Sebelumnya: Blood Lad episode 2 bagian 2
“Tapi aku… belum merasakan…
perasaan seperti saat itu…” pikirnya. “Sudah kuduga, Ia pasti special bagiku…
sebaiknya aku mencari cara untuk menghidupkan dia secepatnya… atau dia akan
menjadi mummy lebih dulu… tapi sebelum itu…”
…
…
“Huh~? Apa maksudmu ‘kita akan kembali ke dunia iblis’~??” Tanya Yanagi sambil berjalan di belakang Staz. Yanagi menggerakkan tangannya dengan sangat keras, yang maksudnya menandakan peregangan. “Aku baik-baik saja! Sungguh!”
“Meskipun begitu, rasanya tidak enak… Kalau kau kehabisan MP sebelum battle melawan bos, kau akan kembali ke penginapan terdekat, bukan?” ucap Staz sambil menggabungkan kenyataan yang sekarang dilaluinya dengan game yang biasa Ia mainkan.
“Tunggu dulu.” Langkah Yanagi terhenti. “Apa maksudmu ‘melawan bos’?”
“Maksudku Akihabara*!!” ucap Staz bersemangat. “Kota maju yang aku impi-impikan!! Aku perlu mengisi tenaga sebelum pergi kesana!!” Staz mulai membayangkan perempuan-perempuan dengan baju maid* di anime dan manga yang Ia tonton dan baca.
*) Akihabara: nama salah satu kota di Jepang.
*) Maid: pelayan café(?)… seperti itulah..
Staz dan Yanagi sudah sampai di depan rumah Yanagi.
“Dimana ibumu?” Tanya Staz.
Yanagi membuka pintunya, “Dia tidak ada.”
“Sudah mati?”
“Aku tidak tahu. Saat aku beranjak dewasa, Ia sudah tidak ada.” Ucap Yanagi. “Aku sudah bertanya pada ayahku, tapi Ia tidak mau memberitahuku.”
Yanagi membuka pintu kamarnya, Ia dan Staz terdiam melihat seorang perempuan di kamar Yanagi, dan meloncat-loncat di atas kasur Yanagi. Perempuan itu memakai tas ransel yang sangat besar di belakangnya.
“Yo, selamat datang.” Ucap
perempuan itu.
“Siapa?” Tanya Staz dan Yanagi bersamaan.
“Siapa?” Tanya Staz dan Yanagi bersamaan.
“Menarik sekali… memang
benar aku cuma jaga rumah, tapi ini sekarang kamarku…” ucap Yoshida dengan
santainya membaca manga-manga milik Staz. Yoshida melihat-lihat koleksi Staz.
“Hiyaah!! Library-nya bossu!! Seleranya bagus!! Keren!!”
“Wiss~” ucap Deku yang tiba-tiba muncul dari belakang dan mengagetkan Yoshida.
“Uwaaa!! Deku-san~!!!” Yoshida terkejut hebat.
“Tidak masalah kalau kau menyukai kamar bossu,” Deku menutup lemari es yang terbuka. “Tapi, tetaplah dalam wujud si bos.” Deku melemparkan sekaleng minuman kaleng(?). “Kita tidak tahu siapa yang sedang memperhatikan kita, jadi tetaplah waspada.”
“Osu!!”
…
“Begitu, ya… jadi begitu cara sang bos bisa datang ke dunia manusia?
Bagus juga…” ucap si perempuan aneh di kamar Yanagi itu. Perempuan itu
membentuk tangannya menjadi bentu persegi panjang dan Ia dapat melihat kejadian
yang terjadi di kamar Staz, seolah melihat televisi.“Wiss~” ucap Deku yang tiba-tiba muncul dari belakang dan mengagetkan Yoshida.
“Uwaaa!! Deku-san~!!!” Yoshida terkejut hebat.
“Tidak masalah kalau kau menyukai kamar bossu,” Deku menutup lemari es yang terbuka. “Tapi, tetaplah dalam wujud si bos.” Deku melemparkan sekaleng minuman kaleng(?). “Kita tidak tahu siapa yang sedang memperhatikan kita, jadi tetaplah waspada.”
“Osu!!”
…
“Siapa kau?” Tanya Staz dengan tatapan tajam.
“Aku adalah Hyra-Bell.” Ucap perempuan itu. “Pemilik tirai hitam dan penyihir level tinggi. Kau boleh memanggilku Bell-chan.”
“Memang semuanya terasa aneh karena berjalan lancar… ternyata kau yang menaruh tirai itu disana… lalu memancingku ke dunia manusia dan mengambil daerahku…” ucap Staz. “Itulah rencanamu, kan?”
“Selamat makan!”
“Eh?”
“Maaf, aku tidak mendengarmu.” Sahut perempuan bernama Bell itu. Ia memakan sebuah onigiri besar.
“Apa? Bebas sekali kau ini…”
“ ‘bebas’… boleh juga.” Ucap Bell.
“Huh?”
Bell mengangkat onigiri itu dengan bangga, seolah itu adalah trophy. “Benar. Aku bisa membuat dimensi kemanapun sesukaku! Aku seorang traveler yang dapat kemanapun sesukaku!! Dan hobi ku adalah mencari harta karun… aku bebas datang kemanapun antara dunia iblis dan dunia manusia demi harta karun!” Bell menaikkan sebelah kakinya ke jendela dan menatap matahari yang berkilau. “Tidak ada yang dapat menyaingiku!”
“Kau akan kalah dariku.” Ucap Staz enteng.
“Tolong lepas sepatumu…” ucap Yanagi.
Ekspresi Bell langsung berubah serius. Ia menodong mereka berdua dengan onigiri besarnya. “Kalian pikir kalian bisa pergi begitu saja setelah memakai tiraiku tanpa izin?”
“Yah, lagipula ini kesalahanmu karena meninggalkannya.” Ucap Staz.
“Aku memasukinya tanpa sengaja.” Ucap Yanagi.
“Hoi, hoi, aku tidak meninggalkan tirai itu dengan sengaja, lho… memang benar, aku menggunakannya, tapi aku yakin waktu itu aku sudah membereskannya!” ucap Bell, sementara Staz meminum minuman di gelas di depannya dan Yanagi mengeluarkan snack. “Jadi kenapa? Tidak ada yang tahu…”
“Itu disebut dengan lupa…” ucap Staz.
“Intinya, bila kau menggunakan tiraiku, maka bayar biayanya.” Ucap Bell. “Tiga puluh juta yen.”
“Kau memeras kami?!”
“Karena berdua, jadi 60 juta yen..”
“Kami tidak punya uang sebanyak itu…” ucap Staz.
“Kalau begitu, akan kujual informasi kepada boss lain soal kepergianmu…”
“Cih… br*ngsek..”
“Hoi!” Bell melemparkan sesuatu berbentuk persegi panjang ke arah Staz, dan Staz menghilang seolah ditelan oleh benda itu.
…
“ ‘bebas’… boleh juga.” Ucap Bell.
“Huh?”
Bell mengangkat onigiri itu dengan bangga, seolah itu adalah trophy. “Benar. Aku bisa membuat dimensi kemanapun sesukaku! Aku seorang traveler yang dapat kemanapun sesukaku!! Dan hobi ku adalah mencari harta karun… aku bebas datang kemanapun antara dunia iblis dan dunia manusia demi harta karun!” Bell menaikkan sebelah kakinya ke jendela dan menatap matahari yang berkilau. “Tidak ada yang dapat menyaingiku!”
“Kau akan kalah dariku.” Ucap Staz enteng.
“Tolong lepas sepatumu…” ucap Yanagi.
Ekspresi Bell langsung berubah serius. Ia menodong mereka berdua dengan onigiri besarnya. “Kalian pikir kalian bisa pergi begitu saja setelah memakai tiraiku tanpa izin?”
“Yah, lagipula ini kesalahanmu karena meninggalkannya.” Ucap Staz.
“Aku memasukinya tanpa sengaja.” Ucap Yanagi.
“Hoi, hoi, aku tidak meninggalkan tirai itu dengan sengaja, lho… memang benar, aku menggunakannya, tapi aku yakin waktu itu aku sudah membereskannya!” ucap Bell, sementara Staz meminum minuman di gelas di depannya dan Yanagi mengeluarkan snack. “Jadi kenapa? Tidak ada yang tahu…”
“Itu disebut dengan lupa…” ucap Staz.
“Intinya, bila kau menggunakan tiraiku, maka bayar biayanya.” Ucap Bell. “Tiga puluh juta yen.”
“Kau memeras kami?!”
“Karena berdua, jadi 60 juta yen..”
“Kami tidak punya uang sebanyak itu…” ucap Staz.
“Kalau begitu, akan kujual informasi kepada boss lain soal kepergianmu…”
“Cih… br*ngsek..”
“Hoi!” Bell melemparkan sesuatu berbentuk persegi panjang ke arah Staz, dan Staz menghilang seolah ditelan oleh benda itu.
…
“Dimana aku?” Tanya Staz
yang berada entah dimana, tempat yang sangat sepi dan tidak bisa bertanya pada
siapapun.
…
…
“Yup, dia kena…” ucap Bell.
“Staz-san… menghilang?” Yanagi menggigil.
“Yang kuperlukan hanyalah sebuah bingkai, dan aku dapat membuat manusia lenyap dalam sekejap.” Ucap Bell. “Aku juga akan melenyapkanmu~”
Yanagi menggigil.
“Aku akan melenyapkanmu~”
Yanagi menggigil.
“Kau akan lenyap~”
Yanagi menggigil.
“Hei, ayolah. Berhenti bergetar.”
“Staz-san… menghilang?” Yanagi menggigil.
“Yang kuperlukan hanyalah sebuah bingkai, dan aku dapat membuat manusia lenyap dalam sekejap.” Ucap Bell. “Aku juga akan melenyapkanmu~”
Yanagi menggigil.
“Aku akan melenyapkanmu~”
Yanagi menggigil.
“Kau akan lenyap~”
Yanagi menggigil.
“Hei, ayolah. Berhenti bergetar.”
Staz berkeliling ke daerah
dimana Ia di-teleportasi oleh Bell. “Tidak salah lagi, ini pasti masih di dunia
manusia, tapi… perempuan itu… apa Ia sengaja membuatku berada disini agar Ia
bisa menjual informasi soal kepergianku?”
Tiba-tiba kaca di salah satu rumah di dekat Staz terbuka, dan darisana muncul Bell. “None. None. Aku tidak akan mendapatkan apapun nantinya.” Ucap Bell.
“Br*ngsek!”
Jendela itu tertutup dan lalu jendela di belakang Staz terbuka. “Maka dari itu, aku berpikir untuk memanfaatkanmu…”
“Sial!” Staz memukul jendela itu hingga pecah kacanya, namun Bell malah muncul dari jendela yang lain.
“Hora-hora!!” ucapnya. Staz memukul kaca itu, namun Bell terus saja muncul dari kaca yang lain. “Kochi-kochi!!” PRAANGG!! PRAAANGG!! “Uh-Hum…”
Staz mulai kelelahan. Namun saat sebuah jendela terbuka lagi, Ia segera dengan cepat melayangkan pukulan, namun… CKREEKK!!
Tiba-tiba kaca di salah satu rumah di dekat Staz terbuka, dan darisana muncul Bell. “None. None. Aku tidak akan mendapatkan apapun nantinya.” Ucap Bell.
“Br*ngsek!”
Jendela itu tertutup dan lalu jendela di belakang Staz terbuka. “Maka dari itu, aku berpikir untuk memanfaatkanmu…”
“Sial!” Staz memukul jendela itu hingga pecah kacanya, namun Bell malah muncul dari jendela yang lain.
“Hora-hora!!” ucapnya. Staz memukul kaca itu, namun Bell terus saja muncul dari kaca yang lain. “Kochi-kochi!!” PRAANGG!! PRAAANGG!! “Uh-Hum…”
Staz mulai kelelahan. Namun saat sebuah jendela terbuka lagi, Ia segera dengan cepat melayangkan pukulan, namun… CKREEKK!!
Bell menodongkan pistol ke
arah Yanagi dan menjadikannya sebagai sandera. “Mulai sekarang kau harus
melakukan semua perintahku…”
“Staz-san…” ucap Yanagi.
“Jangan bercanda!” ucap Staz. Namun pada akhirnya Ia mengikuti perintah Bell. Ia diminta menuju ke suatu tempat.
“Turunilah tangga di bangunan itu…” ucap Bell. “Dan bawakan aku benda khusus.”
“Benda khusus?”
“Hm. Mah, kau akan tahu saat sampai disana.”
“Staz-san…” ucap Yanagi.
“Jangan bercanda!” ucap Staz. Namun pada akhirnya Ia mengikuti perintah Bell. Ia diminta menuju ke suatu tempat.
“Turunilah tangga di bangunan itu…” ucap Bell. “Dan bawakan aku benda khusus.”
“Benda khusus?”
“Hm. Mah, kau akan tahu saat sampai disana.”
“Ah-hahahaha!! Ternyata
menjadikanmu sandera lebih efektif daripada mengancam soal daerahnya!!” ucap
Bell kepada Yanagi.
“Mengapa kau melakukan ini?” Tanya Yanagi.
“Ingin tahu? Yah, kalau begitu akan kuberitahu.” Ucap Bell.
“Mengapa kau melakukan ini?” Tanya Yanagi.
“Ingin tahu? Yah, kalau begitu akan kuberitahu.” Ucap Bell.
Selanjutnya: Blood Lad episode 2 bagian 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar