Sebelumnya: Hobby * Hobby chapter 1
Hobby * Hobby
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Kazu
menjawab…”Karena kau mengabaikanku, aku kesepian, tahu!” begitu aku
mengungkapkan isi hatiku….
“Ya.” Kazu
bergumam lembut. Tangan Kazu yang menggenggam terasa hangat sekali. Aku jadi
sadar jika kegelapan pekat yang ada di hadapanku sebelumnya…ternyata memiliki
langit yang dipenuhi bintang…
Sejak saat
itu… Kazu dan aku melakukan kencan biasa setiap minggunya… sebenarnya aku
merasa senang dan bahagia, tapi…tapi… makanya berikutnya giliranku, ya!
“Mina!” sapa
Kazu di sekolah ketika jam makan siang. “Hari Minggu besok, apa ada tempat yang
mau kau datangi?” Kazu tersenyum lembut. “Kau mau kemana?”
Mina
tersenyum jail.
“Eh? Apa?”
tanya Kazu bingung.
“Radio
control…..” Mina menatap Kazu, “mau pergi sama-sama?”
“Eh….” Kazu
tidak yakin dengan yang dikatakan kekasihnya itu, “boleh?”
“…” Kazu
terdiam sesaat. “…sejujurnya, aku nggak berpikir untuk berhenti bermain radio
control. Bagiku itu hobi yang paling menyenangkan saat ini…dengan kata lain…”
Kazu memasang wajah puppy eyes. “…aku nggak bisa berhenti, maaf.”
“Hahaha, aku
tahu, kok!” Mina tersenyum. “..nggak bisa berhenti, ya…habis di rumah ada orang
yang mirip Kazu…singkatnya, aku paham betul perasaanmu.”
“Ryuichi.”
Tebak Kazu.
“Selain itu…”
lanjut Mina. “Aku juga nggak mau kalau disuruh berhenti memotret!”
“Aku…” Kazu
mendekati wajah kekasihnya itu.
“Ng?”
Cup!
Wajah Kazu
memerah, dan Ia melanjutkan kata-katanya, “…suka sifat Mina yang seperti itu.”
Wajah Mina tidak kalah merah. “Tapi kalau ada hal yang nggak disukai lagi,
bilang padaku, ya!?”
“Ya!”
…
…
Di tempat
radio control, Mina memotret-motret pemandangan sekitar. Kebetulan Ia melihat
sebuah bunga sebagai objek potret yang menarik.
“Rupanya ada
bunga yang mekar di musim dingin, bunga
apa, ya?” pikir Mina. “Ternyata aku bersyukur datang kemari hari ini… berada di
tempat dan waktu yang sama…tapi kami melakukan hal yang berbeda dan menikmati
kesibukan masing-masing…aku baru tahu ternyata ada cara untuk melaluinya
seperti ini…”
Mina
memandang ke arah Kazu, “Ini mungkin berkat Kazu…” pikirnya. Kazu yang
mengetahui dirinya diperhatikan, segera memasang gaya ‘peace’ dan berkata,
“Foto aku, dong!”
“Nggak mau!”
sahut Mina tersenyum. ‘Aku sudah tahu… kalau Kazu… benar-benar memikirkanku.’
Pertandingan
radio control dimulai, sementara Mina asyik dengan kameranya di antara desiran
rumput.
“Kau memotret
secara otomatis, ya?” tanya seseorang dibelakang Mina. Mina berbalik dan
melihat seorang cowok tampan tersenyum padanya. Cowok itu berkata lagi, “Aku
juga suka foto.”
“Eh?” tanpa
sadar Mina menjepret cowok itu. Setiap ada hal-hal yang indah pasti langsung
dijepret… “Maaf, kau cantik sekali.. tanpa sadar…” ucap Mina menyadari
kelakuannya.
“Ah, aku
mengerti.” Cowok itu tersenyum. “Nggak apa-apa, jangan dipikirkan. Aku senang
dibilang cantik, kok.”
“Eh!? Oh
begitu!?”
Lama-kelamaan
mereka menjadi akrab dan berjalan bersama di antara ladang dan sawah yang luas
itu, sambil berbincang-bincang.
“Oh, jadi
Mina masih pemula?” tanya cowok itu.
“Ya. Makanya
aku masih sulit memotret secara manual..” Mina menggaruk-garuk pipinya yang
tidak gatal.
“Tapi kalau
mencobanya, mungkin kau akan segera hafal…” cowok itu menatap Mina.
“ngomong-ngomong… Mina sering kesini?”
“Ya, setiap
hari minggu.” Sahut Mina. ‘Kalau Kazu kesini saja…’
“Oh, kalau
kita bertemu lagi nanti…” cowok itu beranjak pergi. “aku akan mengajarimu hal
yang kuketahui.”
“Eh!?
Benarkah!?”
“Iya.”
…
…
“Begitu
ceritanya.” Ucap Mina mengakhiri ceritanya. “Nama cowok itu Hatori Hayama.
Umurnya sebaya dengan kita meski beda SMA.orangnya ganteng sekali! Lalu dia
suka memotret radio control. Kalau dia benar-benar mengajariku tentang kamera…”
Mina mendekat ke Kazu, si pendengar cerita. “…apakah aku bisa memotret foto
yang lebih bagus lagi?”
“Haha… Mina
benar-benar suka foto, ya? Manis, deh!” Kazu tertawa.
“Eh? Iya! Aku
suka!”
“Begitu? Tapi
syukurlah… kau bisa bertemu dengan orang yang memiliki hobi sama.” Senyum Kazu
kali ini terlihat tidak tulus. “Lain kali perlihatkan foto hasil jepretanmu,
ya!?”
“Boleh. Ah,
tapi kalau sudah mengalami peningkatan, ya!?”
Sejak saat
itu, kencanhari Minggu kami selalu di sirkuit. Selain menghabiskan waktu
bersama Kazu, akupun diajari memotret oleh Hayama. Bagiku… itu hari yang sangat
sempurna.
“Kazu, pulang
bareng yuk!” ajak Mina. “Hari Minggu kita ke sirkuit lagi, yuk!”
“Eh? Lagi!?”
“Ya! Habis
menyenangkan, sih…” ucap Mina. ‘Aku bisa
belajar memotret, dan… bisa bersama Kazu.’
“Hng… aku sih
nggak masalah…” ucap Kazu. Namun ekspresinya berbeda dengan apa yang dia
katakan. Ada mata penuh tanda tanya di wajahnya.
…
…
“Mina!”
Panggil Kazu ketika di sirkuit. Matanya mencari-cari letak kekasihnya. Ketika
Ia berhasil menemukan Mina, ternyata Mina sedang bersama Hayama. Begitu dekat.
Entah kenapa hal itu membuat Kazu sedikit murka.
“Kenapa aku
jadi kesal begini?” ucap Kazu pada dirinya sendiri. Akhirnya Ia memutuskan
untuk mendekat Mina, “Minaaaaa!!!!”
“Eh?” Gyuut…
Kazu memeluk Mina di depan Hayama. “Eh? Eh? Kau kenapa, Kazu!?”
“Aku cuma…
ingin seperti ini sebentar….”
Kazu melepas
pelukannya. “Kazu?”
“Maaf
mengganggu. Sampai nanti, ya!”
Meskipun
tidak mengerti dengan tingkah aneh kekasihnya itu, Mina tersenyum. “Hehehe! Ya!
Kazu juga berjuang, ya!”
Ketika Kazu
berbalik pergi, matanya dan mata Hayama saling pandang, penuh dengan
persaingan.
“Nggak
apa-apa membiarkan pacarmu sendiri?” tanya Hayama ketika Kazu sudah cukup jauh.
“Eh? Iya.
Kami saling menghormati hobi masing-masing, jadi nggak apa-apa kok.” Sahut
Mina.
“Hm, baguslah
kalau begitu.” Hayama yang menatap tempat perginya Kazu, berganti menatap Mina.
“Meskipun begitu, Mina….” Hayama tersenyum. “Memperjuangkan cinta dan hobi itu
hak yang manis, lho! Aku suka sama cewek seperti itu.”
“Eh?
Ng-nggak, kok. Aku cuma berusaha semampuku! Ahahaha…”
“Segalanya
berjalan lancer dan sempurna. Kau nggak peka, ya!?”
“?” Mina
bingung dengan perkataaan Hayama.
“Hahaha,
sudahlah, lupakan saja.”
Tanpa mereka
berdua sadari, Kazu masih disana, bersembunyi diantara dinding yang menutupi
dirinya, dan mendengar semua percakapan
itu.
“Ukh…” wajah
Kazu memerah kesal. “Apa-apaan perasaanku ini?”
“Eh?” Mina
terkejut. “Kazu, barusan kamu bilang apa?”
“Makanya…
Mina… nggak usah datang ke sirkuit lagi!” ucap Kazu.
“Eh? Kenapa?”
tanya Mina. ‘Lho? Suasana hati Kazu tidak biasanya buruk begini…bagaimana nih?
Apakah aku… secara tidak sadar telah melakukan hal yang membuat Kazu marah!?’
pikir Mina. Karena tidak sabar, Ia akhirnya bertanya lagi. “Kazu, kasih tahu
alasannya, dong! Dengan begitu, aku…”
“Aku berusaha
merakit radio control, tapi kalau ada Mina…aku jadi nggak bisa konsentrasi.
Nggak menyenangkan!” potong Kazu. Setelah mengatakan itu, Kazu pergi
meninggalkan Mina.
…
…
Minggu.
Sejak kapan…
Kazu berpikiran seperti itu? Pada akhirnya… mungkin cuma aku saja yang merasa
senang bisa berada bersama-sama…
“Woi, temani
ayah sebentar!” ucap Ryuichi membangunkan Mina yang tidak tidur(?).
“Eh? Tunggu…
aku nggak bisa ke sirkuit!”
“Kalian lagi
berantem, ya?” tanya Ryuichi. “Makanya… bukankah sebaiknya dibicarakan
baik-baik daripada murung terus di rumah?”
“Ayah benar.”
Pikir Mina. “Aku tidak yakin bisa membicarakan masalah ini baik-baik dengan
Kazu…”
…
…
Sementara
Kazu, di sirkuit nampak selalu kesal. “Percuma! Hari ini aku nggak bisa merakit
mobil!” geramnya.
“Mana Mina?”
tanya seseorang. Kazu menoleh, dan ternyata itu Hayama. “Kalian berantem
gara-gara aku, ya?” tebaknya.
“Huh!?” Kazu jadi
tambah kesal. ‘Orang ini benar-benar menyebalkan!’
“Yah… apa
boleh buat kalau kau merasa kesal…” Hayama memasang tampang evil smirk di wajah
tampannya. “Sebab… aku pun menyukai Mina.”
“Oh begitu?
Akhirnya aku mengerti sebab kekesalanku ini!” setelah mengatakan itu, Kazu
berlari pergi.
“Hei,
pembicaraan kita belum selesai!”
“Lanjutkan
lain kali!” sahut Kazu. “Daripada berdebat denganmu sekarang… ada ha penting
yang harus kulakukan!” di tempat parkir Kazu melihat Mina yang baru saja keluar
dari mobil ayahnya. Tanpa pikir panjang Kazu langsung memeluk Mina.
“Eh?
Ka-Kazu!?” wajah Mina seketika memerah. ‘Lho? Bukankah dia sedang marah?’
“Maaf, Mina!”
ucap Kazu. “Ini bukan salah Mina… tapi aku malah menyalahkanmu… sifatku
benar-benar bodoh dan buruk. Aku kesal karena…” Kazu melepas pelukannya dan
langsung menatap Mina, “…Aku cemburu!”
“Mina
akhir-akhir ini sama ‘orang itu’ terus, kan?” tanya Kazu.
“Ya.” Mina
menanggapi.
“Tapi
kelihatannya aku nggak senang akan hal itu. Maaf!”
“Ya…”
“Kalian
berdua baikan?” tanya Hayama yang tiba-tiba datang. “Jadi, nggak ada kesempatan
bagiku untuk masuk?”
“Hayama?!”
ucap Mina.
“Benar!
Makanya kau mundur saja dengan tenang!” perintah Kazu. “Dan tolong memotret
dengan tenang juga, ya?”
Mina
merasakan sesuatu yang aneh ketika kedua cowok itu menghimpit dirinya. “Lho?
Eh? Kenapa keadaannya jadi panas begini? Perang muncul kembali, eh?” pikirnya.
“Ngomong-ngomong
kau nggak jago bermain radio control, kan?” tanya Hayama. ß terlihat ketika bermain dengan
Ryuichi, Kazu selalu kalah. “Kalau begitu, bagaimana kalau kita tanding radio
control? Soalnya aku membencimu, tahu!” tantang Hayama.
“Apaaa? Aku
juga membencimu! Boleh! Jangan meremehkan radio control!” Kazu menjawab
tantangan itu.
“Sebagai
gantinya, kalau aku menang…” Hayama tersenyum. “Kau harus putus dengan Mina!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar