Senin, 10 Juni 2013

Versi Teks Date a Live episode 5 bagian 1

Di suatu hari yang basah karena hujan, suasana di dalam rumah Shido nampak agak panas.

“Tohka…Kumohon…” Shido mengetuk pintu kamar Tohka. “Dengar penjelasanku dulu…”

“Pergi sana!! Baka! Baaakaa!!” ucap Tohka dan tetap tidak membuka pintu.

Shido hanya dapat menghela nafasnya. Di dalam kamarnya, Tohka terlihat sedang duduk sambil memeluk boneka rotinya yang pernah didapatkan bersama Shido.

Di sebuah kuil, di bawah tetesan air hujan, seorang spirit kecil berdiri terdiam. Di tangannya yang dulu selalu membawa boneka, kini tidak ada apa-apa…

Gadis yang menyukai hujan, hujan yang terkadang turun perlahan, terkadang hanya sementara, dan terkadang sangat deras. Tidak lebih dari H2O (Air), namun kekuatannya sangatlah besar. Hujan kali ini akan lebih dingin dari biasanya…



“Aku menyesal karena kesalahan yang kuperbuat, Tohka. Tapi maukah kau katakan se-frustasi apa kau sekarang?” tanya Reine pada Tohka yang ada didepannya. Mereka sedang duduk di sebuah kafe kecil. “Apa ini karena kau tidak bisa menerima kalau Shin melirik wanita lain?”

“Ke-kenapa kau terus saja menyebut-nyebut Shido?” tanya Tohka.

Tidak, dia menyebut “Shin”, ucap admin. *plak.

“Ho-ya? Frustasi mu ini tidak ada hubungannya dengan itu?”

Tohka menggaruk-garuk kepalanya, “Aku tidak tahu… Aku tidak tahu mengapa aku seperti ini.” Ucap Tohka.


Shido baru saja pulang dari berbelanja sesuatu. Hari ini hujan turun lagi, dan Ia akhirnya membawa payung. Di sebuah belokan di antara gedung-gedung, Shido tak sengaja melihat sesuatu yang membuat langkahnya terhenti.


 
Shido melihat Spirit Hermit di depannya, sedang mencari sesuatu di tanah di antara reruntuhan gedung kemarin.

“Yo-Yoshinon?”

Spirit itu terkejut ketika mengetahui ada orang yang melihatnya, dan Ia lalu berlari,

“Te-Tenang… aku tidak akan menyakitimu!” uca Shido. Langkah Spirit itu terhenti. Shido lalu menyadari ada yang tidak lengkap dari Spirit itu, bonekanya. “Apa yang terjadi dengan bonekamu?”

Spirit itu berbalik dan menarik-narik baju Shido, “Mungkinkah… kau sedang mencarinya?” tanya Shido yang dengan cepat membaca keadaan. Spirit itu mengangguk.


Kembali ke Tohka dan Reine.

“Aku tidak bisa mengatur Shido soal siapa yang boleh ditemui dan dicium,” ucap Tohka. “Tapi melihatnya…” Tohka menggenggam tangannya erat, “…Terasa sakit karena suatu alasan…”

“Dan saat si gadis kelinci bilang kalau Shido lebih peduli padanya disbanding padaku,... Aku merasa… sangat menyedihkan…” ucap Tohka lagi. “Aku takut… apa ada yang salah dengan itu?!”


Kembali ke Shido dan Hermit.

“Begitu. Jadi kau kehilangan boneka saat TAR menyerangmu kemarin?” Spirit Hermit itu mengangguk. “Begitulah ceritanya. Apakah kau tahu lokasinya?” tanya Shido pada Kotori melalui microphonenya.

“Saat ini kami sedang menganalisa jejak.” Ucap Kotori. “Kami mau agar perhatiannya terfokus padamu, supaya kami tidak perlu mengirim orang ke lapangan. Kami akan membantumu sebisa mungkin dari belakang.”

Shido membenarkan posisi microphonenya, “Yosh, ayo kita cari dia, Yoshinon!”

“Spirit itu menunduk, “Aku… bukan Yoshinon. Aku Yoshino.” Ucapnya. “Yoshinon adalah… nama temanku.”

“Yoshino?” Shido tersenyum. “Ah, begitu.”

Spirit itu mengangguk, lalu berbalik dan mulai berjalan. “Ah, tunggu sebentar.” Shido menarik tangan Spirit bernama Yoshino itu. Ia membuka payungnya dan memberikannya ke Spirit itu, “Kau mungkin sudah terlanjut basah, tapi akan lebih baik kalau seperti ini, kan?”

Yoshino melihat payung itu, lalu melihat bajunya yang sepertinya sebuah jas hujan(?) lalu melihat ke arah Shido yang hanya memakai baju seragam. “Aku tidak apa-apa.” Ucap Shido. “Gunakan saja.”

Spirit itu membungkuk kecil, “Terima kasih…”


“Tidak ada yang salah denganmu.” Ucap Reine pada Tohka. “Kita hanya perlu menyelesaikan kesalahpahamannya saja.”

“Kesalahpahaman?” tanya Tohka.

“Ya. Ciuman yang kemarin itu tidak disengaja. Selain itu, tidak benar kalau Shin lebih peduli pada wanita lain daripada dirimu.” Ucap Reine.

“Tapi, Shido…”

“Jika dia tidak peduli padamu, dia tidak akan membahayakan dirinya hanya untuk menyelamatkanmu.” Ucapan Reine itu mengingatkan Tohka saat Shido menyelamatkannya dari tusukan kristal es…


Di lain tempat, Shido dan Yoshino masih terus mencari boneka milik Spirit itu di antara reruntuhan gedung.

Kriyyuuukk~ di tengah kesibukan mereka, perut Yoshino berbunyi.

“Yoshino.. apa kau lapar?” tanya Shido. Yoshino menggeleng malu, tapi perutnya terus saja berbunyi, membuatnya semakin malu.

“Sebaiknya kalian istirahat dan makan dulu.” Ucap Kotori. “Ini kesempatan bagus untuk bertanya beberapa hal.”

“Kau benar.” Sahut Shido. “Tapi, sepertinya semua restoran di sekitar sini sudah tutup…” ucap Shido melihat ke bangunan sekitar yang hancur. “Bagaimana kalau ke rumahku, Yoshino?”

“Aku tahu dia penting bagimu,… tapi dia sebenarnya apa? Boneka yang kau panggil ‘Yoshinon’ itu.” Tanya Shido. Ia memecahkan beberapa telur lalu mengaduknya agar merata di mangkok.

“Yoshinon adalah teman.” Ucap Yoshino. “Dan dia… adalah pahlawan.”

 “Pahlawan?”

“Yoshinon adalah cita-citaku.” Ucap Yoshino. “Dia adalah segalanya yang aku ingin…. Sepertinya. Dia tidak lemah atau rentan sepertiku. Dia kuat dan keren.”

“Kau ingin menjadi sepertinya, eh?” tanya Shido. Ia tersenyum sambil menatap ke atas, “Aku lebih suka dirimu yang sekarang.”

Wajah Yoshino memerah. Ia langsung menutupi wajahnya dengan tudung bajunya.

“Ada apa?” tanya Shido.

“Ini pertama kalinya ada seseorang yang mengatakan hal itu padaku…” ucap Yoshino.

“Kalau dia sudah merencanakan hal ini, dia hebat juga.” Ucap Kotori yang sepertinya curiga dengan ekspresi Yoshino yang sangat berbeda pada saat dia bersama bonekanya.

“Komandan, kami sudah menemukan jejak bonekanya.” Ucap salah seorang di Fraxinus.

Setelah Shido selesai memasak, Ia dan Yoshino memakannya bersama-sama hingga habis tak bersisa.

“Mah, Yoshino, kenapa kau tidak melawan saat TAR menyerangmu?” tanya Shido. “Apa ada alasannya?”



“Aku… benci disakiti.” Ucap Yoshino. “Sesuatu yang mengerikan… aku benci. Aku pikir mereka juga pasti membenci sesuatu yang sakit dan mengerikan, maka dari itu…”

“Yoshino, kau…”

“Tapi,” lanjut Yoshino. “Karena aku lemah, dan aku pengecut, aku tidak bisa berdiri sendiri. Jika ada sesuatu yang menyakitkan, dan aku ketakutan lalu tidak bisa menghadapinya,… aku jadi tidak bisa mengontrol diriku.”

Shido agak miris mendengar spirit yang ada di depannya hanya akan mengeluarkan kekuatannya jika Ia ketakutan. Ini artinya dia hanya menggunakannya untuk melindungi diri… Tapi, TAR justru…

“Aku… selalu melakukan hal yang buruk jika aku lepas kendali…” ucap Yoshino. “Itulah mengapa… Yoshinon adalah pahlawanku.” Ucapnya. “Kalau aku ketakutan, Yoshinon memberitahuku kalau aku baik-baik saja, dan aku akan merasa baik-baik saja. Maka dari itu… ma-ka… dari itu…”

Shido mengelus kepala Yoshino, yang membuat wajah Yoshino langsung memerah.
“A…anoo…” gumam Yoshino.

Shido berjongkok agar Ia sejajar dengan Yoshino, “Aku akan menyelamatkanmu.” Ucap Shido.

                                   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar