Sebelumnya: Blood Lad episode 2
BRRRUUKKK!! Seorang iblis
terjatuh babak belur dan diinjak tubuhnya oleh seorang bos wilayah barat.
“Kalian semua, dengar! Mulai sekarang wilayah ini menjadi wilayah kami!” ucap anak buah bos itu. “Dan ingatlah… orang yang berdiri di atas seluruh wilayah bos… penguasa wilayah ini, bos dari seluruh bos… namanya adalah… King Wolf!!”
Bukk!! Bos wilayah barat itu menendang p***** anak buahnya.
“Sudah kukatakan padamu untuk berhenti berkata bodoh seperti itu…” ucap si bos, Wolf.
“Ya ampun, biarkan saja aku berbicara seperti itu, rasanya menyenangkan sekali…” si anak buah itu tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Kita masih belum mengambil alih apapun…” ucap si bos.
“Kalau begitu, ayo kita lakukan!”
“Berdirilah. Ayo pergi.” Si bos berjalan pergi sambil membawa besi yang Ia gunakan untuk menghajar iblis tadi. “Ya ampun, mereka selalu saja berbuat bodoh… menyebalkan…” pikir sang bos.
“Kalian semua, dengar! Mulai sekarang wilayah ini menjadi wilayah kami!” ucap anak buah bos itu. “Dan ingatlah… orang yang berdiri di atas seluruh wilayah bos… penguasa wilayah ini, bos dari seluruh bos… namanya adalah… King Wolf!!”
Bukk!! Bos wilayah barat itu menendang p***** anak buahnya.
“Sudah kukatakan padamu untuk berhenti berkata bodoh seperti itu…” ucap si bos, Wolf.
“Ya ampun, biarkan saja aku berbicara seperti itu, rasanya menyenangkan sekali…” si anak buah itu tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Kita masih belum mengambil alih apapun…” ucap si bos.
“Kalau begitu, ayo kita lakukan!”
“Berdirilah. Ayo pergi.” Si bos berjalan pergi sambil membawa besi yang Ia gunakan untuk menghajar iblis tadi. “Ya ampun, mereka selalu saja berbuat bodoh… menyebalkan…” pikir sang bos.
Blood Lad: Kau Telah Memilikinya Sejak Lama
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Text Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
“Berbeda dengan orang cerdas
sepertiku, Wolf adalah seorang iblis yang hanya bisa mengandalkan kekuatannya…”
“Ya ampun, cocok sekali untukmu!!” ucap si penjaga toko setelah memilihkan baju bermotif macan tutul untuk Yanagi.
“Penjaga toko memang bisa di andalkan, selera fashionmu itu sepertinya mulai bersinar, ya!” ucap Bell.
“Bagaimana kalau mencoba yang ini?” si penjaga toko mengambilkan baju yang lain.
Staz mulai nampak kesal. “Oi, apa kalian mendengarkanku!!??”
“Lihatlah, aku tidak peduli.” Ucap Bell.
“Kau…!!!”
“Tapi, jika kau memang mengenalnya, kurasa itu saja sudah cukup.” Ucap Bell. “Kau bisa meminta bantuannya untuk mencari buku pembangkit manusia.”
Ekspresi kesal Staz langsung luntur. “Tidak semudah yang kau katakan… memang benar dulu kami adalah teman, tapi sekarang kami adalah bos wilayah…”
“Singkatnya, akan lebih mudah kalau kita pergi dan memanfaatkan kekuatanku?” Tanya Bell.
“Itu benar.”
Bell menengadahkan wajah Staz dengan jarinya, “Aku memang suka memanfaatkan orang lain, tapi aku tidak suka kalau orang lain memanfaatkanku…mengerti?”
“Jadi begitu…” Staz menggenggam erat tangannya. “Kalau begitu, kekuatanlah yang berbicara.” Staz melayangkan pukulannya, dan…
“Bersulang!!”“Ya ampun, cocok sekali untukmu!!” ucap si penjaga toko setelah memilihkan baju bermotif macan tutul untuk Yanagi.
“Penjaga toko memang bisa di andalkan, selera fashionmu itu sepertinya mulai bersinar, ya!” ucap Bell.
“Bagaimana kalau mencoba yang ini?” si penjaga toko mengambilkan baju yang lain.
Staz mulai nampak kesal. “Oi, apa kalian mendengarkanku!!??”
“Lihatlah, aku tidak peduli.” Ucap Bell.
“Kau…!!!”
“Tapi, jika kau memang mengenalnya, kurasa itu saja sudah cukup.” Ucap Bell. “Kau bisa meminta bantuannya untuk mencari buku pembangkit manusia.”
Ekspresi kesal Staz langsung luntur. “Tidak semudah yang kau katakan… memang benar dulu kami adalah teman, tapi sekarang kami adalah bos wilayah…”
“Singkatnya, akan lebih mudah kalau kita pergi dan memanfaatkan kekuatanku?” Tanya Bell.
“Itu benar.”
Bell menengadahkan wajah Staz dengan jarinya, “Aku memang suka memanfaatkan orang lain, tapi aku tidak suka kalau orang lain memanfaatkanku…mengerti?”
“Jadi begitu…” Staz menggenggam erat tangannya. “Kalau begitu, kekuatanlah yang berbicara.” Staz melayangkan pukulannya, dan…
Di café tiga mata, Saty, hewan peliharaannya, Yoshida, dan Deku bersenang-senang dengan minum-minum bersama. Nampaknya mereka sangat senang saat bosnya tidak ada disana.
“Ini memang yang terbaik!! Sangat damai ketika dia pergi!!” ucap hewan peliharaan Saty. “Ini terasa seperti minuman terbaik! Perkembangan Yoshida juga sangat pesat! Jadi kita usahakan tetap seperti ini!” wajah hewan itu memerah karena mabuk. “Kita bisa melakukannya tanpa dia… ne, deku?”
Deku nampak sedang focus melihat sesuatu ketika ditanyai. Hewan itu mengikuti arah pandangan Deku, “Ada apa?” tanyanya penasaran. Ketika Ia menengok, Ia melihat wajah bosnya yang penuh darah.
“Ah, aku suka lelucon ini!
Yoshida memang selalu seperti ini…” si hewan mengira itu adalah Yoshida.
“Ini aku…” ucap orang itu, yang ternyata Staz yang asli. Ia menggenggam leher hewan itu dengan kuat.
“He?” hewan itu menengok ke sampingnya, dan ternyata disana ada Yoshida yang berubah ke wujud aslinya, disamping Yanagi. Wajah hewan itu langsung membiru. “B-bos memang yang terbaik~!!”
Hewan itu pun langsung dilempar oleh Staz hingga menabrak jendela.dan merosot jatuh.
…
Sementara itu, di toko baju itu, Bell memakai baju seragam Yanagi yang
Ia tinggalkan disana, dan bergaya seperti anak sekolahan. Ia nampak masih
‘utuh’, tidak seperti Staz yang sudah babak belur. Wajahnya memerah.“Ini aku…” ucap orang itu, yang ternyata Staz yang asli. Ia menggenggam leher hewan itu dengan kuat.
“He?” hewan itu menengok ke sampingnya, dan ternyata disana ada Yoshida yang berubah ke wujud aslinya, disamping Yanagi. Wajah hewan itu langsung membiru. “B-bos memang yang terbaik~!!”
Hewan itu pun langsung dilempar oleh Staz hingga menabrak jendela.dan merosot jatuh.
…
“Ba-bagaimana…?” tanyanya pada si penjaga toko.
“Pastikan kau mengembalikan itu, ya…” ucap si penjaga toko bahkan tanpa berbalik dan tetap melanjutkan membaca Koran.
…
“Jadi… apa yang terjadi, bos?” Tanya Deku melihat kondisi bosnya yang memprihatinkan.
“Kau benar-benar menyedihkan…” ucap hewan Saty.
“Itu… soal itu….” Ucap Yanagi. “Dia melayangkan pukulan, tapi dia sendiri yang merasakan sakitnya…dan jadi seperti ini.”
Ternyata sewaktu Staz hendak memukul Bell, Bell membuat bendak berbentuk persegi panjang yang membuat tangan Staz berpindah dimensi dan malah memukul dirinya sendiri.
“Aku sama sekali tidak
mengerti!!” ucap si hewan.
Staz tersadar dan langsung berkata, “Gadis itu…!!” dengan nada yang membuat yang lainnya merinding. Staz meminum bir dengan ukuran gelas ekstra besar di depannya dalam sekali teguk, lalu menaruh gelas itu di meja dengan kekuatan penuh sampai gelasnya retak. “Saat aku kembali, aku pasti akan membuatnya babak belur!!”
“Apa kau sudah baikan?” Tanya Yanagi.
“Menghirup udara di dunia Iblis membuatku merasa lebih baik…”
“Hebat, bossu…” ucap Deku.
“Silahkan saja membunuhnya, tapi kau jangan sampai mati, ya…” ucap si hewan. Staz langsung mencengkram tubuh hewan itu. “He? Ada apa?!”
“Kau akan ikut bersamaku.”
“Eh? Mau kemana lagi sekarang?”
“Dunia iblis bagian barat…” ucap Staz. “Wilayah kekuasaan Wolf.”
Staz tersadar dan langsung berkata, “Gadis itu…!!” dengan nada yang membuat yang lainnya merinding. Staz meminum bir dengan ukuran gelas ekstra besar di depannya dalam sekali teguk, lalu menaruh gelas itu di meja dengan kekuatan penuh sampai gelasnya retak. “Saat aku kembali, aku pasti akan membuatnya babak belur!!”
“Apa kau sudah baikan?” Tanya Yanagi.
“Menghirup udara di dunia Iblis membuatku merasa lebih baik…”
“Hebat, bossu…” ucap Deku.
“Silahkan saja membunuhnya, tapi kau jangan sampai mati, ya…” ucap si hewan. Staz langsung mencengkram tubuh hewan itu. “He? Ada apa?!”
“Kau akan ikut bersamaku.”
“Eh? Mau kemana lagi sekarang?”
“Dunia iblis bagian barat…” ucap Staz. “Wilayah kekuasaan Wolf.”
“Khekhekhe… sepertinya dia
akan pergi sendiri…” ucap Bell sambil melihat apa yang dilakukan Staz dengan
menggunakan jarinya. Ia membentuk kotak pada jarinya dan langsung dapat melihat
seolah sedang menonton tv.
“Bukankah seharusnya kau bisa membawanya kesana dengan mudah…?” si penjaga toko nampak membaca buku dengan bosan.
“Apa kau masih tak mengerti, penjaga toko? Dia itu mencurigakan…” ucap Bell.
“…Mencurigakan sebagai orang yang telah mencuri sihirmu?”
“Aku tak mencurigai Fuyumicchi, tapi aku tidak benar-benar percaya pada Staz.” Ucap Bell. “Dia menyembunyikan sihir yang mengerikan…”
“Ah, tapi selain itu, bukankah dia cukup kuat untuk menjadi tersangka yang mencuri sihirmu?”
“Itulah hal yang ingin kupastikan.” Sahut Bell.
“Ah, sungguh menyebalkan, bilang saja kalau kau suka padanya!” ucap si penjaga toko.
“Apa-apaan itu! Yang ingin kulakukan hanyalah mencari pelakuny─”
“Dan menjadikan pelakunya sebagai suamimu, bukan?” potong si penjaga toko. Wajah Bell langsung memerah.
“Bukankah seharusnya kau bisa membawanya kesana dengan mudah…?” si penjaga toko nampak membaca buku dengan bosan.
“Apa kau masih tak mengerti, penjaga toko? Dia itu mencurigakan…” ucap Bell.
“…Mencurigakan sebagai orang yang telah mencuri sihirmu?”
“Aku tak mencurigai Fuyumicchi, tapi aku tidak benar-benar percaya pada Staz.” Ucap Bell. “Dia menyembunyikan sihir yang mengerikan…”
“Ah, tapi selain itu, bukankah dia cukup kuat untuk menjadi tersangka yang mencuri sihirmu?”
“Itulah hal yang ingin kupastikan.” Sahut Bell.
“Ah, sungguh menyebalkan, bilang saja kalau kau suka padanya!” ucap si penjaga toko.
“Apa-apaan itu! Yang ingin kulakukan hanyalah mencari pelakuny─”
“Dan menjadikan pelakunya sebagai suamimu, bukan?” potong si penjaga toko. Wajah Bell langsung memerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar