Sebelumnya: Episode 3 bagian 2
Staz membayangkan wajah
Yanagi yang tersenyum ke arahnya. “Aku pasti akan menghidupkannya kembali… aku
tak akan membiarkan Wolf memilikinya.”
“Lama sekali, ya, dia?”
“Mungkinkah dia melarikan diri?” ucap anak buah Wolf dari sisi ring Wolf.
“Gadis itu ada di tangan kita, aku yakin dia tidak akan pergi kemanapun.” Ucap Wolf.
“A-ano…” Yanagi muncul dari belakang ring. “U-Untuk apa sebenarnya baju ini? Apa yang akan kulakukan disini?” tanyanya. Ia memakai baju kelinci.
“Kau akan jadi ‘gadis ring’nya.” Ucap anak buah Wolf.
“Ano… tapi ini baju renang…” ucap Yanagi dengan wajah memerah. “Aku terlihat aneh dengan pakaian seperti ini…”
Ketika Wolf menoleh ke arah Yanagi, darah dari hidungnya langsung mengucur deras.
“W-waaaa!! Bossu!!”
“Perempuan ini…berbahaya…” pikir Wolf.
“Gadis itu ada di tangan kita, aku yakin dia tidak akan pergi kemanapun.” Ucap Wolf.
“A-ano…” Yanagi muncul dari belakang ring. “U-Untuk apa sebenarnya baju ini? Apa yang akan kulakukan disini?” tanyanya. Ia memakai baju kelinci.
“Kau akan jadi ‘gadis ring’nya.” Ucap anak buah Wolf.
“Ano… tapi ini baju renang…” ucap Yanagi dengan wajah memerah. “Aku terlihat aneh dengan pakaian seperti ini…”
Ketika Wolf menoleh ke arah Yanagi, darah dari hidungnya langsung mengucur deras.
“W-waaaa!! Bossu!!”
“Perempuan ini…berbahaya…” pikir Wolf.
“Mungkinkah bos tertarik pada gadis itu?!” “Kau tak akan menemukan reaksi seperti itu, bahkan dalam shounen manga sekalipun.” Ucap anak buah Wolf.
nb: Shounen Manga: Manga yang ditujukan untuk anak laki-laki, biasanya bergenre action… contoh: Naruto, OP, FT, Bleach…
Wolf terus memperhatikan Yanagi yang mukanya sudah lebih merah dari tomat. “Dengan pakaian seperti itu, Ia terlihat seperti seekor binatang kecil.. Di dunia iblis ini, tidak mungkin Ia dapat bertahan dengan kekuatannya sendiri…” pikir Wolf.
“Gadis kelinci…” ucap Wolf berdiri sambil mengusap pendarahan(?) di hidungnya. “Manis…! Dia sangat manis sampai aku ingin melindunginya..!!” batin Wolf. “Dalam pertandingan ini…”
Staz memasuki ring pertandingan. “…Aku tak boleh kalah!!!” pikir Wolf dan Staz bersamaan.
Rounde pertama dimulai, Yanagi dengan baju kelincinya berkeliling arena pertandingan dengan berputar-putar. “Sedang apa dia…?” pikir Staz melihat tingkah aneh Yanagi.
…
“Temanku dari wilayah barat
akan meminjamiku uang.” Ucap Yoshida mengutak-atik ponselnya dan mengirim pesan
ke temannya. Ia sedang berada di kafe tiga mata bersama Deku. “Jika aku bisa
mendapatkan uang itu…” ponsel Yoshida berdering, Ia mendapat sebuah balasan.
“Huwaaa!!!”
“Ada apa?” Tanya Deku.
“Sepertinya mereka sedang mengumpulkan uang dalam pertandingan tinju… mereka bilang akan membayar jika menang…” Yoshida langsung berkeringat dingin, tanpa tahu yang bertarung itu adalah bosnya sendiri.
…
“Siap…” sang juri(?) pertandingan memberi aba-aba. “…Box!!”“Ada apa?” Tanya Deku.
“Sepertinya mereka sedang mengumpulkan uang dalam pertandingan tinju… mereka bilang akan membayar jika menang…” Yoshida langsung berkeringat dingin, tanpa tahu yang bertarung itu adalah bosnya sendiri.
…
Pertandingan dimulai, dan di awali dengan serangan bertubi-tubi Wolf pada Staz. Staz yang terus dipojokkan maju dan mengunci lengan Wolf.
“Berhenti!” ucap juri.
“Entah apa yang kau pikirkan dengan mengunciku seperti itu, tapi kau tak akan menang melawanku!!” ucap Wolf sambil melayangkan pukulannya ke wajah Staz, dan membuat Staz langsung tumbang begitu saja.
“Heee?!! Sekali pukul???!!!!” ucap Saty 2. “Dia jatuh dalam satu serangan!!!”
“One…!” juri mulai menghitung. “Two…! Three…!”
“Oi, oi, yang benar saja…” penonton mulai mengeluh melihat pertandingan yang sepertinya tidak mengasyikkan itu. Jauh di sudut atas sana, Bell juga sedang menonton pertandingan sambil memakan pop corn.
“Ah, mungkin aku yang salah menilai…” ucap Bell.
“Five…! Six…!”
“Staz-san!!” Yanagi mencoba membuat Staz sadar dengan panggilannya.
“Seven…! Eight…!”
“Bangun, Staz!!!” teriak Saty 2.
“Nine…!”
Wolf sudah bosan menunggu Staz sadar, Ia pun berbalik. Namun Ia lengah. Saat Ia berbalik, Staz sudah bangkit.
“Staz-san…”
“Apa kau mimpi indah?” Tanya Wolf ke Staz yang sedang melakukan peregangan di lehernya.
“Terkapar disana rasanya enak juga…” ucap Staz.
“Kalau begitu, akan kubuat kau merasakannya sekali lagi!!” Wolf menyerang dan terus menyerang Staz, sementara Staz hanya terus bertahan.
“Ini gawat…” ucap Saty 2. “Dia tidak mungkin menang melawan Wolf dengan serangan jarak dekat… Staz dapat dengan cepat menyembuhkan dirinya dengan kekuatan vampirnya, tapi… dia tak akan dapat bertahan lebih lama lagi!!” Wolf terus menyerang Staz tanpa memberi kesempatan untuk pemulihan lukanya.
“Jadi begitu… kau memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa… itu pasti kekuatan dari darah vampire-mu…” ucap Wolf. “Aku sudah memukulmu di berbagai daerah vital dan kau masih bisa menyembuhkan diri hanya dalam beberapa detik…tapi, bagaimana dengan ini?!!!” Wolf muncul dengan kecepatan tinggi dari arah belakang Staz dan menyerangnya hingga terpental ke sisi ring.
“Lalu apa yang kau dapat dengan luka seperti itu?! Percuma saja kalau tidak menyerang balik…” ucap Wolf lagi. Wolf maju dengan cepat dan menyerang Staz terus menerus. “Ayo sembuhkan! Sembuhkan! Gunakan kekuatanmu untuk menyembuhkan diri!! Aku akan terus menghajarmu!!”
“Kalau seperti ini terus, dia akan kehabisan kekuatan sihirnya!!” ucap Saty 2. Staz sama sekali tidak melakukan perlawanan.
“Apa Staz-san… akan mati?” Tanya Yanagi pelan.
Wolf bersiap memberikan serangan mematikannya, namun tiba-tba Ia merasa tubuhnya melemah dan pusing. Staz berjalan dengan santai ke sisi ring yang satunya.
“Mengapa aku tiba-tiba kelelahan??!!” ucap Wolf. Staz yang berada di sisi ring yang satunya tersenyum puas.
Wolf memperhatikan pundak sebelah kanannya, dan ternyata disana ada benda putih yang menancap. “Mungkinkah…?!!!” Wolf teringat ketika tadi Staz mengunci lengannya. “Mungkinkah waktu itu…!!??” Wolf mengambil benda putih itu, “Ini…”
“Akhirnya kau sadar juga.” Ucap Staz.
“Br*ngsek!! Jadi selama ini kau menghisap kekuatan sihirku dengan menaruh benda itu di tubuhku?!” Wolf melemparkan benda putih itu dengan kesal.
Yanagi memperhatikan benda putih yang tadi dilempar Wolf. “Apa itu… gigi?”
“Benar. Itu adalah gigiku.” Ucap Staz sambil menyombongkan salah satu bagian di gusinya yang tidak mempunyai gigi lagi.
“U-Ukh…” kondisi Wolf
terlihat melemah dan Ia mulai goyah.
Staz mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan luka-lukanya yang sudah sembuh, “Semakin banyak luka yang kau buat, semakin banyak pula kekuatan sihirmu yang terserap.”
Saty 2 nampak senang ketika menyadari taktik Staz itu. “Itu dia! Chew chew drain!!!” ucapnya. “Dia menyembuhkan luka yang diderita dengan kekuatan Wolf!!”
“Karena itulah sekarang tidak ada luka yang kuderita…” ucap Staz sambil meregangkan otot-otot tangannya. “Dan kau kehabisan kekuatan sihirmu… kau mungkin ingin menghindar sampai kekuatanmu pulih,…” Staz bersiap dan kemudian menyerang Wolf dengan kekuatan penuh.
“Itu dia─ Playback Payback!!!” ucap Saty 2.
Wolf terpental dan mengeluarkan banyak darah. “Tidak ada tempat untuk menghindar di dalam ring ini…” ucap Staz.
“B-bossu!!”
“Hei, mulailah berhitung.” Ucap Staz ke juri yang merupakan anak buah Wolf itu.
“One…! Two…!” Wolf mencoba untuk bangkit.
“Hentikan. Tetaplah disana.” Ucap Staz pada Wolf. Namun Wolf tidak mendengarkan gertakan itu dan terus mencoba bangkit. “Dalam kondisimu sekarang, aku dapat membuatmu ZIP. Jika kau melakukannya, kau akan mati… atau aku akan membunuhmu.”
Wolf terus mencoba bangkit walau sepertinya tubuhnya sudah tak sanggup. “Apakah demi buku itu kau sampai melakukan hal ini…?” tanyanya. “Tidak, pasti ada alasan lain, kan? Alasan kuat yang membuatmu melakukan semua ini! Katakan padaku, apa alasanmu?!” Tubuh Wolf mulai berubah menjadi serigala. “Alasan apa yang membuatmu jadi seperti ini dan memaksaku untuk bertransformasi, Staz?!”
“Bossu?”
Staz menanggapi transformasi Wolf dengan ekspresi datar. “Transformasi sebagian dengan kekuatan sihir seadanya…”
“Diam saja dan jawab aku!”
“Karena perempuan itu.” Ucap Staz. “Alasannya karena perempuan itu, Yanagi Fuyumi.”
Staz mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan luka-lukanya yang sudah sembuh, “Semakin banyak luka yang kau buat, semakin banyak pula kekuatan sihirmu yang terserap.”
Saty 2 nampak senang ketika menyadari taktik Staz itu. “Itu dia! Chew chew drain!!!” ucapnya. “Dia menyembuhkan luka yang diderita dengan kekuatan Wolf!!”
“Karena itulah sekarang tidak ada luka yang kuderita…” ucap Staz sambil meregangkan otot-otot tangannya. “Dan kau kehabisan kekuatan sihirmu… kau mungkin ingin menghindar sampai kekuatanmu pulih,…” Staz bersiap dan kemudian menyerang Wolf dengan kekuatan penuh.
“Itu dia─ Playback Payback!!!” ucap Saty 2.
Wolf terpental dan mengeluarkan banyak darah. “Tidak ada tempat untuk menghindar di dalam ring ini…” ucap Staz.
“B-bossu!!”
“Hei, mulailah berhitung.” Ucap Staz ke juri yang merupakan anak buah Wolf itu.
“One…! Two…!” Wolf mencoba untuk bangkit.
“Hentikan. Tetaplah disana.” Ucap Staz pada Wolf. Namun Wolf tidak mendengarkan gertakan itu dan terus mencoba bangkit. “Dalam kondisimu sekarang, aku dapat membuatmu ZIP. Jika kau melakukannya, kau akan mati… atau aku akan membunuhmu.”
Wolf terus mencoba bangkit walau sepertinya tubuhnya sudah tak sanggup. “Apakah demi buku itu kau sampai melakukan hal ini…?” tanyanya. “Tidak, pasti ada alasan lain, kan? Alasan kuat yang membuatmu melakukan semua ini! Katakan padaku, apa alasanmu?!” Tubuh Wolf mulai berubah menjadi serigala. “Alasan apa yang membuatmu jadi seperti ini dan memaksaku untuk bertransformasi, Staz?!”
“Bossu?”
Staz menanggapi transformasi Wolf dengan ekspresi datar. “Transformasi sebagian dengan kekuatan sihir seadanya…”
“Diam saja dan jawab aku!”
“Karena perempuan itu.” Ucap Staz. “Alasannya karena perempuan itu, Yanagi Fuyumi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar