Sebelumnya: Blood Lad episode 3 bagian 1
“Yosh, apa kalian semua
sudah siap?” Tanya Staz kepada pasukan(?) yang akan dia bawa ke wilayah barat.
“Sebelumnya kau sudah memasuki dunia manusia dan sekarang kau ingin ke wilayah barat?! Dan tunggu, kenapa aku harus ikut denganmu!?” hewan bermata tiga itu meronta-ronta dalam pegangan Yanagi. Lehernya diikat dengan rantai ke Yanagi, sehingga percuma kalau Ia mencoba kabur.
“Tolong tarikkan rantai di lehernya itu.” Ancam Staz.
“Kyaaaa~~!!” hewan itu berteriak keatakutan. Padahal tidak mungkin Yanagi mau melakukannya.
“Bos, aku sudah memanggil keretanya.” Ucap Deku.
“Oh…”
“Kereta?” Tanya Yanagi. “Maksudnya… ‘kereta’?”
“Sebelumnya kau sudah memasuki dunia manusia dan sekarang kau ingin ke wilayah barat?! Dan tunggu, kenapa aku harus ikut denganmu!?” hewan bermata tiga itu meronta-ronta dalam pegangan Yanagi. Lehernya diikat dengan rantai ke Yanagi, sehingga percuma kalau Ia mencoba kabur.
“Tolong tarikkan rantai di lehernya itu.” Ancam Staz.
“Kyaaaa~~!!” hewan itu berteriak keatakutan. Padahal tidak mungkin Yanagi mau melakukannya.
“Bos, aku sudah memanggil keretanya.” Ucap Deku.
“Oh…”
“Kereta?” Tanya Yanagi. “Maksudnya… ‘kereta’?”
Tiba-tiba tanah bergemuruh, sesuatu yang cepat dan besar nampak mendekat.
“Cepat juga…” ucap Staz.
Benda yang besar dan bergemuruh itu tiba, dan ternyata itu adalah semacam gerobak yang ditarik oleh dua ekor burung iblis raksasa.
“Hatomune Transport siap melayani anda!” ucap burung pertama.
“Kami akan membawa kalian kemanapun di dunia iblis!” ucap burung kedua.
Staz menyerahkan sejumlah
uang ke dua ekor burung itu. “Bawa kami ke wilayah barat dunia iblis.” Ucap
Staz. Burung-burung itu langsung berkeringat dingin melihat uang yang bertumpuk
itu.
…
…
“Bos, kurasa kita harus
memanggil kereta.” Ucap anak buah bos wilayah barat, Wolf. Ia dan bosnya sedang
berjalan di tempat yang gersang dan menuju ke suatu tempat.
“Berhentilah mengeluh.” Ucap Wolf.
“Tapi, jaraknya 500km lagi!!”
…
“Berhentilah mengeluh.” Ucap Wolf.
“Tapi, jaraknya 500km lagi!!”
…
Di tempat Staz, kedua burung
tadi sedang menghitung uang yang diberikan Staz dengan mata berbinar. Mereka
menghitung sangat lamban.
“Lari mereka sangat cepat, tapi lama sekali menghitung uang.” Ucap Staz.
Yanagi memperhatikan kereta yang terlihat seperti sel dari baja. “Ki-kita akan menaiki benda ini?”
…
“Lari mereka sangat cepat, tapi lama sekali menghitung uang.” Ucap Staz.
Yanagi memperhatikan kereta yang terlihat seperti sel dari baja. “Ki-kita akan menaiki benda ini?”
…
“Bos, ayolah~!!” “Akan lebih
cepat kalau kita menaiki kereta!” anak-anak buah Wolf terus saja mengeluh.
Langkah Wolf terhenti. Anak buahnya senang, karena sepertinya bosnya akan menyetujui untuk naik kereta. Tapi…
“Apa?!” Tanya bosnya dengan nada kesal.
“Eh?”
“Apa kalian bilang kakiku ini lebih lambat dari kereta itu, huh?!” Wolf menarik kerah baju salah seorang anak buahnya.
“Ka-kami hanya mengkhawatirkan penggemar yang akan menyerbu!! Karena kau adalah idola di dunia iblis barat!” ucap anak buah yang satunya mencari alasan. “Kita tidak akan bisa kembali kalau kita dikerumuni gadis-gadis, kan?!”
Wolf melepaskan kerah baju anak buahnya dan berbalik. Wajahnya memerah. “Yah… itu… kupikir itu akan mengganggu…” sementara anak buahnya ketakutan di belakang.
Langkah Wolf terhenti. Anak buahnya senang, karena sepertinya bosnya akan menyetujui untuk naik kereta. Tapi…
“Apa?!” Tanya bosnya dengan nada kesal.
“Eh?”
“Apa kalian bilang kakiku ini lebih lambat dari kereta itu, huh?!” Wolf menarik kerah baju salah seorang anak buahnya.
“Ka-kami hanya mengkhawatirkan penggemar yang akan menyerbu!! Karena kau adalah idola di dunia iblis barat!” ucap anak buah yang satunya mencari alasan. “Kita tidak akan bisa kembali kalau kita dikerumuni gadis-gadis, kan?!”
Wolf melepaskan kerah baju anak buahnya dan berbalik. Wajahnya memerah. “Yah… itu… kupikir itu akan mengganggu…” sementara anak buahnya ketakutan di belakang.
…
Setelah selesai menghitung
uang, burung-burung itu mempersilakan Staz dan yang lainnya masuk ke dalam
kereta itu, dan mereka melesat dengan cepat. Kereta itu berguncang dengan hebat
saking kencangnya dua burung itu berlari.
“Ba-bagaimana…? Apa kau menyukai kaki tercepat di dunia iblis ini?” Tanya Staz. Yanagi nampak mulai mulas dan akan muntah.
“Gyaaahhh!! Tolong lepaskan rantai ini!! Aku bisa terkena muntahannya!!” ucap hewan bermata tiga itu memelas.
Staz menarik hewan itu menjauhi Yanagi, meskipun tidak terlalu jauh karena mereka terikat rantai. “Sebentar lagi adalah giliranmu…” ucap Staz pada hewan itu.
“Eh?”
“Sebentar lagi kita akan melewati wilayah lain untuk menuju ke dunia iblis bagian barat… dan saat itulah mata ketigamu akan berguna. Gunakanlah navigasi matamu agar kami tidak mengarah ke bos yang lain.” Ucap Staz menjelaskan maksudnya membawa hewan itu bersamanya.
“Aku tidak bisa melakukannya dalam kondisi seperti ini, aku perlu Saty untuk─”
Staz menodong(?)kan hewan itu ke bawah bibir Yanagi dan bersiap menerima muntahan. Hewan itu langsung berteriak histeris. “Gyaaahhh!! Tunggu! Aku bisa melakukannya~!!!”
“Hanya wilayah sekitar saja. Kau bisa, kan?” Tanya Staz.
Wajah hewan itu sudah membiru. “Sepertinya bisa…” hewan itu menutup ketiga matanya. “Mata Ramalan… Eagle Eye!!” ucapnya. Matanya langsung menelusuri setiap sudut di daerah sekitar sana, dan akhirnya menemukan sang raja bos dengan dua buah anak buahnya yang sedang menunggu kereta(?).
“Ehhh!!!” si hewan terkejut.
“Ada apa?” Tanya Staz.
“Hentikan keretanya~ kita akan menabrak!!”
…
“Oh~ sepertinya keretanya sudah datang~” ucap salah satu anak buah Wolf.“Ba-bagaimana…? Apa kau menyukai kaki tercepat di dunia iblis ini?” Tanya Staz. Yanagi nampak mulai mulas dan akan muntah.
“Gyaaahhh!! Tolong lepaskan rantai ini!! Aku bisa terkena muntahannya!!” ucap hewan bermata tiga itu memelas.
Staz menarik hewan itu menjauhi Yanagi, meskipun tidak terlalu jauh karena mereka terikat rantai. “Sebentar lagi adalah giliranmu…” ucap Staz pada hewan itu.
“Eh?”
“Sebentar lagi kita akan melewati wilayah lain untuk menuju ke dunia iblis bagian barat… dan saat itulah mata ketigamu akan berguna. Gunakanlah navigasi matamu agar kami tidak mengarah ke bos yang lain.” Ucap Staz menjelaskan maksudnya membawa hewan itu bersamanya.
“Aku tidak bisa melakukannya dalam kondisi seperti ini, aku perlu Saty untuk─”
Staz menodong(?)kan hewan itu ke bawah bibir Yanagi dan bersiap menerima muntahan. Hewan itu langsung berteriak histeris. “Gyaaahhh!! Tunggu! Aku bisa melakukannya~!!!”
“Hanya wilayah sekitar saja. Kau bisa, kan?” Tanya Staz.
Wajah hewan itu sudah membiru. “Sepertinya bisa…” hewan itu menutup ketiga matanya. “Mata Ramalan… Eagle Eye!!” ucapnya. Matanya langsung menelusuri setiap sudut di daerah sekitar sana, dan akhirnya menemukan sang raja bos dengan dua buah anak buahnya yang sedang menunggu kereta(?).
“Ehhh!!!” si hewan terkejut.
“Ada apa?” Tanya Staz.
“Hentikan keretanya~ kita akan menabrak!!”
…
“Ada apa dengan mereka? Mereka tak menurunkan kecepatan…” ucap anak buah satunya. Kereta itu semakin cepat mengarah ke mereka bertiga.
“Oi~ disini. Berhenti~” tapi kereta itu tak kunjung berhenti.
“Eh~ ini sepertinya berbahaya…”
Kereta itu tinggal beberapa meter dari mereka. Wolf maju dan menebas kereta itu menjadi dua dengan besi tumpulnya. Crassshh!!!
Kereta itu terbelah dan tidak mengenai kedua anak buah Wolf sedikit pun.
“Nah, sudah berhenti.” Ucap Wolf santai.
“Hebat…” ucap anak buah Wolf kagum.
Wolf merasakan kehadiran seseorang dari arah atas. Ia mengarahkan besinya untuk menebas, namun orang itu justru ‘berdiri’ di atas besi Wolf dengan menggendong seorang gadis.
“Kau─!!” Wolf nampak
mengenal orang itu.
“Lama tidak berjumpa, Wolf-boy.” Ucap Staz.
“Hanya kau yang berani memanggilku seperti itu, Blood Cherry─Staz!!” Wolf menghempaskan Staz yang berdiri di besinya itu, namun Staz lebih cepat turun.
“A-apa kau baik-baik saja?” Tanya anak buah Wolf ke dua burung yang menarik kereta. Kedua burung itu memelototi anak buah Wolf dengan mata mereka yang memang melotot, dan membuat anak buah Wolf ketakutan. “I-itu… ini mungkin tidak cukup, tapi pakailah untuk perbaikan..” anak buah Wolf menyerahkan sejumlah uang, dan mata burung itu memelototi uang itu. “A-ano… tidak cukup ya…? Kami benar-benar minta maaf!!” tapi kedua burung itu mengambil uang itu dan menghitungnya dengan kecepatan 0 bytes/sec. XD.
Wolf merenggangkan tangannya dan mendekat ke arah Staz, begitupula sebaliknya. Mereka berjalan saling mendekati, dan kemudian, GREBB!!
Mereka berdua berjabat tangan.
“Lama tak berjumpa, Staz!” ucap Wolf.
“Kau tidak banyak berubah, ya?” ucap Staz.
“Maaf ya, telah merusak tumpanganmu…”
“Tidak, kami memang bermaksud menemuimu. Kau membuatku menghemat waktu!” Ucap Staz. Keakraban Staz dan Wolf membuat Yanagi, si hewan bermata tiga, dan anak buah Wolf ternganga.
“Mereka terlihat seperti teman…”
“Aku tak pernah melihat bos seperti ini!”
“Lama tidak berjumpa, Wolf-boy.” Ucap Staz.
“Hanya kau yang berani memanggilku seperti itu, Blood Cherry─Staz!!” Wolf menghempaskan Staz yang berdiri di besinya itu, namun Staz lebih cepat turun.
“A-apa kau baik-baik saja?” Tanya anak buah Wolf ke dua burung yang menarik kereta. Kedua burung itu memelototi anak buah Wolf dengan mata mereka yang memang melotot, dan membuat anak buah Wolf ketakutan. “I-itu… ini mungkin tidak cukup, tapi pakailah untuk perbaikan..” anak buah Wolf menyerahkan sejumlah uang, dan mata burung itu memelototi uang itu. “A-ano… tidak cukup ya…? Kami benar-benar minta maaf!!” tapi kedua burung itu mengambil uang itu dan menghitungnya dengan kecepatan 0 bytes/sec. XD.
Wolf merenggangkan tangannya dan mendekat ke arah Staz, begitupula sebaliknya. Mereka berjalan saling mendekati, dan kemudian, GREBB!!
Mereka berdua berjabat tangan.
“Lama tak berjumpa, Staz!” ucap Wolf.
“Kau tidak banyak berubah, ya?” ucap Staz.
“Maaf ya, telah merusak tumpanganmu…”
“Tidak, kami memang bermaksud menemuimu. Kau membuatku menghemat waktu!” Ucap Staz. Keakraban Staz dan Wolf membuat Yanagi, si hewan bermata tiga, dan anak buah Wolf ternganga.
“Mereka terlihat seperti teman…”
“Aku tak pernah melihat bos seperti ini!”
“Ayolah!! Ayolah!! Kau kuat
juga, ya~!!!” Yoshida sedang bermain game di kamar Staz, game dimana beberapa
pesawat luar angkasa menembakkan peluru untuk mengalahkan pesawat bos.
Sementara Deku asyik membaca manga. Tak berapa lama, Yoshida berhasil
mengalahkan bos dan melakukan selebrasi. “Yoshhaa!!!” saking senangnya, Ia tak
sadar tangannya menyenggol sebuah figure milik Staz dan membuatnya hancur
berantakan. “Eh?”
“Ah, itu figur mahal milik bos!” ucap Deku.
Tubuh Yoshida langsung bergetar ketakutan. “A-aku akan menggantinya…”
“Tapi, apa kau punya uang?”
“Tidak punya!”
Deku menepuk jidatnya depresi. Namun Yoshida segera mendapatkan ide.
…
“Ah, itu figur mahal milik bos!” ucap Deku.
Tubuh Yoshida langsung bergetar ketakutan. “A-aku akan menggantinya…”
“Tapi, apa kau punya uang?”
“Tidak punya!”
Deku menepuk jidatnya depresi. Namun Yoshida segera mendapatkan ide.
…
“Buku Pembangkit Manusia?”
Tanya Wolf. “Kau pikir aku akan membaca buku yang judulnya sulit dibaca itu?”
“Kurasa juga tidak…” ucap Staz. “Bagaimana kalau kau menggunakan kekuasaanmu sebagai bos untuk membantuku mencarinya?”
“Heh, apa kau serius? Kau tahu, kan, seberapa besar wilayahku?!” Wolf tersenyum, begitupula anak buahnya. “Sebagian besar wilayah iblis barat adalah kekuasaanku… aku tak ingin membuat masalah tanpa dibayar…”
“Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu…” ucap Staz. “Kalau begitu, ayo kita lakukan…. Dengan cara lama.”
Wolf tersenyum medengarnya.
“Jika aku menang, kau harus bantu aku mencari buku itu…” ucap Staz.
“…Dan jika aku yang menang?”
Staz menunjuk Yanagi yang mukanya sudah membiru daritadi. “Akan kuberikan gadis itu padamu.”
“E-eh? A-apa maksudnya itu? Apa maksudnya?” Tanya Yanagi. Wolf memperhatikan Yanagi dari kaki sampai helai rambutnya. “Tidak, aku…”
Wolf mendekati Yanagi, “Dia bukan tipeku, tapi jika kau memaksa…” wajah Wolf memerah.
Disaat yang tepat keinginan Yanagi untuk muntah jadi semakin kuat dan Ia muntah tepat setelah Wolf mendekatinya. “Huuuweee~!!!”
“Apa wajahku seburuk itu?” Wolf salah paham.
“Ehm, tidak, memang itulah ekspresinya saat sedang senang.” Ucap Staz mengada-ada.
…
“Kurasa juga tidak…” ucap Staz. “Bagaimana kalau kau menggunakan kekuasaanmu sebagai bos untuk membantuku mencarinya?”
“Heh, apa kau serius? Kau tahu, kan, seberapa besar wilayahku?!” Wolf tersenyum, begitupula anak buahnya. “Sebagian besar wilayah iblis barat adalah kekuasaanku… aku tak ingin membuat masalah tanpa dibayar…”
“Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu…” ucap Staz. “Kalau begitu, ayo kita lakukan…. Dengan cara lama.”
Wolf tersenyum medengarnya.
“Jika aku menang, kau harus bantu aku mencari buku itu…” ucap Staz.
“…Dan jika aku yang menang?”
Staz menunjuk Yanagi yang mukanya sudah membiru daritadi. “Akan kuberikan gadis itu padamu.”
“E-eh? A-apa maksudnya itu? Apa maksudnya?” Tanya Yanagi. Wolf memperhatikan Yanagi dari kaki sampai helai rambutnya. “Tidak, aku…”
Wolf mendekati Yanagi, “Dia bukan tipeku, tapi jika kau memaksa…” wajah Wolf memerah.
Disaat yang tepat keinginan Yanagi untuk muntah jadi semakin kuat dan Ia muntah tepat setelah Wolf mendekatinya. “Huuuweee~!!!”
“Apa wajahku seburuk itu?” Wolf salah paham.
“Ehm, tidak, memang itulah ekspresinya saat sedang senang.” Ucap Staz mengada-ada.
…
“Bowling?!” Tanya Yanagi dan
si hewan bermata tiga bersamaan. Staz memberitahukan mereka pertandingan macam
apa yang akan dia dan Wolf lakukan.
“Ya, aku tak akan kalah dalam permainan bowling.” Sahut Staz.
“Tunggu, tak peduli sehebat apapun dirimu, tapi akan ada kemungkinan terjadi sesuatu yang tak terduga!!” ucap hewan bermata tiga, kita sebut saja dulu Ia Saty 2.
“Begitukah?” gumam Staz. “Tapi, aku dan Wolf adalah tipe iblis yang berbeda. Aku adalah tipe iblis yang mengalirkan kekuatan sihir, keahlianku adalah serangan jarak jauh. Sedangkan, tipe sihir Wolf adalah sihir penguat tubuh, dia melakukan serangan jarak dekat dengan kekuatan fisiknya.” Jelas Staz. “Jadi, yang hanya bisa dilakukannya adalah melempar bola dengan kekuatannya, sementara aku bisa mengatur bolanya agar mengenai semuanya.”
“Itu curang…” ucap Saty 2.
“Pada akhirnya akulah yang akan menang.” Ucap Staz. Wolf datang dan memberi sinyal ke Staz untuk segera ke arena pertandingan.
“Wah, sepertinya dia sudah siap…”
…
“Ya, aku tak akan kalah dalam permainan bowling.” Sahut Staz.
“Tunggu, tak peduli sehebat apapun dirimu, tapi akan ada kemungkinan terjadi sesuatu yang tak terduga!!” ucap hewan bermata tiga, kita sebut saja dulu Ia Saty 2.
“Begitukah?” gumam Staz. “Tapi, aku dan Wolf adalah tipe iblis yang berbeda. Aku adalah tipe iblis yang mengalirkan kekuatan sihir, keahlianku adalah serangan jarak jauh. Sedangkan, tipe sihir Wolf adalah sihir penguat tubuh, dia melakukan serangan jarak dekat dengan kekuatan fisiknya.” Jelas Staz. “Jadi, yang hanya bisa dilakukannya adalah melempar bola dengan kekuatannya, sementara aku bisa mengatur bolanya agar mengenai semuanya.”
“Itu curang…” ucap Saty 2.
“Pada akhirnya akulah yang akan menang.” Ucap Staz. Wolf datang dan memberi sinyal ke Staz untuk segera ke arena pertandingan.
“Wah, sepertinya dia sudah siap…”
…
Banyak penonton yang datang
untuk menonton pertandingan kedua bos ini, pertandingan yang akan mereka
lakukan adalah… Boxing.
“Oi, Oi, Oi, bukankah kau akan bermain bowling?! Bowling dan Boxing memang memiliki kesamaan nama di awal dan di akhir…tapi!!” Saty 2 nampak heboh sendiri di ruang ganti. Sementara Staz nampak sangat santai.
“Kupikir keduanya hampir sama…” ucap Staz.
“Kau ini bodoh, ya?! Kenapa kau menerima pertandingan yang tidak akan bisa kau menangkan?!”
“Kau berisik sekali…”
“Yanagi Fuyumi sebagai taruhannya, kau ingat?!”
Staz membayangkan wajah Yanagi yang tersenyum ke arahnya. “Aku pasti akan menghidupkannya kembali… aku tak akan membiarkan Wolf memilikinya.”
“Oi, Oi, Oi, bukankah kau akan bermain bowling?! Bowling dan Boxing memang memiliki kesamaan nama di awal dan di akhir…tapi!!” Saty 2 nampak heboh sendiri di ruang ganti. Sementara Staz nampak sangat santai.
“Kupikir keduanya hampir sama…” ucap Staz.
“Kau ini bodoh, ya?! Kenapa kau menerima pertandingan yang tidak akan bisa kau menangkan?!”
“Kau berisik sekali…”
“Yanagi Fuyumi sebagai taruhannya, kau ingat?!”
Staz membayangkan wajah Yanagi yang tersenyum ke arahnya. “Aku pasti akan menghidupkannya kembali… aku tak akan membiarkan Wolf memilikinya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar