Jumat, 23 Agustus 2013

Versi Teks Defense Devil Chapter 18

“Tidak salah lagi… Dark Matter pernah digunakan disini…” ucap Idamaria yang baru sampai di sebuah tempat dimana Kucabara dulu pernah tercebur dan Paul menyelamatkannya. “Dasar bodoh. Jangan pikir kau bisa lolos dariku, Kucabara.”




“Bichiura, keren kan?” tanya Kucabara pada Bichiura sambil memasang beberapa jepit jemuran di wajahnya.

“U-Uwaaa!! Apa ini?!” tanya Bichiura.

“Ini ada di Guinnes Book of Record… aku sedang mencoba memecahkan rekornya.” Sahut Kucabara. Bichiura langsung sigap mengejar tuannya itu.

“Cepat lepaskan!!” ucap Bichiura.

“Tidak mau!!! Aku mau memakainya sebanyak mungkin!!!” Kucabara melarikan diri.

Di dunia manusia, Idamaria meletakkan sebuah cermin di tanah, dan menancapkan kertas berisi nama Kucabara ke cermin itu dengan pedang salibnya hingga kacanya pecah.

“Mephisto Barto Dertov… Reffert Lark Kucabara!!!” Idamaria menyebut nama iblis yang akan dia panggil.

Di Event Horizon, Kucabara yang sedang berlari menghindari Bichiura, tiba-tiba terdiam. “Ayo lepaskan!!” ucap Bichiura yang sudah dapat meraih tuannya. Kucabara terlihat kaku dan tak mampu bergerak.

“E-eh… perasaan apa ini…?!” Kucabara memegangi lehernya.

“Mephisto Barto Dertov Reffert Lark Kucabara!!” Idamaria terus memanggil nama iblis itu.

“U-Uwaaa!!!” Kucabara kesakitan dan terjatuh dengan lutut menyentuh tanah.

“Apa yang terjadi?” tanya Bichiura. “Jangan main-main, aku tidak akan tertipu dengan aktingmu!!”

“Tidak, aku benar-benar merasa aneh…” ucap Kucabara. “Tubuhku seperti… ditarik dengan paksa…”

“Mephisto Barto Dertov… Reffert Lark… Kucabara!!!” ucap Idamaria. Sekumpulan Dark Matter gelap muncul di belakangnya dan berkumpul menjadi sesosok iblis. Idamaria menengok ke belakang untuk melihat iblis seperti apa yang telah Ia panggil, dan terkejut ketika melihat wajah iblis itu. “Kyaaaa!!!”

“Huh?” Gumam Kucabara bingung. Di wajahnya masih ada penjepit jemuran yang membuatnya terlihat menyeramkan.




Saking terkejutnya Idamaria karena tidak pernah melihat iblis seburuk rupa itu sebelumnya, Ia menghempaskan Kucabara dengan senjatanya hingga Kucabara terpental jauh ke tengah kota. “Uwaaaaaaaaaaaa!!!”

“Gawat, aku memukulnya terlalu keras…” pikir Idamaria. “Bisa bahaya kalau Ia terjatuh di tengah kota… aku harus cepat..” Idamaria bergerak cepat mengikuti arah jatuhnya Kucabara.

PRAAANGGG!!!
Kucabara jatuh tepat di tempat sampah dengan kepala lebih dulu.

“Ugh… apa yang terjadi? Sepertinya aku dipukul oleh manusia…” Kucabara mencoba melepaskan diri dari tempat sampah itu, dan jepit jemuran di wajahnya rontok semua. “Tunggu…” Kucabara memperhatikan sekelilingnya. “Ini kan… dunia manusia… kenapa bisa? Padahal aku belum membuat kontrak…”

Ketika Kucabara akan menengok ke atas, ternyata dari arah atas seorang perempuan yang tidak Ia kenal sedang mengarahkan pedang berbentuk salib ke arahnya dan meluncur cepat. “U-Uwaaaaaaaa!!!”

Ketika Idamaria melihat Kucabara berbalik dan berteriak, Ia berpikir bahwa Kucabara bukan iblis yang sedang diincarnya, karena jepit jemuran di wajah Kucabara yang sudah lepas. “Bukan dia!!” pikir Idamaria. Dengan kecepatan sepersekian detik, Ia membelokkan arah serangannya.

Idamaria mendarat dan menatap ke arah Kucabara yang terjatuh karena menghindari serangan. “Maaf, aku salah orang…” ucap Idamaria. “Apa kau melihat orang aneh di sekitar sini dengan wajah yang menyeramkan?” tanya Idamaria yang tidak sadar kalau ‘orang aneh’ itu ada di dekatnya. “Ini aneh… kenapa aku tidak merasakan Dark Matter? Seharusnya dia jatuh di sekitar sini…” pikir Idamaria.

“O-orang aneh?” tanya Kucabara. “E-eeeehh… aku tidak lihat…”

“Ah, begitu.” Gumam Idamaria. “Cih, dia sudah kabur ke dunia iblis, ya…” pikirnya. Ketika Ia akan pergi, tiba - tiba Ia mendengar suara ‘krruuuuuk~’. Ia berbalik dan menatap Kucabara.

“Hahaha… aduuh…” Wajah Kucabara memerah. Ia memegangi perutnya. Idamaria hendak berbalik lagi, namun… KRRUUUUK~ suara itu semakin membesar.

Wajah Kucabara berlinang air mata. Di tangannya ada satu hamburger yang sudah dimakan sedikit.

“Maaf karena tadi sudah mengejutkanmu.” Ucap Idamaria yang pada akhirnya mentraktir Kucabara makan. “Makan saja sesukamu, jangan sungkan.”

“Sejak lahir, baru pertama kali aku makan makanan seenak ini…” ucap Kucabara dengan mata yang masih banjir. “Jadi begini, ya, rasanya hamburger… kau tidak makan?”

“Tidak, aku…” Idamaria hanya tersenyum. “Uangku sudah tidak cukup…” pikirnya.

“Bena-benar enak!! Ini super enak!!” ucap Kucabara sambil menggigit hamburger itu dengan semangat 45. Idamaria terlihat prihatin(?) melihat pemandangan di depannya.

“Apa dia orang miskin? Sampai tidak pernah makan hamburger…” pikir Idamaria. “Kalau tidak keberatan, boleh aku tahu alamatmu?” tanya Idamaria. “Dalam ajaran Katolik ada bantuan makanan untuk orang yang tidak mampu… Kalau minta tolong pada kenalanku, mungkin sesekali kami dapat menyumbangkan makanan padamu.”

“Wah, benarkah?” mata Kucabara berbinar. Namun Ia teringat sesuatu. “Ah, tidak bisa… terima kasih, tapi aku tidak bisa memberitahukan alamatku.” Ucap Kucabara. “Aku tidak mungkin memberitahunya kalau aku tinggal di Event Horizont…” pikirnya.

“Oh, saying sekali.” Ucap Idamaria. “Dia pasti tinggal di tempat yang sangat kumuh, sampai tidak berani bilang…” pikirnya.

“Oh ya, tadi kau mencari siapa?” tanya Kucabara. “Biar kubantu.”

“Maaf, aku tidak bisa bilang.”

Kucabara mengambil segelas minuman. “Kalau begitu, aku ganti pertanyaannya. Pakaianmu unik, pekerjaanmu apa? Dan tadi, kau juga menyebut Katolik…”

“…”

“Ah, maaf… bukannya aku sok akrab, tapi begitu datang kesini, aku jadi bersemangat.” Ucap Kucabara.

“Begitu datang kesini…?” pikir Idamaria yang bingung dengan maksud perkataan Kucabara itu. “Katolik itu semacam kelompok religius yang percaya pada Yesus Kristus. Dulu aku pengikutnya.” Idamaria menunduk. “Tapi sekarang… demi tugas yang hanya dapat dilakukan olehku, aku memutuskan hubungan dan pergi…”

“Hm.. tugas yang hanya bisa dilakukan olehmu, ya… aku tak begitu mengerti.” Kucabara meminum lagi minuman tadi. “Tapi, selama kau melakukan pekerjaanmu… apa kau merasa bahagia?”

“Eh?”

“Bukan apa-apa. Saat bercerita, kau menunduk dan wajahmu terlihat suram…” ucap Kucabara. “Kalau kau menyukai pekerjaanmu… kau harus berbahagia.” Kucabara tersenyum.

Idamaria terdiam melihat senyum Kucabara. Wajahnya memerah.

“Ng? Ada apa?” tanya Kucabara.

“Se-sepertinya kau salah paham… a-aku cukup bahagia kok!!” Idamaria mengambil minuman di meja dan meminumnya untuk menutupi rasa malunya.

“I-itu minuman bekasku…” ucap Kucabara. Idamaria semakin terpojok.

“Ka-Kalau sudah selesai makan, ayo kita pergi.” Ucap Idamaria.

“Berjuanglah.” Ucap Kucabara. “Soalnya, kau bilang tugas ini hanya bisa dilakukan olehmu. Itu artinya kau berkorban… jadi, berjuanglah.”

Idamaria tersenyum. “Aku selalu berjuang, kok. Baiklah, permisi…”

Mereka berdua sama-sama keluar dari tempat itu. “Sampai jumpa… bicara dengannya, rasanya aku…”

“A-ano…” ucap Kucabara. “Kau sudah mentraktirku, kalau boleh… aku…”

Idamaria berbalik, angin berhembus menerpa rambutnya. “Ya?”

Wajah Kucabara memerah melihat perempuan yang pertama kali dilihatnya itu.





“W-waa… ma-manisnya!!” pikir Kucabara.

Kucabara berjalan dengan pundung di tengah kota, menyesali apa yang tidak sempat Ia lakukan. “Pada akhirnya aku tidak berani bertanya bagaimana cara menghubunginya… kalau begini aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi…” ucap Kucabara. “Tapi yang lebih penting, bagaimana caranya aku pulang?!”

Kucabara mengeluarkan sebotol kecil Dark Matter dari sakunya. Botol itu hanya terisi setengahnya. “Ini Dark Matter dari Bichiura untuk keperluan mendadak… Kalau sebanyak ini apa cukup untuk kembali ke wujud semula dan pulang?”

Kucabara membuka botol itu perlahan. Ketika sedikit Dark Matter mulai keluar dari botol itu, tiba-tiba… BLLLAAARRR!!!
Seorang wanita mendarat tepat di samping Kucabara, membuat aspal tempatnya mendarat remuk. Wanita itu adalah Idamaria.

 






“Lho?” Kucabara bingung ketika berbalik dan melihat Idamaria disana.

“Kenapa… kenapa orang ini…” Idamaria bingung karena berjumpa lagi dengan Kucabara.

“Haha, kita bertemu lagi…” ucap Kucabara. “Syukurlah, sebenarnya… aku…”

“Menjauhlah.” Potong Idamaria. “Tempat ini berbahaya.”

“Apa maksudmu?”

“Ceritanya panjang.” Idamaria memeriksa sekeliling. Ia yakin tadi merasakan Dark Matter di sekitar sana. “Aneh… padahal aku yakin merasakan Dark Matter disini…” Idamaria berbalik dan menatap Kucabara. Ia kaget ketika menyadari sesuatu. “Jangan-jangan dia─?! Dia sudah kali berada di lokasi dimana sang iblis seharusnya muncul…” pikir Idamaria.

“Maaf, namamu siapa?” tanya Idamaria.

“Ah…” ucap Kucabara. “Namaku…”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar