Selasa, 16 Juli 2013

Versi Teks Blood Lad episode 2 bagian 2

“Semuanya terjadi begitu saja…” pikir Yanagi. Ia sedang duduk di kelasnya sekarang, sambil menatap ke luar jendela. Tidak ada yang menyadari kalau Ia seorang hantu. Yanagi teringat sosok Staz yang berjalan dengan semprotan di tangannya ambil berkata,

“Aku mau jalan-jalan sambil menyemprot cairan ini, yo.”

“Dan siapapun yang terkena semprotan Staz-san… tidak merasa janggal akan kehadiranku ataupun dia di dunia ini…” pikir Yanagi. Yanagi memperhatikan kelasnya yang nampak seperti biasanya. “Kehidupanku yang normal telah kembali, seolah tidak pernah terjadi apa-apa…”

“Baiklah, Yamada. Jawab pertanyaan yang satu ini.” Ucap si guru kepada salah seorang murid di kelas.

Yanagi merasa sangat aneh. “Sensei… aku tidak membawa buku pelajaran, buku catatan, ataupun bolpoint… apa tidak apa-apa?” pikir Yanagi. Ia serasa hanya ada disana untuk duduk-duduk saja, tanpa ada yang peduli pada apa hal buruk yang sedang Ia lakukan.


Di sisi lain sekolah, seorang guru sedang memarahi dua orang muridnya, “Oi! Jangan membawa manga ke sekolah!” ucap sang guru. Staz datang dan menyemprot guru itu, dan guru itu memberikan manga itu kepada Staz begitu saja.

Staz membuka-buka manga itu, “Heeh, sudah berapa banyak seri ini berlanjut?” sementara kedua orang murid tadi hanya terdiam melihat Staz mendapatkan manga itu dengan mudah



“Fuyumi…” seorang siswi memanggil Yanagi. “Ada apa denganmu? Kau tidak bersekolah kemarin…”

“Saku-chan…” ucap Yanagi memperkenalkan siswi itu kepada pembaca.

“Apa yang kau katakan, Sakurako? Jelas sekali kemarin Fuyumi datang!” ucap siswi yang lain.

“Are? Benarkah?” Tanya siswi bernama Sakurako.

“Tidak, aku memang tidak datang kemarin…” ucap Yanagi.

“Apa yang kau katakan? Begini, ya, Fuyumi, kau tidak perlu mengikuti kata-kata mahkluk bodoh ini.” Ucap siswi yang satu itu menunjuk Sakurako.

“Ahahaha!!” Sakurako menggaruk-garuk kepalanya.

“Ne, ayolah…” ucap siswi yang satu.

“Ah, ya, ya, aku ingat!” ucap Sakurako.

“Are? Mereka bicara seolah aku datang ke sekolah kemarin…” pikir Yanagi. Untuk beberapa saat Ia merasa teman-temannya berada di tempat jauh yang tak dapat dijangkaunya. Seolah ada ‘Yanagi Palsu’ yang berjalan bersama kedua temannya itu. Seolah Ia ta dapat memberitahu teman-temannya kalau Ia adalah yang asli…

“Kalau ingatan semua orang dimanipulasi… dan dalam ingatan mereka ada diriku yang palsu…” pikir Yanagi. “Lalu bagaimana dengan diriku yang sebenarnya? Tidak akan ada yang berbeda meski aku di dunia manusia… apa aku benar-benar akan menjadi hantu?!”

Yanagi merasa seperti berada dalam kehampaan, dan di kehampaan itu setetes air mata terjatuh.

“Apa kau menikmati waktumu?” Yanagi terkejut mendengar suara itu dan langsung terbangun. Ia lalu melihat Staz tepat di depannya.

“Wee!” ucap Staz.




Staz terkejut melihat Yanagi dengan wajah memerah dan hampir menangis.
“Ada apa denganmu?” Tanya Staz.

“Jahat sekali!” ucap Yanagi.

“Apanya?”

“Kalau aku menjelaskan baik-baik kepada ayahku dan teman-temanku, mereka pasti akan mengerti…hiks… tapi, Staz-san, kau mengubah ingatan mereka dengan semprotanmu… hiks hiks…”

“Apa yang akan kau jelaskan pada mereka?” Staz memegang kepala Yanagi dan membuatnya bertatap muka dengannya. “ ‘Aku sudah mati dan menjadi hantu, tapi semuanya masih sama seperti biasanya, jadi jangan khawatir. Tee-Hee!’… begitu?”

“Eh?”

“Naifnya! Kau perlu menerima kenyataan bahwa kau sekarang adalah seorang iblis!”

Yanagi menahan air matanya.”Makanya… kau tidak perlu lagi melibatkan orang lain… sekarang aku sudah mengerti semuanya… tolong kembalikan mereka seperti semula!” Air mata Yanagi mulai menetes, sementara Staz memainkan topinya. “Kalau bagi mereka keberadaanku memang tak berarti… lebih baik aku menghilang!”

“Ah, begitu, ya?” Staz berhenti memainkan topinya dan berbicara sambil membelakangi Yanagi.  “Ternyata hantu benar-benar menghilang sampai kaki…”

“Tolong hentikan, aku sedang serius!” ucap Yanagi.

“Lihat tubuhmu…” ucap Staz. “…Hampir sepenuhnya menghilang…”




Seperti yang dikatakan Staz, tubuh Yanagi hampir lenyap. Tangan dan kakinya sudah tidak nampak lagi. Sementara itu, di kamar Yanagi, sebuah onigiri besar melesat keluar dari tirai hitam…

Yanagi kebingungan. “Tapi… kenapa…?”

Staz memainkan topinya lagi. “Tanpa pertahanan tertentu, seorang iblis tidak bisa mempertahankan keberadaannya di dunia manusia.” Ucap Staz. “Khususnya iblis kelas rendah sepertimu.”

“Ta-ta-tapi, aku sudah lulus pengecekan, bukan…” ucap Yanagi mulai panik.

“Pengecekan untuk datang kesini, ya…” ucap Staz. “Tapi dia juga bilang jangan terlalu lama disini, kan…”

“Be-benar juga… tapi, ini kan baru sebentar?” mata Yanagi mulai berputar-putar.

Staz memutar-mutar topinya dengan santai. “Bukankah tadi kau berkata ingin menghilang? Lalu apa masalahnya?”

“Ti-ti-tidak!! Tunggu!! Tadi aku hanya asal bicara!!”

Staz berbalik dan menatap Yanagi dengan tajam. “Tidak mau menghilang… kah?” Yanagi mengangguk-angguk. Staz menggigit jarinya hingga mengeluarkan darah, mungkin Ia mau berkuchiyose atau berubah jadi titan(?)… oke, lupakan. Staz berjalan mendekati Yanagi.

“Dengarkan… aku memanipulasi ingatan bukan karena niat jahat…” Staz mendekati Yanagi. “Dengan begini, kau akan tahu bagaimana rasanya kembali ke kehidupan sehari-harimu… saat sudah dihidupkan kembali nanti… kau akan kembali ke dunia dimana tidak ada yang tahu kalau kau sudah mati…” Staz mengarahkan jarinya yang terluka ke Yanagi.

“Staz-san…”

“Jilat.”

“Apa?”

“Kau tidak ingin menghilang, kan?” darah di jari Staz mulai menetes.

“Ka-kau berdarah…”

“Aku sengaja melakukannya, bodoh.”

“Tapi… kenapa?”

“Cepatlah!” ucap Staz. Darahnya terus mengalir keluar. Dengan wajah memerah, akhirnya Yanagi mau menghisap darah Staz… nah, sekarang yang vampire siapa? O.o




“Aku akan menghidupkanmu kembali…” ucap Staz. “…Hingga saat itu tiba, aku akan menjadi penyuplai darahmu.”

Yanagi sudah selesai menjilat darah Staz. “Bagaimana keadaanmu?” Tanya Staz. Kaki dan tangan Yanagi sudah kembali normal.

“Tubuhku terasa panas dan kepalaku pusing…ah, aku sudah punya tangan…” ucap Yanagi. Wajahnya memerah, Ia men-tepar(?)-kan badannya ke meja. “Wajahku terasa sangat panas, meja pun terasa dingin…” kepala Yanagi mengeluarkan asap.

“Sepertinya sihir dalam darahku terlalu kuat untuknya…” pikir Staz. Staz memasang topinya dan berjalan keluar. “Tak kusangka aku bicara omong kosong padanya…” pikir Staz. “Apa yang kulakukan? Apa aku benar-benar ingin dia kembali ke dunia manusia setelah aku menghidupkannya? Tidak! Aku akan menghisap darahnya hingga Ia menjadi mummy!” Staz tertawa licik.

Beberapa siswi perempuan berpapasan dengan Staz, dan Ia memperhatikan mereka. “Aneh…” pikir Staz. “Disini banyak manusia yang masih hidup berada…” Staz membayangkan perasaan vampirenya yang bangkit ketika melihat Yanagi pertama kali. “Tapi aku… belum merasakan… perasaan seperti saat itu…” pikirnya. “Sudah kuduga, Ia pasti special bagiku… sebaiknya aku mencari cara untuk menghidupkan dia secepatnya… atau dia akan menjadi mummy lebih dulu…”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar