerus. Ketika Ia berlari menuju adiknya,

“Onii-chan, jangan—!!” tiba-tiba sebuah kayu dengan api yang berkobar jatuh dan menimpa Shido, membuatnya terpental agak jauh. Adiknya, Kotori, waktu it uterus menangis dan merangkak menuju kakaknya… Shido memejamkan matanya perlahan, dan semuanya menjadi buram…

Kotori berdiri dengan wajah memerah, “Aku tidak yakin apa waktu itu aku memanggilmu ‘onii-chan! Onii-chan’ sambil menangis,” ucap Kotori. “Tapi secara garis besar, penjelasanmu sama seperti apa yang aku ingat. Beberapa ingatan kita mungkin terbagi saat aku mendapat kekuatan Spirit itu.”

“Begitu, ya…” ucap Shido. “Kotori, apa yang terjadi hari itu? Bagaimana kau bisa menjadi Spirit.”

“Aku hampir tidak mengingat apapun tentang itu.” Ucap Kotori. “Aku hanya mengingat samar-samar apa yang terjadi, tapi aku tidak ingat rinciannya. Aku ingat dapat berubah menjadi Spirit, tapi aku tidak ingat apa yang memicunya.”

“Bagaimana kau bisa melupakan hal sepenting itu?!”

“Ini mungkin kudapat dari kakak yang lupa bahwa adiknya telah menjadi Spirit selama ini.”

Shido menunduk.

“Tapi, kau ada benarnya.” Ucap Kotori. “Ini adalah peristiwa yang memutar balik identitasku, tidak mungkin aku melupakannya begitu saja. Mungkinkah ada seseorang yang menghapus ingatan kita berdua?”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar