Sebelumnya: Date a Live episode 8 bagian 3
BUKK!! Tanpa sengaja, Tohka dan Tobiichi saling bertabrakan ketika
mereka berdua sama-sama sedang mencari Shido.“Ma-maaf!” ucap Tohka.
“Tidak apa-apa. Seharusnya aku juga lebih berhati-hati.” Ucap Tobiichi.
“HE?!” Mereka berdua lalu sama-sama sadar sedang menabrak siapa.
“Tobiichi Origami, sedang apa kau disini?!”
“Yatogami Tohka…” Tobiichi berdiri dan membersihkan roknya. “Aku tidak punya alasan untuk memberitahukannya padamu.”
“Ap—“ Tohka berdiri. “Yah, lagipula aku juga tidak punya urusan denganmu.”
“Aku juga ada janji.” Ucap Tobiichi.
“Lagipula, aku harus menemukan Shido!” ucap Tohka dan Tobiichi bersamaan. “Eh…”
“Kenapa kau mencarinya?! Shido kan sedang berkencan denganku!!” ucap Tohka. “Jangan bohong!”
“Aku tidak bohong. Shido sedang berkencan denganku!” ucap Tobiichi. Ia dan Tohka saling menatap tajam. Lalu Tobiichi menyadari sesuatu, “Mungkinkah… ada yang lain lagi?” pikirnya. “Jika ada…” Tobiichi lalu pergi meninggalkan Tohka dan mulai mencari Shido.
“Tunggu dulu! Aku belum selesai bicara denganmu!” Tohka pun akhirnya pergi bersama Tobiichi.
Shido berdiri ngos-ngosan di depan kursi taman. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada tas belanja Kurumi.
“Shido, kita kehilangan Kurumi…” ucap Kotori.
“Apa sih yang kalian lakukan?!” Shido melihat sekitar, mencari-cari tanda-tanda adanya Kurumi.
Pendeteksi arwah di Fraxinus berdengung, “Komandan, kami mendeteksi adanya gelombang arwah di daerah itu!” ucap salah satu tim ahli. “Gelombang itu berasal dari pepohonan di dekat taman gerbang timur!”
Shido berjalan di antara pepohonan dan menuju ke tempat yang dikatakan. Di satu titik, ia menemui tempat yang penuh dengan bau darah, yang membuatnya menutup hidungnya.
Saat Shido melihat ke depan, Ia terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Darah tercecer disana-sini, bahkan ada sepatu berlumuran darah dengan kaki tersisa. Shido tak kuat melihat itu, Ia mulai berteriak,
“U-uwaaa!!!! Uwaaaaaa!!!”
“Shi-Shido, tenanglah!!” ucap Kotori. Ia sebenarnya juga cukup shock ketika melihat itu. Alat yang mereka pasang pada Shido masih berfungsi, maka dari itu mereka berhasil mendapat tayangan akan apa yang dilihat Shido.
Shido menutup mulutnya. Lututnya lemas dan Ia terjatuh. Sepertinya sebentar lagi Ia akan muntah.
“Ara? Shido-san, kau sudah disini?” Shido mendengar suara seseorang, Ia menengok ke depan, dan disanalah Ia melihat Kurumi, dengan baju ASTral-nya, mengarahkan sebuah pistol ke seorang manusia.
Nb: kenapa ASTral “AST”-nya
huruf besar? Entahlah, saya suka menulisnya seperti itu, soalnya itu singkatan
TAR dalam bahasa Jepang. Jangan kalian kira saya alay, ya?!
Rambut Kurumi tertiup angina, dan terihat mata kirinya berwarna kuning, dengan “jam” di dalamnya. Shido hanya terdiam, Ia tak bahkan tak mengatakan apapun.
“A-aaa!! Selamatkan aku!!” ucap pemuda itu. Ia sampai kencing di celana saking takutnya. “Di-Dia… monster!!”
“Tadi kau dengan mudah membunuh binatang, tapi kau sendiri takut kalau dibunuh…” ucap Kurumi. “Apa itu tidak aneh?” Kurumi menodongkan pistolnya. “Ketika kau mengarahkan pistolmu pada mahkluk hidup…”
DORRRR!! Kurumi menembak tepat di dada pemuda itu, sampai-sampai daerah yang ditembahknya bolong. Benar, bolong.
Rambut Kurumi tertiup angina, dan terihat mata kirinya berwarna kuning, dengan “jam” di dalamnya. Shido hanya terdiam, Ia tak bahkan tak mengatakan apapun.
“A-aaa!! Selamatkan aku!!” ucap pemuda itu. Ia sampai kencing di celana saking takutnya. “Di-Dia… monster!!”
“Tadi kau dengan mudah membunuh binatang, tapi kau sendiri takut kalau dibunuh…” ucap Kurumi. “Apa itu tidak aneh?” Kurumi menodongkan pistolnya. “Ketika kau mengarahkan pistolmu pada mahkluk hidup…”
DORRRR!! Kurumi menembak tepat di dada pemuda itu, sampai-sampai daerah yang ditembahknya bolong. Benar, bolong.
“…Hal seperti inilah yang
akan terjadi.” Lanjut Kurumi. Shido terdiam, Ia tak mampu melakukan apapun…
Kurumi menatap ke arahnya dan tersenyum licik.
“Shido!! Pergilah dari sana!!” ucap Kotori menyadarkan Shido.
Shido mencoba berdiri, lututnya sudah sangat lemas, Ia bahkan seperti akan jatuh lagi. Kurumi hanya tersenyum.
“Tidak boleh pergi…” Kurumi memunculkan tangan-tangan putihnya dari tanah yang menjerat kaki Shido dan membuatnya terjatuh lagi.
“Apa ini?!” Shido mencoba melepaskan tangan-tangan itu, tapi tidak berhasil.
Kurumi berjalan ke arah Shido, “Ah… ah… aku sudah mengacaukan semuanya…” ucapnya dengan nada menyesal yang penuh kebohongan. “Aku sudah mengacaukannya! Padahal aku masih ingin menikmati kencanku denganmu sedikit lebih lama, Shido-san…” Kurumi memegang wajah Shido dengan kedua tangannya. “Apa boleh buat, tidak ada yang bisa dilakukan sekarang…”
Kurumi tertawa puas melihat ekspresi ketakutan Shido. Ia menjilat bibir bagian luarnya dengan penuh nafsu makan(?). Tiba-tiba…
DEGG!!
Sesuatu terjadi. Ada suatu tekanan yang mendorong dan menghempaskan Kurumi. Shido terkejut karena Ia sama sekali tidak kenapa-napa.
“Apa kau baik-baik saja, Kakak?” Ucap seseorang yang sudah berada di depan Shido untuk melindunginya.
“Mana…?!”
“Shido!! Pergilah dari sana!!” ucap Kotori menyadarkan Shido.
Shido mencoba berdiri, lututnya sudah sangat lemas, Ia bahkan seperti akan jatuh lagi. Kurumi hanya tersenyum.
“Tidak boleh pergi…” Kurumi memunculkan tangan-tangan putihnya dari tanah yang menjerat kaki Shido dan membuatnya terjatuh lagi.
“Apa ini?!” Shido mencoba melepaskan tangan-tangan itu, tapi tidak berhasil.
Kurumi berjalan ke arah Shido, “Ah… ah… aku sudah mengacaukan semuanya…” ucapnya dengan nada menyesal yang penuh kebohongan. “Aku sudah mengacaukannya! Padahal aku masih ingin menikmati kencanku denganmu sedikit lebih lama, Shido-san…” Kurumi memegang wajah Shido dengan kedua tangannya. “Apa boleh buat, tidak ada yang bisa dilakukan sekarang…”
Kurumi tertawa puas melihat ekspresi ketakutan Shido. Ia menjilat bibir bagian luarnya dengan penuh nafsu makan(?). Tiba-tiba…
DEGG!!
Sesuatu terjadi. Ada suatu tekanan yang mendorong dan menghempaskan Kurumi. Shido terkejut karena Ia sama sekali tidak kenapa-napa.
“Apa kau baik-baik saja, Kakak?” Ucap seseorang yang sudah berada di depan Shido untuk melindunginya.
“Mana…?!”
Bersambung ke: Date a Live episode 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar