Sebelumnya: Date a Live
episode 5 bagian 3
BLLLAAAARRR!! Tembakan dari
monster es itu meluncur ke arah Shido. Shido membuka matanya perlahan…
Ia terkejut melihat ada Sandalphon milik Tohka yang melindunginya. “Ini… Sandalphon?!”
Monster es itu lalu pergi dari sana, diikuti oleh para Tobiichi dan kapten TAR. Shido hanya memandang Tobiichi ketika gadis itu melewatinya. Ia seakan mempertanyakan janji Tobiichi tadi.
“Shido!! Kau tidak apa-apa?” Tohka mendarat di dekat Shido. Baju Tohka nampak berubah menjadi baju Spiritnya, namun tidak begitu sempurna.
“Tohka…” ucap Shido. “Apa kau yang menyelamatkanku?”
“Itu… maafkan aku soal yang tadi… aku memarahimu tanpa alasan yang jelas…” ucap Tohka. “Maka dari itu aku kesini untuk minta maaf..”
“Tidak, itu adalah salahku.” Ucap Shido. “Kurasa aku membutuhkan kekuatanmu, aku ingin menyelamatkan Yoshino!”
Tohka menggigit bibirnya, “Apakah Yoshino… nama gadis itu? Sudah kuduga gadis itu sangat berharga bagimu…” ucap Tohka. “Lebih berharga dariku..”
“Kau salah!” ucap Shido. “Bukan seperti itu! Gadis itu… Tohka, dia adalah Spirit yang sama sepertimu!... aku berjanji padanya kalau aku akan menyelamatkannya… tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian. Kumohon, Tohka! Pinjamkan aku… kekuatanmu!!”
Tohka tersenyum, “Jadi begitu… benar juga! Bagaimana bisa aku lupa? Dia adalah pria yang menyelamatkanku…” pikirnya. Tohka berjalan melewati Shido.
“Tohka…?”
Tohka lalu menendang Sandalphon-nya dan membuatnya dalam posisi horizontal. “Naiklah.” Ucap Tohka. “Kita kehabisan waktu.”
Disisi lain, Tobiichi dan kapten TAR sudah berhasil menaklukkan monster itu dengan semacam jarring keemasan, tinggal beberapa langkah lagi untuk memusnahkannya. Namun monster itu lalu membuat sebuah badai es.
“Kacau…” ucap sang kapten TAR. “Badai esnya akan menyadari energi sihir dari Realizer dan akan meningkatkan pertahanan dari sang ‘malaikat’.”
“Tapi, kita akan hancur oleh ribuan keping es jika mematikan perisai kita.” Ucap salah seorang anggota TAR. “Baju ini tidak cukup kuat!”
“Kalau begini, mustahil untuk mengenai dia dengan serangan fisik.” Ucap kapten TAR. Tobiichi lalu maju dan membentu sesuatu berbentuk seperti gelembung besar yang bahkan dapat mengangkat sebuah gedung. “Apa yang kau lakukan?!”
“Aku akan menghancurkannya dengan serangan besar begitu perisainya menghilang!!” ucap Tobiichi yang sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya.
Ketika Tobiichi berusaha melemparkan gedung yang ditopang oleh gelembungnya itu ke arah Yoshino, sebuah sayatan pedang menghancurkan gedung itu. Salah satu sayatannya hampir mengenai Tobiichi. Orang yang menyayat itu mendarat di dekat Tobiichi.
“Kau menghindarinya, ya?” tanya Tohka.
“Yatogami Tohka…” pikir Tobiichi. Ia mengeluarkan pedangnya dan bertarung di udara dengan Tohka.
“Tak akan kubiarkan kau mengganggu Shido!!” ucap Tohka.
“Seluruh unit, ganti target menjadi sang Princess.” Ucap kapten TAR. Tentu saja Tohka lebih berbahaya dari Yoshino dan harus diprioritaskan. Seluruh perhatian mereka tertuju pada Tohka sekarang.
Tohka tersenyum.
Shido yang mengendarai Sandalphon mendarat di dekat Yoshino. Yoshino dan monster itu masih terselubung oleh perisai berupa badai salju. Shido mengeluarkan boneka Yoshinon dari tasnya dan menaruhnya di dalam jaket bajunya, lalu mulai melangkah.
“Tunggu, Shido. Kau masuk ke sana tanpa pertahanan dan berharap tubuhmu dapat beregenerasi?” tanya Kotori. “Apa kau gila?! Hentikan!”
Shido tersenyum, “Aku dengar kau keren saat menjadi ketimun(?) dan menyerangku.”
“Ini beda dengan waktu itu!” ucap Kotori. “Ini bukan sekedar satu serangan. Ini seperti berjalan ke dalam hujan peluru shotgun!! Dan bila dia merasakan energi Spiritmu, dia akan membekukanmu!! Kau bahkan tidak akan bisa beregenerasi!!” ucap Kotori.
“Energi Spiritku, huh?” ucap Shido. “Jadi penyembuhanku cepat karena kekuatan Spirit?”
Kotori sepertinya tidak ingin menjelaskan lebih detail, jadi Shido tetap berjalan. “Shido!! Hentikan!! Shido!!” suara Kotori dirubah menjadi lembut, “Berhenti, Kakak~~!!”
Shido yang mengendarai Sandalphon mendarat di dekat Yoshino. Yoshino dan monster itu masih terselubung oleh perisai berupa badai salju. Shido mengeluarkan boneka Yoshinon dari tasnya dan menaruhnya di dalam jaket bajunya, lalu mulai melangkah.
“Tunggu, Shido. Kau masuk ke sana tanpa pertahanan dan berharap tubuhmu dapat beregenerasi?” tanya Kotori. “Apa kau gila?! Hentikan!”
Shido tersenyum, “Aku dengar kau keren saat menjadi ketimun(?) dan menyerangku.”
“Ini beda dengan waktu itu!” ucap Kotori. “Ini bukan sekedar satu serangan. Ini seperti berjalan ke dalam hujan peluru shotgun!! Dan bila dia merasakan energi Spiritmu, dia akan membekukanmu!! Kau bahkan tidak akan bisa beregenerasi!!” ucap Kotori.
“Energi Spiritku, huh?” ucap Shido. “Jadi penyembuhanku cepat karena kekuatan Spirit?”
Kotori sepertinya tidak ingin menjelaskan lebih detail, jadi Shido tetap berjalan. “Shido!! Hentikan!! Shido!!” suara Kotori dirubah menjadi lembut, “Berhenti, Kakak~~!!”
Di dalam kegelapan, Spirit
Yoshino menangis memanggil-manggil nama bonekanya, “Hiks… Yoshinon… Yoshinon…”
“Iya?” tiba-tiba terdengar suara yang menanggapi panggilan Yoshino.
“Iya?” tiba-tiba terdengar suara yang menanggapi panggilan Yoshino.
Ternyata itu Shido. Ia
berhasil menembus perisai badai salju Yoshino dan masuk ke dalam kegelapan hati
Yoshino. Tidak, Ia tidak berhasil sepenuhnya. Ia ambruk di tengah jalan dengan
penuh luka.
Yoshino turun dari monsternya dan mendekati Shido, tak berapa lama tubuh Shido beregenerasi dan kembali seperti semula. “Shi-Shido-san??”
“Aku berhasil.” Ucap Shido. “Teh buatannya benar-benar bikin kaku…” Shido tertawa nista. Ia melambaikan boneka Yoshinon, “Aku menemukan Yoshinon untukmu, seperti apa yang kujanjikan.”
Yoshino menangis melihat bonekanya lagi.
“O-oeey.. jangan menangis…” ucap Shido. “Apa aku melakukan sesuatu yang salah?”
“Tidak, aku… senang…” ucap Yoshino. “Terima kasih, hiks… telah menolong Yoshinon… hiks.”
Shido mendekat, “Dan sekarang aku akan menyelamatkanmu, Yoshino.”
“Eh?”
“Eetooo… ada satu hal yang harus kita lakukan…” ucap Shido menggaruk-garuk pipinya. “K-kau inga apa itu ciuman?”
Yoshino terkejut mendengar ucapan Shido dan menunduk.
“Begitu, ya… eto… aku tidak bermaksud meminta imbalan atau apa… ciuman dilakukan untuk menyelamatkan—“
Yoshino mendekat dan mencium Shido. “Apa aku salah?” tanyanya.
“Tidak, tidak salah…”
“Jika Shido bilang begitu…” ucap Yoshino. “…Aku percaya padamu.” Sama seperti yang terjadi pada Tohka, semua kekuatan Yoshino runtuh. Monsternya menghilang, perisainya juga. “Shido-san, apa yang…?”
Setelah semua badai salju itu hilang, sebuah pelangi muncul di angkasa, “Indah...” ucap Yoshino.
Yoshino turun dari monsternya dan mendekati Shido, tak berapa lama tubuh Shido beregenerasi dan kembali seperti semula. “Shi-Shido-san??”
“Aku berhasil.” Ucap Shido. “Teh buatannya benar-benar bikin kaku…” Shido tertawa nista. Ia melambaikan boneka Yoshinon, “Aku menemukan Yoshinon untukmu, seperti apa yang kujanjikan.”
Yoshino menangis melihat bonekanya lagi.
“O-oeey.. jangan menangis…” ucap Shido. “Apa aku melakukan sesuatu yang salah?”
“Tidak, aku… senang…” ucap Yoshino. “Terima kasih, hiks… telah menolong Yoshinon… hiks.”
Shido mendekat, “Dan sekarang aku akan menyelamatkanmu, Yoshino.”
“Eh?”
“Eetooo… ada satu hal yang harus kita lakukan…” ucap Shido menggaruk-garuk pipinya. “K-kau inga apa itu ciuman?”
Yoshino terkejut mendengar ucapan Shido dan menunduk.
“Begitu, ya… eto… aku tidak bermaksud meminta imbalan atau apa… ciuman dilakukan untuk menyelamatkan—“
Yoshino mendekat dan mencium Shido. “Apa aku salah?” tanyanya.
“Tidak, tidak salah…”
“Jika Shido bilang begitu…” ucap Yoshino. “…Aku percaya padamu.” Sama seperti yang terjadi pada Tohka, semua kekuatan Yoshino runtuh. Monsternya menghilang, perisainya juga. “Shido-san, apa yang…?”
Setelah semua badai salju itu hilang, sebuah pelangi muncul di angkasa, “Indah...” ucap Yoshino.
“A-…apa-apaan ini??” tanya
Shido. Ia diajak oleh Kotori ke sebuah bangunan baru yang seperti apartemen.
Bangunan yang terdiri dari puluhan kamar.
“Bukankah sudah kubilang kalau kai membuatkan rumah bagi para Spirit?” ucap Kotori. “Mulai sekarang, Tohka akan pindah dan tinggal disini. Dan satu lagi…”
Yoshino berlari ke arah mereka dengan pakaian anak kecil yang manis. Ia memberi salam berupa membungkuk,
“Yo-Yoshino??”
“Mohon bantuannya.” Ucap Yoshino.
“Ya. Aku juga.” Ucap Shido.
“Bukankah sudah kubilang kalau kai membuatkan rumah bagi para Spirit?” ucap Kotori. “Mulai sekarang, Tohka akan pindah dan tinggal disini. Dan satu lagi…”
Yoshino berlari ke arah mereka dengan pakaian anak kecil yang manis. Ia memberi salam berupa membungkuk,
“Yo-Yoshino??”
“Mohon bantuannya.” Ucap Yoshino.
“Ya. Aku juga.” Ucap Shido.
Bersambung ke: Date a Live episode 6
“Ini belum berakhir!! To be continued!!” ucap Yoshinon.
“Ini belum berakhir!! To be continued!!” ucap Yoshinon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar