Sebelumnya: Date a Live episode 8
Shido terkejut melihat sosok seorang TAR yang melindunginya itu.“Tadi itu hampir saja…” ucap orang itu. “Apa kau baik-baik saja?”
“Ma…Mana?”
“Ya.” Ucap orang itu, Mana. “Aku yakin kau tidak menyangka hal ini…” Mana mengira kalau Shido tidak tahu bahwa dia anggota TAR. Shido sebenarnya sudah mengetahui itu, saat Ia melihat rekaman pertarungan Mana dengan Kurumi.
“Ara ara, beraninya kau mengganggu kencanku dengan Shido-san…” ucap Kurumi.
“Kita bahas ini nanti, Nii-sama.” Ucap Mana. “Aku akan segera menyelesaikannya.”
Mana lalu mengeluarkan tembakan dari senjatanya, sekali menembak Ia dapat mengeluarkan tiga serangan. Tentu saja Kurumi menghindarinya, namun ternyata Mana dapat mengendalikan tembakan itu dengan jari-jarinya, dan dapat membuat tembakan itu berbelok. Semua tembakan yang diluncurkannya berbelok dan mendarat pada satu titik.
“Kurumi!!” panggil Shido.
Kurumi terjatuh dan bersimbah darah.
“Ukh…”
Mana mendekati Kurumi, dan senjata penembaknya sudah berubah ke dalam mode pedang sekarang.
“Hentikan!!” ucap Shido yang sudah tahu apa yang akan dilakukan Mana selanjutnya. “Jangan bunuh dia!!”
“Ukh…”
Mana mendekati Kurumi, dan senjata penembaknya sudah berubah ke dalam mode pedang sekarang.
“Hentikan!!” ucap Shido yang sudah tahu apa yang akan dilakukan Mana selanjutnya. “Jangan bunuh dia!!”
“Kau terlalu baik,
Shido-san…” ucap Kurumi lemah. Mana sudah mengayunkan pedangnya, dan menusuk
wajah Kurumi.
CRRAAAKKK!!
Shido hanya dapat terdiam melihat pemandangan di depannya. “Mengapa…” ucap Shido. “Mengapa kau bisa setenang itu?! Kau baru saja membunuh orang!!”
“Dia hanya Spirit, Nii-sama.” Ucap Mana. Pakaian TAR-nya kembali menjadi pakaian sehari-harinya. “Lagipula, aku sudah sering melakukannya.”
Sesuatu yang dimiliki semua orang, tapi tidak bisa dibeli. Terkadang orang meremehkannya, atau menghargainya, atau menyia-nyiakannya. Apa kau bisa menebak apa itu?
CRRAAAKKK!!
Shido hanya dapat terdiam melihat pemandangan di depannya. “Mengapa…” ucap Shido. “Mengapa kau bisa setenang itu?! Kau baru saja membunuh orang!!”
“Dia hanya Spirit, Nii-sama.” Ucap Mana. Pakaian TAR-nya kembali menjadi pakaian sehari-harinya. “Lagipula, aku sudah sering melakukannya.”
Sesuatu yang dimiliki semua orang, tapi tidak bisa dibeli. Terkadang orang meremehkannya, atau menghargainya, atau menyia-nyiakannya. Apa kau bisa menebak apa itu?
Date a Live: Kemarahan Nightmare
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“Kau akan tahu semuanya dari
Sersan Tobiichi.” Ucap Mana. “Mah, lebih baik kau anggap apa yang baru saja kau
lihat ini adalah mimpi, dan lupakan saja.”
“Bagaiamana mungkin aku melupakannya!?”
“Sebenarnya dia tidak perlu mati…”
“!?”
“Naitomere— Tokisaki Kurumi, adalah Spirit yang special.” Ucap Mana. “Berapa kalipun aku membunuhnya, dengan cara apapun, dia akan kembali lagi seolah tidak pernah terjadi apa-apa, di tempat lain, dan membunuh manusia.”
Shido nampak tidak mengerti akan apa yang diucapkan Mana.
“Maka dari itu, aku harus membunuhnya. Memburunya dimanapun Ia berada.” Ucap Mana. “Lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi,lagi—“
“Cukup, hentikan!!” teriak Shido. “Kalau kau sudah terbiasa melakukannya… itu artinya kau sama saja dengannya!!”
“Tidak ada lagi yang bisa melakukannya selain aku…” ucap Mana. Ia lalu membuat pelindung besar dan mementalkan Shido keluar dari pelindung itu.
“Tunggu—!!” Shido mencoba masuk ke pelindung itu, namun tidak bisa. “Sial!!”
Mana teringat kata-kata Shido yang diteriakkannya tadi padanya. “ ‘Mengapa’, ya?”
Di dekat Mana, microphone Shido yang terlepas berbunyi.
“Batalkan operasi ini! Cepatlah kembali!” terdengar suara Kotori. “Shido! Apa kau mendengarku? Cepat kembali!” Mana hanya terdiam.
“Bagaiamana mungkin aku melupakannya!?”
“Sebenarnya dia tidak perlu mati…”
“!?”
“Naitomere— Tokisaki Kurumi, adalah Spirit yang special.” Ucap Mana. “Berapa kalipun aku membunuhnya, dengan cara apapun, dia akan kembali lagi seolah tidak pernah terjadi apa-apa, di tempat lain, dan membunuh manusia.”
Shido nampak tidak mengerti akan apa yang diucapkan Mana.
“Maka dari itu, aku harus membunuhnya. Memburunya dimanapun Ia berada.” Ucap Mana. “Lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi,lagi—“
“Cukup, hentikan!!” teriak Shido. “Kalau kau sudah terbiasa melakukannya… itu artinya kau sama saja dengannya!!”
“Tidak ada lagi yang bisa melakukannya selain aku…” ucap Mana. Ia lalu membuat pelindung besar dan mementalkan Shido keluar dari pelindung itu.
“Tunggu—!!” Shido mencoba masuk ke pelindung itu, namun tidak bisa. “Sial!!”
Mana teringat kata-kata Shido yang diteriakkannya tadi padanya. “ ‘Mengapa’, ya?”
Di dekat Mana, microphone Shido yang terlepas berbunyi.
“Batalkan operasi ini! Cepatlah kembali!” terdengar suara Kotori. “Shido! Apa kau mendengarku? Cepat kembali!” Mana hanya terdiam.
Tobiichi dan Tohka yang
sedang dalam perjalanan mencari Shido, akhirnya bertermu dengan Shido di suatu
lingkungan pertokoan. Shido berjalan dengan lesu dan nampak pucat.
“Shido!!” panggil Tohka. “Shido! Kau dari mana saja?”
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Tobiichi.
Tohka melihat bekas luka di tangan Shido, “Shido, kau terluka!” ketika melihat darah dari luka di tangannya, Shido jadi teringat akan pemandangan berdarah yang dilihatnya tadi. Karena masih merasa ngeri, Ia menjauhkan tangannya dari Tohka. “Ma-maaf, apa itu sakit?” Tanya Tohka.
“Ti-tidak…” Shido menutupi lukanya dan berlari. “Maaf.” Ia lalu pergi.
“Shido!” panggil Tohka dan Tobiichi bersamaan. Namun Shido tidak menyahut dan berjalan pulang dengan lemas. Shido nampaknya terlalu depresi karena apa yang telah terjadi padanya hari ini. Tentang kencan triple(?)nya… Kurumi… dan… Mana….
Ketika Shido sampai di depan pintu rumahnya, ternyata disana ada Tohka yang sedang menunggu kepulangannya.
“Tohka…” ucap Shido.
“Shido!” Tohka nampak sangat khawatir, namun Ia segera merubah ekspresinya. “Apa tanganmu baik-baik saja?”
“Y-Yah…”
“Baguslah. Ayo kita pergi!” Tohka menggenggam tangan Shido dan berlari bersamanya.
“Eh? Kita akan kemana?”
“Ayo kita lanjutkan kencan kita!” hari sudah mulai gelap, tapi Tohka masih ingin melanjutkan kencan mereka.
“Satu roti gandum!” “Sossis!” “Pangsit!” setelah membeli semua makanan itu, Tohka menyodorkannya pada Shido.
“Te-Terima kasih…” Shido memaksakan senyum.
“Berikutnya…” Tohka berlari lagi mencari makanan yang lain.
“O-Oy…”
Tohka membeli makanan yang Ia dan Shido pesan di restoran waktu itu, menu special.
“To-Tohka, aku tidak membawa banyak uang, jadi…”
“Jangan khawatir!” ucap Tohka tersenyum. Ia membawa sebuah kartu kredit di tangannya. “Reine sudah meminjamkan ‘kartu sihir’nya padaku!”
Shido menghembuskan nafas lega, “Kartu hitam itu, ya?”
“Reine sudah menceritakanku semuanya…” ucap Tohka. “Tentang Kurumi… dan tentang Mana…”
“Begitu, ya?”
Ketika hari sudah mulai gelap, kencan Shido dan Tohka berakhir di tempat dimana Shido dan Tohka pernah melihat pemandangan kota bersama… tempat dimana Shido ditembak oleh Tobiichi.
“Aku harus menghentikan Kurumi agar Ia tidak lagi membunuh manusia…” ucap Shido yang akhirnya mau bercerita. “Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya…” ucapnya. “Kurumi memang seorang Spirit, tetapi Ia berbeda denganmu dan Yoshino…”
“Dia tidak berbeda sama sekali, Shido.” Ucap Tohka. Shido bingung dengan apa yang dimaksud Tohka. Tohka menggenggam tangan Shido,
“Kurumi sama seperti kami.” Ucap Tohka. “Sama seperti aku.”
“Shido!!” panggil Tohka. “Shido! Kau dari mana saja?”
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Tobiichi.
Tohka melihat bekas luka di tangan Shido, “Shido, kau terluka!” ketika melihat darah dari luka di tangannya, Shido jadi teringat akan pemandangan berdarah yang dilihatnya tadi. Karena masih merasa ngeri, Ia menjauhkan tangannya dari Tohka. “Ma-maaf, apa itu sakit?” Tanya Tohka.
“Ti-tidak…” Shido menutupi lukanya dan berlari. “Maaf.” Ia lalu pergi.
“Shido!” panggil Tohka dan Tobiichi bersamaan. Namun Shido tidak menyahut dan berjalan pulang dengan lemas. Shido nampaknya terlalu depresi karena apa yang telah terjadi padanya hari ini. Tentang kencan triple(?)nya… Kurumi… dan… Mana….
Ketika Shido sampai di depan pintu rumahnya, ternyata disana ada Tohka yang sedang menunggu kepulangannya.
“Tohka…” ucap Shido.
“Shido!” Tohka nampak sangat khawatir, namun Ia segera merubah ekspresinya. “Apa tanganmu baik-baik saja?”
“Y-Yah…”
“Baguslah. Ayo kita pergi!” Tohka menggenggam tangan Shido dan berlari bersamanya.
“Eh? Kita akan kemana?”
“Ayo kita lanjutkan kencan kita!” hari sudah mulai gelap, tapi Tohka masih ingin melanjutkan kencan mereka.
“Satu roti gandum!” “Sossis!” “Pangsit!” setelah membeli semua makanan itu, Tohka menyodorkannya pada Shido.
“Te-Terima kasih…” Shido memaksakan senyum.
“Berikutnya…” Tohka berlari lagi mencari makanan yang lain.
“O-Oy…”
Tohka membeli makanan yang Ia dan Shido pesan di restoran waktu itu, menu special.
“To-Tohka, aku tidak membawa banyak uang, jadi…”
“Jangan khawatir!” ucap Tohka tersenyum. Ia membawa sebuah kartu kredit di tangannya. “Reine sudah meminjamkan ‘kartu sihir’nya padaku!”
Shido menghembuskan nafas lega, “Kartu hitam itu, ya?”
“Reine sudah menceritakanku semuanya…” ucap Tohka. “Tentang Kurumi… dan tentang Mana…”
“Begitu, ya?”
Ketika hari sudah mulai gelap, kencan Shido dan Tohka berakhir di tempat dimana Shido dan Tohka pernah melihat pemandangan kota bersama… tempat dimana Shido ditembak oleh Tobiichi.
“Aku harus menghentikan Kurumi agar Ia tidak lagi membunuh manusia…” ucap Shido yang akhirnya mau bercerita. “Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya…” ucapnya. “Kurumi memang seorang Spirit, tetapi Ia berbeda denganmu dan Yoshino…”
“Dia tidak berbeda sama sekali, Shido.” Ucap Tohka. Shido bingung dengan apa yang dimaksud Tohka. Tohka menggenggam tangan Shido,
“Kurumi sama seperti kami.” Ucap Tohka. “Sama seperti aku.”
“Aku punya Shido yang ada
disini untukku. Shido telah menyelamatkanku.” Ucap Tohka. “Saat kencan hari
ini, kau sudah menunjukkan padaku betapa indahnya dunia ini… Jika bukan karena
Shido, aku mungkin sudah menjadi seperti Kurumi…”
Tohka menggengam tangan Shido semakin erat, “Jika ada perbedaan antara aku dan Kurumi, itu adalah… aku punya tangan yang dapat kugenggam.”
Shido tersenyum. “Terima kasih, Tohka. Kau sudah mengingatkanku sesuatu yang penting.”
Tohka menggengam tangan Shido semakin erat, “Jika ada perbedaan antara aku dan Kurumi, itu adalah… aku punya tangan yang dapat kugenggam.”
Shido tersenyum. “Terima kasih, Tohka. Kau sudah mengingatkanku sesuatu yang penting.”
Selanjutnya: Date a Live episode 9 bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar