Rabu, 10 Juli 2013

Versi Teks Blood Lad episode 1 bagian 2


CTEKK!! Pedagang itu menjentikkan tangannya dan mendadak tanaman-tanamannya menjadi liar.




“Kalau begitu, aku yang akan memaksanya untuk keluar…”

“A-APA KAU SERIUS?!” Tanya Staz pada manusia itu.  “Game itu sudah keluar dalam berbagai judul?!”

“I-Iya…” jawab perempuan itu pelan. Staz terus saja mendesaknya.

“Kalau begitu, game itu belum tamat?!”

“Ku-Kurasa begitu…”


Staz mengepalkan tangannya dengan bangga, “Aku senang sekali…” ucapnya. “Bisa berbicara dengan manusia sepertimu…”

“Ano, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?” Tanya manusia itu. Namun kemudian handphone Staz berbunyi.

“Ah, maaf, maaf. Tunggu sebentar, ya…” ucapnya sopan. Lalu nadanya langsung berubah begitu mengangkat telepon. “Ada apa, huh? Wilayah kita diserang? Ah? Tumbuhan itu melakukan apa, ah? Maaf, ya, aku tidak bisa kesana sekarang! Ya! Ya! Sudah kubilang aku tidak bisa kesana! Ha? Yamada hampir tewas? Aku bahkan tidak pernah mendengar namanya! Ah, ya ampun sinyalnya jelek sekali. Ah, aku tidak bisa mendengar suaramu sama sekali…” ucap Staz dan langsung menutup teleponnya begitu saja.

Staz berbalik ke arah perempuan itu, “Jadi, sampai dimana pembicaraan kita tadi?” kesan keren pada vampire itu langsung pudar karena kacamata berbentuk cinta yang masih menempel dimatanya.

“Ano… kupikir telepon barusan sepertinya cukup penting…” ucap perempuan itu.

Staz menggaruk-garuk kepalanya. “Biarkan saja, aku tidak terlalu memperdulikan mereka.”

“Eh?”

“Kami sudah biasa mengalami hal seperti itu.” Ucap Staz. Ia lalu membisikkan ucapan selanjutnya, “Mereka menyerang wilayah dan memenggal kepala bos-nya.”

“Kepala bosnya?”

“Saat ini akulah bosnya.” Ucap Staz. “Jadi siapapun yang berhasil memenggal kepalaku akan menjadi bos selanjutnya.” Disaat percakapan seperti ini, Staz menyempatkan diri mengupil, “Itulah peraturan di dunia ini… peraturan yang bodoh, bukan?”

Perempuan itu hanya terdiam.

Sementara itu, tumbuhan-tumbuhan yang semakin liar itu sekarang sedang menghajar anak buah Staz habis-habisan. Salah satu anak buahnya sudah dilahap.

“Yamada!! Yamadaaa…!!!” nama anak buah yang dilahap itu. Karena pertempuran(?) yang sengit itu, tidak ada yang menyadari kalau satu tanaman lolos dan melarikan diri.


Gadis itu akhirnya mulai bicara, “Aku…”

“Ah?” wajah Staz merona merah hanya dengan melihat gadis itu.

“Sejujurnya aku belum yakin aku berada dimana sekarang ini,” ucapnya. “Atau kenapa aku bisa berada disini, aku tidak sepenuhnya ingat.”

“…”


“Ini seperti berada di dalam mimpi…” ucap gadis itu lagi.

“Ha, sebenarnya aku juga merasa seperti sedang berada di dalam mimpi.” Ucap Staz. “Membayangkan bertemu dengan seorang manusi—“

“Bukan seperti itu.”

“He?”

“Aku bingung bagaimana mengatakannya… tapi kurasa kau harus menolong teman-temanmu.” Ucap gadis itu dengan puppy eyes.

DEGGG!! “Hal itu terjadi lagi… ketika Ia menatapku…” pikir Staz. DEGGG!! Tiba-tiba keinginan menggigitnya muncul. Staz berusaha menyembunyikan hal itu dari gadis itu. “Begitu..” pikirnya. “Jadi begitu cara kerjanya…”

“Ano… apa kau baik-baik saja?” Tanya gadis itu.

“K-kau…”  Staz berusaha menahan taringnya. “Kau manis sekali!! Ini sangat hebat!! Makanya aku tidak akan menyakitimu! Aku akan melindungimu! Benar, aku sangat ingin melindungimu! Aku tidak punya keinginan untuk menggigit lehermu yang putih dan lembut itu! Dan aku akan melakukan apapun yang kau minta!!” ucap Staz.

“Karena itu, aku, akan membantu teman-temanku yang sepertinya sedang kesulitan!” ucap Staz lagi. Ia lalu segera berlari dan nyelonong ke luar lewat jendela.

“Ta-tapi, jendela itu—“ gadis itu terlambat. Staz sudah melompat dari apartemen berlantai entah berapa mungkin. Tapi jangan meremehkannya, dia itu bos wilayah.

“Aku pergi~” ucap Staz dan meluncur ke bawah dengan cepat. “Kenapa aku membohonginya? Kenapa aku tidak menghisap darahnya?” pikir Staz. Karena kecepatannya meluncur sangat tinggi, Ia tidak memperhatikan kalah ada satu tanaman buas yang menaiki gedung apartemen itu dan menuju kamarnya…

BLAAAARRRR!!! Tanah di sekitar retak ketika Staz mendarat.
“Bossu!” ucap anak-anak buahnya.

 




“Ya ampun… akhirnya sang bos keluar juga.” Ucap si pedagang tanaman buas(?) itu. “Seorang bos yang namanya terkenal di seluruh dunia iblis bagian timur. Sang vampire, Staz-san…”

Vampire, itulah aku. Aku membencinya. Tentang hal menghisap darah manusia..

“Kudengar kau cukup sombong karena garis keturunan keluargamu… jadi aku datang kesini untuk memenggal kepalamu.” Ucap pedagang itu.

Karena aku adalah seorang vampire… keturunan bangsawan dan… harus bepergian menggunakan jubah kuno.

Staz mendekati tanaman buas yang sudah bersatu itu, di atasnya berdiri si pengendalinya.

“Berhati-hatilah, jangan terlalu dekat.” Ucap Deku. “Dia akan melumatmu habis-habisan.”

“Ya.” Sahut Staz. Tapi Ia justru berjalan semakin mendekat.

“Bossu?”

SYAATT!! SYATT!! CRAT!! CRAT!! Akar tanaman-tanaman buas itu menyayat tubuh Staz. Di pengendalinya tertawa puas,
“Langsung berjalan ke arahku begitu saja?! Apa kau bodoh?!”  Ia tertawa. “Baiklah, aku akan merobek-robek tubuhmu!!”

Staz geram, dan memutuskan semua akar itu hanya dalam sekali serang.

“A-apa yang…”

“Aku adalah seorang vampire. Tapi aku bisa makan bawang putih dan tidak takut pada salib…” ucap Staz.

“A-apa?!”

“Karena, sebelum aku menjadi vampire…” kalian bisa menebak kata-kata selanjutnya? “Aku sudah berlatih keras!!” Staz mengangkat tangannya tepat lurus dengan jantung musuhnya itu, lalu seolah ada tangan kedua yang meremas jantung lawannya.

“Ha-hatiku terasa sakit sekali…”

PLOK!! Jantung si lawan meletus. Ya, meletus. Meletus..

“Teknik menghancurkan hati!!” ucap Staz.

“Bossu Staz, tadi itu hebat sekali.” Ucap Deku, Ia ber-tos-ria dengan Staz.

“Ya…”

“Hari ini kau kuat sekali. Biar kutebak, kau sedah menghisap darah manusia itu, ya?”

“Tidak, aku belum menghisapnya.”

Ketika sampai di depan pintu apartemennya, Staz memeriksa dulu pintunya, dan memastikan gadis itu tidak mencoba kabur.

“Bagus, dia tidak keluar.” Ucap Staz.

“Hei, bossu, kau terlihat senang sekali.” Ucap Deku.

“Mana mungkin begitu.” Ucap Staz. “Benar juga… kenapa aku tidak ingin menghisap darahnya walau aku seorang vampire?” pikir Staz sambil membuka pintu dengan kuncinya. “Mungkin itu karena aku ingin dia tetap menjadi manusia…”

Staz membuka pintu, “Aku pulang…” Staz terkejut melihat pemandangan di depannya. Ada satu tanaman lagi disana, dan Ia memuntahkan sebuah tengkorak di hadapan Staz.




“Gyaaaaaaa!!!” Staz langsung mengamuk dan merobek-robek tanaman itu. Setelah merobeknya, Ia menemukan pakaian seragam gadis manusia itu di dalam tanaman itu.

“GYYAAAA!!!” Staz semakin depresi. “Tidak mungkin… ini pasti lelucon…” Ia mengambil tengkorak itu dan menangisinya. “Tidak mungkin…”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar