Minggu, 25 Agustus 2013

Versi Teks Defense Devil Chapter 19


Di Perbatasan antara Event Horizon dan Dunia Manusia…
Seorang gadis dari dunia iblis dengan ular di belakangnya, berhadapan dengan seorang pastor di depannya. Mereka berdua berada di antara perbatasan Event Horizon dan dunia manusia. Berkomunikasi seakan berada di tempat yang sama.

“Aku sudah memberikan nama si target kepadanya.” Ucap si pastor pada wanita dari dunia iblis itu. “Tapi apa tidak masalah? Informasi sebesar itu─”

“ ‘Dia’ hanyalah seekor anak ayam yang belum bisa mandiri.” Potong si wanita. “Kalau dia anak singa, dia akan memanjat sendiri tebing rintangan itu, kan…” ucapnya. “Padahal terjadi perubahan besar di dunia setan… tapi Ia hanya memperhatikan dunia manusia saja. Harus ada seseorang yang memberinya pelajaran.” Ucap perempuan itu terkekeh. “Selain itu… sang ‘nona’ mempunyai sesuatu yang kuat dalam dirinya, kan?”

Si pastor membenarkan posisi kacamatanya. “Kita akan membuka… kedua mata mereka.”

“Kita tunggu saja selama… pertemuan keduanya hari ini…” ucap si wanita iblis.

“Ini akan membawa awal yang baru bag dunia setan.”

 

“Padahal aku yakin merasakan Dark Matter di sekitar sini…” pikir Idamaria. “Jangan-jangan─?!”
“Siapa namamu?” tanya Idamaria pada Kucabara.

“Ah…” ucap Kucabara. “Namaku…”

“TUAN!!!” Di langt di atas Idamaria dan Kucabara, Bichiura melayang-layang mencari tuannya. Dark Matter Bichiura langsung terdeteksi oleh Idamaria. “Tuan!!! Dimana kau??!!”

“Bichiu─”

“Permisi.” Ucap Idamaria pada Kucabara dan langsung mengambil senjatanya. “Aku merasakan Dark Matter di langit…” pikir Idamaria. Ia melirik ke arah Kucabara. “Ternyata bukan orang ini… sepertinya aku terlalu melebih-lebihkan.”

Idamaria mengeluarkan peti tempat Ia menyimpan senjatanya, membuat Kucabara kaget. “Mungkin kau akan sedikit terkejut. Jadi kuperingatkan… Kau mungkin tidak akan percaya, aku adalah seorang Exorcist. Pengusir iblis. Tugasku adalah memanggil secara paksa iblis yang mengganggu manusia, dan menghabisinya.”

Kucabara terkejut mendengarnya. Benar-benar terkejut seperti yang Idamaria katakan.

“Tu-tunggu… membereskan iblis… apa kau bisa?” tanya Kucabara.

“Iblis yang kupanggil hari ini adalah…” ucap Idamaria. “…Mephisto Barto Kucabara.”

DEGGG.
Wajah Kucabara langsung suram. “Jadi aku jatuh kesini gara-gara gadis ini?! Jadi gadis ini mengincarku?” pikir Kucabara ditengah kusaramannya.

Idamaria memegang sebuah salib seukuran tangan dan mengucapkan beberapa mantra sambil menutup matanya. Perlahan sesuatu keluar dari salib itu. “Kau bilang kalau aku suka tugasku, wajahku harus lebih gembira, kan?” Idamaria membuka matanya perlahan. “Sekarang akan kutunjukkan… wajahku yang paling gembira!!” mata kiri Idamaria sedikit berubah dan sekarang memiliki lambing salib di tengahnya.




Kucabara terkejut. Apa Idamaria sudah tahu kalau yang diincarnya sedang berada disampingnya?!

“Tuaaannn!!!” Bichiura masih melayang di langit mencari tuannya. Idamaria kembali mendeteksi Dark Matter Bichiura.

“Disitu rupanya…” pikir Idamaria. Ia mengira kalau Bichiura-lah iblis yang sedang Ia incar. Ia menepuk peti tempatnya menyimpan senjata, lalu sebuah pedang salib keluar dari peti tersebut. Idamaria mengambil pedang itu dan melompat ke angkasa, ke arah Bichiura.

BLAAARRRR!!! Idamaria menebaskan pedangnya itu, hingga tanah yang terkena remuk dibuatnya. Bichiura berhasil meloloskan diri dari serangan mematikan itu.

“UWAAAAAAA!!!” teriak Bichiura kaget karena tiba-tiba diserang. “Apa-apaan gadis ini?! Aku harus melawannya!!”

Kucabara terkejut. “Ke-kenapa dia mengincar Bichiura?! Apa dia mengira Bichiura adalah aku? Bagaimana ini? Bagaimana kalau Ia tahu yang dicarinya aku?!” terjadi pergolakan batin di pikiran Kucabara. Sesaat Kucabara teringat wajah manis Idamaria yang dilihatnya waktu itu. Apa wajah manis itu masih bisa dilihatnya lagi kalau Ia mengaku?

“Holy Storm!!” Idamaria melancarkan beberapa serangan ke arah Bichiura. Bichiura berhasil menghindar dengan kecepatan sayapnya.

“Uwaaa!!! Kenapa Ia bisa melihatku?!!!” Bichiura heran karena seharusnya manusia tidak dapat melihatnya. “Sial! Gadis ini serius ingin membunuhku!” Bichiura memutuskan untuk berhenti menghindar dan balik menyerang, namun…

“Bichiura, hentikan!!” Kucabara tiba-tiba muncul diantara keduanya, dan…

BRUUKK!!
Mereka tertabrak dan terjatuh dengan mata berputar-putar.

“Ka-kau baik-baik saja?” tanya Idamaria pada Kucabara. “Dan… yang lebih penting… kau dapat melihat iblis ini?!”

Kucabara mengusap-usap kepalanya yang sakit karena bertabrakan tadi. “Tidak… itu…”

BUGGG!! Bichiura memukul kepala Kucabara dengan semangat pejuang proklamasi. (Maklum masih ada semangat 17 agustusan). “Akhirnya kutemukan juga!! Kenapa kau menghilang seenaknya saja, tuan?! Untuk mencarimu, aku sampai menukar alat sihir yang mahal pada Elimona!!”

Idamaria terdiam. Bichiura melirik ke arah gadis yang tak dikenalnya itu. “Hah!! Kau tadi mencari gara-gara denganku, ya?!” Bichiura menggeliat seolah ingin menyerang Idamaria lagi. Ia masih nampak kesal.

“Tunggu, Bichiura.” Ucap Kucabara.

“…” Idamaria masih mencoba mencerna semua ini. “…Apa maksudnya ini?” tanyanya pada Kucabara.

Kucabara memalingkan wajahnya. “Namaku… Mephisto Barto Kucabara.”


 Idamaria menunduk mendengar kenyataan itu. “Sulit dipercaya…” ucapnya. “..Aku bahkan tidak bisa merasakan Dark Matter sedikitpun darimu…”

“Itu karena kekuatanku telah dirampas oleh iblis lain…” jelas Kucabara. “…Karena suatu masalah…” Kucabara memberanikan diri menatap Idamaria. “Dan iblis yang kau cari…. Adalah aku?”

“Pantas saja… semua dugaanku benar…” Idamaria dengan amarah yang bergejolak, menebaskan pedang salibnya ke arah dahi Kucabara.

“Tuan!! Kau baik-baik saja?!” tanya Bichiura. Darah mengalir dari dahi Kucabara yang terluka.

“Caramu sangat kotor sampai membuatku ingin muntah… tidak salah lagi, kalian memang iblis.” Ucap Idamaria. “Kau mendekatiku karena ingin tahu rencanaku, kan?! Kau iblis yang palik licik diantara para iblis!” ucap Idamaria salah paham.

Bichiura juga jadi kesal karena tuannya diperlakukan seperti itu. “Kalau kita terus mendengarkan dia, aku jadi─”

“Hentikan, Bichiura.” Ucap Kucabara.

Kucabara mencoba untuk berdiri. “Kau salah paham.. aku benar-benar tidak berniat untuk menipumu…” ucap Kucabara. “Kenapa kau begitu membenci iblis?! Apa yang telah kami─”

JRASSS!!!
Idamaria menebas Kucabara hingga membuatnya terpental. “Dasar iblis! Jangan bicara padaku!!” ucap Idamaria.

Kucabara teringat kata-kata Elimona..
“Sejak lahir, kau sudah ditakdirkan menjadi musuh manusia… apa kau mengerti akan hal itu? Walau kau mencoba sekeras apapun untuk memperbaiki hubunganmu dengan manusia, pada akhirnya kau akan terluka…”
Kucabara mengusap darah yang terus mengalir dari dahinya.

“Aku tidak tahu mengapa kau dendam terhadap iblis…” ucap Kucabara. “Tapi, tidak semua iblis jahat kepada manusia…” Kucabara menatap Idamaria. “Aku memang iblis tapi aku juga manusia. Kalau tidak keberatan, dengarkanlah penjelasanku. Kalau kami para iblis berbuat salah, kami juga punya kewajiban untuk memperbaikinya…”

Idamaria bingung untuk memutuskan. Semuanya terasa aneh. Baru kali ini Ia menghadapi iblis seperti Kucabara. “Ada apa ini… apa dia benar-benar iblis?! Lagi-lagi dia membuatku bingung..." pikir Idamaria.

“Apa yang kau bicarakan, tuan?! Serahkan saja semuanya padaku?! Aku akan membunuh dan melemparkan dia ke neraka! Majulah, manusia!!” ucap Bichiura yang masih kesal. Ia maju dan melawan Idamaria. “Atas nama iblis, aku pasti akan memasukkanmu ke neraka!!!”

Idamaria kesal. Terutama karena Bichiura menyebut ‘atas nama iblis’. “Sudah kuduga… aku salah menilaimu!” ucap Idamaria.

Kucabara pundung. Situasi yang sudah dapat Ia kendalikan berbalik 360 derajat. Eh, maksudnya 180 derajat. “Eng Ing Ong~” gumam Kucabara.

“Bersiaplah~~!!!” Bichiura terbang ke arah Idamaria.

“Hei, Bichiura!!” panggil Kucabara.

 Ketika Bichiura sudah dekat dengan Idamaria, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan di antara keduanya.
DUAAARRRR!!!

“Apa?!” Bichiura, Kucabara dan Idamaria menoleh ke arah datangnya ledakan. Di atas sebuah gedung, dimana ledakan itu berasal, tiga iblis menatap ke arah mereka bertiga dan tertawa licik.
“Khukhukhu…” “Kikikiki..”










2 komentar: