Minggu, 29 September 2013

Versi Teks Defense Devil Chapter 21


Wajah Idamaria memerah mendengar ucapan Kucabara barusan. “A-apa maksudmu dengan… kau peduli padaku?!” Ia berbalik.

Sementara itu, Bichiura menatap mereka berdua dengan tatapan jijik. Wajah keduanya sama-sama memerah, jelas sekali apa maksudnya.

“I-ini bohong, kan, tuan?! Kau tidak… menyukai gadis itu,… kan?” Bichiura keheranan.




“…Aku bohong!” ucap Kucabara.
Tuuuiingg!! Bichiura langsung terpental mendengarnya. Idamaria tidak membalikkan tubuhnya, masih kaku mendengar ucapan Kucabara.

“…O-orang itu memang tidak menyerangku, tapi bukan berarti aku menyelamatkanmu! Aku… aku hanya tidak ingin pulang ke rumah dengan kesalahpahamanmu padaku! Hanya itu…” ucap Kucabara, mengelak.

“Aku lihat kau sangat benci terhadap iblis, dan aku juga sama!!” ucap Kucabara.
“Apa… apa yang kukatakan?!” pikir Kucabara. Kata hari dengan apa yang Ia ucapkan berbeda.
“Kau adalah orang yang menyusahkanku dengan men-summonku kesini!! Jangan salah menilaiku, ya?! Aku hanya ingin menghapuskan kesalahpahaman itu demi harga diriku!!”
“He-hentikan!!” batin Kucabara.
“Itulah alasan mengapa aku tidak tertarik padamu sedikitpun!” ucap Kucabara yang akhirnya mendapat sebuah tendangan mematikan dari Idamaria. Ia sudah membuat gadis itu kecewa.

“Sungguh bodoh aku mau mendengarkanmu!!” ucap Idamaria. “Sial… aku benar-benar akan membunuhmu, Kucabara!!”

JRAAAASSS!! Idamaria menebaskan pedangnya. Bichiura datang tepat waktu dan menyelamatkan tuannya.
“Gotchaa!!! Kucabara, kenapa kau membuatnya marah?!” tanya Bichiura sambil melarikan tuannya.

“Tapi, Bichiura, aku benar-benar tidak tertarik padanya…” ucap Kucabara.

“Terserah, diamlah!”

Ketika Idamaria sedang mengejar Kucabara, dua iblis dengan mata yang dapat dilepas(?) menjebak Idamaria dan membuatnya terjerat rantai yang mereka pasang. Mereka menyangkutkan rantai itu di antara gedung-gedung dan membuat Idamaria tergantung dengan tangannya yang terikat rantai.

“Aku akan mengambil Dark Matter yang berharga itu… waktu bermain sudah berakhir.” Ucap si iblis utama. “Majulah, kalian berdua!” perintahnya pada dua iblis berkemampuan melepaskan mata itu. “Goooorrrghh!!” Iblis itu mengeluarkan sebuah pedang dari mulutnya.

“Bichiura!! Apa yang harus kita lakukan?!” tanya Kucabara melihat Idamaria diserang.

“Kembali!” sahur Bichiura. “Tidak ada alasan bagi kita untuk menolong perempuan itu! Selain itu, beberapa saat yang lalu tuan berkata tidak tertarik padanya!! Meninggalkannya sendirian adalah pilihan terbaik!!”

Kucabara jadi salah tingkah. Ia tidak bisa menarik apa yang sudah terlanjur Ia katakan. “Be-benar juga…” ucapnya pelan.

Sementara itu, pedang yang keluar dari mulut iblis itu melesat ke arah Idamaria yang tergantung di rantai.

BUG!! Tiba-tiba Kucabara dan Bichiura datang dan menendang pedang itu untuk membelokkan arah melesatnya. Begitu cepat mereka berubah pikiran.


“Hampir saja…” ucap Bichiura yang sudah mendarat bersama Kucabara. “O tidak!! Aku sudah menyelamatkannya!!” Bichiura baru sadar Ia menyelamatkan Idamaria dan sekarang melarikan diri dari si iblis yang mengejarnya.

“Arrrgghh!!” Kucabara ikut berlari.

“Tuan, untuk apa kau kembali menyelamatkannya?!” tanya Bichiura.

“Bukankah kau melakukannya juga?!”

“Itu karena aku akan merasa bersalah jika sampai arwah gadis itu muncul di samping tempat tidurku!!” sahut Bichiura mencari-cari alasan.

“Aku juga!!” sahut Kucabara.

BUAAARR!!
Iblis itu mengayunkan pedangnya ke arah Kucabara, namun meleset. Kucabara berbalik dan terjadi adu pedang di antara keduanya.

PRAAAAKKK!! Idamaria menghancurkan rantai-rantai yang mengikatnya.
“Tetaplah di belakang!!!” ucapnya. Ia sekarang berada di depan Kucabara dan melindunginya. Ia membuat iblis itu terpental. “Jangan salah paham…” ucap Idamaria. “Aku sudah tahu apa kemampuanmu, dan kau terlihat sudah memakainya secara berlebihan. Pakailah tanganmu untuk melindungi dirimu sendiri dan jangan  menghalangiku!”

Kucabara hanya terpaku mendengar kata-kata keren Idamaria. Tanpa Ia sadari, dua iblis dengan mata terlepas(?) datang menyerangnya dari belakang.
SRRRAAATT!! Idamaria menebas kedua iblis itu, meskipun meleset setidaknya Kucabara terselamatkan.

“Kau benar-benar menjadi penghalang kalau kau tetap disini!!” ucap Idamaria.

“GRRRR!!” Bichiura marah mendengar Idamaria mengolok-olok tuannya, namun Kucabara menahan anak buahnya.

“Dia sungguh menghayati perannya sebagai tokoh ketiga, aku benar-benar menjadi tokoh utama yang menyedihkan.” Ucap Kucabara.

“Hei kau pangeran iblis sialan!” ucap si iblis utama itu. “Meskipun kau tidak ada hubungannya, aku akan tetap mencincang kalian semua!!” ucap iblis itu. “Kalian ‘berdua’, gunakan ‘itu’!!!” perintahnya pada dua iblis bola mata itu.

Kedua iblis itu melepaskan bola mata mereka yang entah mengapa ada lebih dari empat. Bola mata-bola mata itu ditelan oleh si iblis utama hingga perutnya membuncit.

Si iblis itu lalu memuntahkan bola mata itu yang sudah berubah menjadi pedang. Ya, pedang. Pedang. Pedang itu sangat besar dan terlihat begitu kuat. Pedang itu melesat ke arah Idamaria, Kucabara dan Bichiura.

TRANGG!!! Idamaria menahan pedang itu dengan pedang tipis panjangya.

“Rasakan itu!!!” ucap si iblis itu. Pedang itu tiba-tiba meledak. Ya, pedang dari bola mata itu meledak. Meledak.

Idamaria yang berada sangat dekat dengan ledakan itu, pingsan di tempat. Sementara Kucabara dan Bichiura dapat menyelamatkan diri mereka.

“Gyihihihihi!! Aku mengisap dark matter dari perempuan ini, sekarang aku mampu memasuki level iblis tertinggi!!” ucap iblis itu.

“Arrghh!!” erang Kucabara.
“Tinggalkan saja perempuan itu! Kondisi saat ini sangat berbahaya!! Kita tidak perlu bertarung untuknya!!” ucap Bichiura yang melihat ekspresi Kucabara yang terlihat campur aduk antara khawatir, marah, dan takut kalau terjadi sesuatu dengan Idamaria.

“Kau memperoleh ini setelah pertarunganmu yang terakhir dengan Sugal…” ucap Ellimona waktu itu pada Kucabara. Ia memberikan sebuah kartu litmus kepada Kucabara. “Devil Litmus Card dengan kemampuan yang berbeda…”

“Jika kau menggunakan kartu ini, maka kekuatan memperbesa A X A = A2 akan muncul.”
Ucap Ellimona menjelaskan kekuatan kartu dari dark matter Sugal itu. “Singkatnya, kartu ini akan memperbesar dark mattermu.”

He?” Kucabara bingung dengan penjelasan Ellimona.

“Sederhananya,” ucap Ellimona waktu itu. “Jika kau menggunakan kartu ini dan mampu bertahan dari alunan music yang menyakitkan selama 3 detik, kau akan mampu mewujudkan kekuatan seperti yang aku katakan tadi.”

“He, benarkah? Kalau begitu artinya aku juga dapat berubah ke wujud asliku?” tanya Kucabara.

“Jika… kau mencoba hal yang tidak mungkin…” ucap Ellimona. “Karena, sihir membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin… salah satu harus membayar untuk menghasilkan sesuatu yang lainnya.” Ucap Idamaria. “Apa kau mengerti, Kucabara? Kartu ini… datang bersama beberapa kadar kesakitan…” ucap Ellimona. “Rasa sakit yang akan membuat menderita dan menyesal telah menggunakan kartu ini… kesakitan yang begitu hebat…. Itulah mengapa…

Aku pikir sebaiknya kau tidak pernah menggunakan kartu ini, apapun yang terjadi!!”

Kucabara berlari ke arah Idamaria, disisi yang lain si iblis utama juga datang ke arah Idamaria dengan pedang di tangannya.

“Bahkan jika… aku hanya bertemu denganmu beberapa saat…” Kucabara tiba-tiba teringat ketika Idamaria mentraktirnya hamburger… bagaimana gadis itu tersenyum… “Aku tidak peduli apapun konsekuensinya!!”

Devil Litmus Card: AxA=A2!!!!

Kucabara berubah menjadi wujud aslinya, Ia maju dan menebas si iblis itu. Kali ini tepat. Bersamaan dengan itu, mata Idamaria terbuka dan Ia melihat sosok asli Kucabara. Iblis yang dicincang Kucabara sekarang hanya tinggal dagng dengan limpahan darah.

“Setelah ini… apa kau masih akan menyebutku pengganggu?” Kucabara menoleh ke belakang, ke arah Idamaria yang masih menatapnya dengan tatapan terkejut dan bingung.

Mayat iblis utama itupun dibawa pergi oleh dua iblis bola mata. Keadaan mulai tenang dan Kucabara mulai berubah ke wujud manusianya.

“ARRRRGHH!!! ARRRGHHH!!” Kucabara tiba-tiba ambruk. Ia memegang lehernya yang sepertinya sangat kesakitan. Bichiura mendekati tuannya yang nampak sangat tersiksa.

“Apa kau baik-baik saja, tuan?!” tanya Bichiura. “Inilah mengapa Ellimona berkata padamu untuk tidak menggunakan kartu itu!! Jika kau sudah tahu akibatnya, kenapa kau masih menggunakannya?!”

“ARRRRGHH!!!” Kucabara terlihat sangat kesakitan. Idamaria terpaku meihat itu. Tentu saja ini pertama kali baginya seorang iblis rela kesakitan seperti itu demi menyelamatkan manusia.

“TUAAAN!!!”

“A-ARRGHHH!!!”






Kucabara duduk di sebuah bangku di taman, Ia terlihat sudah baikan meski masih nampak pucat.

“Apakah rasa sakitnya sudah berhenti?” tanya Idamaria. “Kau bertindak terlalu gegabah, bodoh. Mulai dari sekarang… jangan pernah lagi… muncul di hadapanku.”

Idamaria berjalan pergi.
“Um… bolehkah aku bertanya satu hal?” tanya Kucabara. “Siapa namamu?”

Idamaria berbalik. “Idamaria.” Ia kemudian berjalan pergi.

“Su-suatu hari nanti…” ucap Kucabara. “Mari kita bertemu lagi!”

Idamaria terkejut mendengarnya. Namun Ia tak ingin menunjukkan ekspresinya dan terus berjalan.

“Terima kasih untuk hamburgernya!” ucap Kucabara. “Sampai jumpa lagi, Idamaria!!”

Idamaria terus berjalan. Diam-diam Ia tersenyum.


Mari bertemu lagi, Kucabara… Iblis yang aneh…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar