Sabtu, 08 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 4 bagian 4

Sebelumnya: Date a Live episode 4 bagian 3

“A-ada apa?” Shido melihat ke sampingnya, dan Ia langsung tahu apa keadaan darurat yang dimaksud…

 Tohka sudah berdiri di depan pintu masuk dengan aura kemarahan yang pekat.

“To-Tohka?”

“Shido, apa yang barusan kau lakukan?” tanya Tohka.

“Apa maksudmu?” Shido lalu teringat ketika tadi bibirnya menyentuh bibir Spirit Hermit. Mungkinkah Tohka melihatnya?

“Aku begitu mengkhawatirkanmu, tapi ternyata kau malah menggoda gadis lain!” ucap Tohka dengan penuh amarah. “Apa maksud ini semua?!!” Tohka menghentakkan kakinya, dan lantai gedung itu langsung retak.


“Acha… mentalnya sangat tidak stabil dan tidak bisa dikendalikan lagi…” ucap Kotori setelah melihat situasi disana. “Kekuatan Spiritnya muncul kembali…”

“La-lalu apa yang harus kulakukan?” tanya Shido. Tohka berjalan mendekatinya.

Tohka mendekat lalu menunjuk si Spirit Hermit, “Shido, apa yang kau maksud ‘hal penting’ tadi adalah bertemu dengan gadis ini?!” tanya Tohka yang kembali ke mode marah yang normal.

“Ti-tidak, sebenarnya…”

“Hei, kakak…” boneka Spirit Hermit itu memanggil Tohka.

“Tohka!” ucap Tohka.

“Tohka-chan, maaf ya, tapi sepertinya Shido-kun sudah bosan denganmu!” ucap boneka itu memanas-manasi. “Sepertinya dia melanggar janjinya dan lari ke pelukanku. Apa bukti yang kau lihat ini masih belum cukup?”

Tohka sudah hampir meneteskan air mata, “O-oey, apa yang kau kata—?!” Tohka menutup mulut Shido.

“Shido, kau diam saja!”

“Yaaah~ maaf, ya. Kurasa ini salahku karena begitu mempesona~!” ucap boneka itu. Entah mengapa sang spirit tidak berekspresi sama sekali. “Ini bukan salahmu, Tohka-chan… tapi kau tidak boleh menyalahkan Shido-kun karena memilihku!”

“Aaaaah~~!!! Diam! Diam! Diam! Diam! Diam! Aku tidak akan membiarkan hal itu! Aku tidak akan membiarkan hal itu!” ucap Tohka.

“Kau boleh berteriak sesukamu.” Ucap boneka itu. “Ayolah, Shido-kun, katakan padanya bahwa kau sudah tak membutuhkannya lagi!”

Tohka menarik boneka itu dan mencekiknya, “Dia membutuhkanku!” ucap Tohka. “Shido… Shido bilang aku boleh tinggal di sampingnya!! Aku sudah muak dengan semua ucapanmu!! Ayo, bicaralah! Oy, kenapa kau diam?!”

Sementara Tohka menarik boneka itu, si spirit pemilik boneka itu terjatuh. Boneka itu tidak bicara lagi setelah berpisah dengan spiritnya. Nampaknya memang benar kalau spirit itu menggunakan suara perut.

“Bicaralah!!” ucap Tohka masih memegang dengan erat boneka itu. Spirit Hermit itu berdiri dan mendekati Tohka. “Apa?” tanya Tohka. “A-aku sedang sibuk!”

“Kem..balikan….” ucap Spirit Hermit itu. Suaranya jelas berbeda dengan suara boneka itu. Ia meloncat-loncat untuk meraih bonekanya yang dipegang Tohka. “Kumohon…”

“Apa yang kau lakukan, Shido?” tanya Kotori. “Yoshino sudah mulai kesal. Cepat hentikan dia.”

“Ma-mah, Tohka, bisakah kau kembalikan boneka itu padanya?” tanya Shido pada Tohka.

Mata Tohka berlinang dan wajahnya terlihat sembab. “Shido… jadi kau benar-benar peduli dengannya, daripada aku?”

Spirit Hermit itu masih terus meloncat untuk mengambil bonekanya, namun tak ada yang memperdulikannya.

“Bu-bukan begitu…” ucap Shido.

Spirit Hermit itu tiba-tiba berhenti meloncat, dan mulai berteriak, “Zadkie!!” dari samping mereka lalu muncul sesosok monster.

“I-itu??” Shido bertanya-tanya.

Monster itu mendenguskan nafasnya, dan itu menyembabkan apa yang terkena menjadi beku.

“Dia memanggil penjaganya?” gumam Kotori. “Ini buruk, segera tinggalkan tempat itu, Shido!”

“Penjaga?” tanya Shido.

“Apa kau lupa tentang Sandalphon milik Tohka?” tanya Kotori. Sandalphon sepertinya pedang besar milik Tohka.



Monster itu mulai menyerang dengan membekukan area sekitar dan menembakkan potongan-potongan kristal.

“Tohka!!” Shido menyelamatkan Tohka dari salah satu kristal tajam yang hampir mengenainya.

Spirit Hermit dengan monsternya itu pergi keluar dengan mendobrak tembok, mengejutkan para anggota TAR yang bersiaga diluar. Anggota TAR pun mulai menembaki Spirit itu. Merasa dirinya dalam bahaya, Spirit itu menggunakan monsternya dan entah bagaimana Ia menghilang bersamaan dengan hembusan angin sedingin es.

“Target menghilang…”

“Semua unit kembali ke markas.” Ucap kapten TAR. Tobiichi pun mematuhi perintah, namun saat akan kembali, Ia melihat sebuah boneka tergeletak di dekatnya.

---Di dalam gedung---

“Apa kau baik-baik saja? Tohka?” tanya Shido.

“Jangan sentuh aku.” Ucap Tohka menjauhkan Shido darinya.

“To-Tohka…”

“Jangan sentuh aku!” Tohka melakukan hal yang sama lagi, menjauhkan Shido dari dirinya walaupun Shido sama sekali tidak sedang menyentuhnya. Tangan Tohka tidak sengaja mengenai lengan Shido yang terluka.

“Ukh…”

Tohka nampak seperti ingin minta maaf, namun gengsinya masih tinggi. Ia membalikkan badannya, “Bagimu dia lebih berarti daripada aku!” ucap Tohka.

“Eh? Ha?”

“Yareyare…” ucap Kotori. “Rencanamu berantakan.”




Bersambung ke: Date a Live episode 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar