Smile
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Author: Dhwati Esti Widhayang
Disini
playgroup Nobi Nobi yang di kelola oleh kedua orang tuaku…kami masih kelabakan
karena tempat ini baru saja dibuka. Aku yang sangat menyukai anak-anak juga
ikut membantu mengurus mereka. Tapi entah kenapa…. Tidak ada satu anak pun yang
mendekatiku. Biar penampilanku seperti ini (suram, seperti pembunuh saja XD)
tapi aku menyukai anak-anak, lho!
“Aku hanya
mengambilkan mainan yang terjatuh, tapi…mereka malah menangis histeris begitu!”
memang benar, perempuan itu hanya mengambilkan mainan yang terjatuh. Tapi
ekspresi suramnya lah yang membuatnya terlihat menakutkan. Tanpa senyum sama
sekali! “Aku kan berbuat baik! Mungkin mereka takut padaku?”
Bukan mungkin,
tapi memang takut.
Shiina
Koyuki, 1 SMA. Hari-hariku dipenuhi penderitaan seperti ini.
Shiina duduk di bangku taman, hanya dapat menyaksikan pengurus anak-anak lainnya bermain dengan anak-anak dengan ceria.
Shiina duduk di bangku taman, hanya dapat menyaksikan pengurus anak-anak lainnya bermain dengan anak-anak dengan ceria.
“Enaknya… aku juga mau main dengan mereka…” pikir Shiina. “Apa yang harus kulakukan agar mereka nggak takut padaku? Kalau begini, bukannya membantu malah jadi merepotkan semua orang. Aku ingin sekali membantu walau hanya sedikit saja.”
“Kyaaaaaa”
terdengar suara teriakan anak-anak. Anak-anak itu berkumpul mengerumuni
seseorang.
“Ada apa?”
pikir Shiina bertanya-tanya.
“Kalian semua
minggir, dong! Isi tasku yang jatuh pada berantakan, nih!” ucap seorang cowok
yang digerumuni anak-anak.
“Kubantu
memungutnya, ya!” ucap seorang anak.
”Iya, iya!
Thanks” ucap cowok itu.
“Ini juga”
ucap anak lainnya.
“Hebat.”
Pikir Shiina yang melihat dari jauh. “Orang itu… sangat disukai anak-anak!!
Padahal dia hanya kebetulan lewat” Shiina mendekat ke cowok itu dan bertanya,
“Bagaimana
caranya agar bisa disukai anak-anak seperti itu?” tanyanya. “Apa rahasianya?”
“Eh?” cowok
itu berpikir, “Orang ini cuma bertanya tapi tampangnya serius sekali.”
Anak-anak yang melihat kedatangan Shiina langsung menjauh sejauh-jauhnya.
“Jangan-jangan… kamu dibenci anak-anak, ya? Padahal guru playgroup, kan?”
“Iya.” Sahut
Shiina murung.
“Hee.. aku
iri.” Ucap cowok itu.
“Eh?”
“Aku benci
anak-anak.” Ucap cowok itu dengan senyum ceria. “Tapi mereka mendekatiku begitu
saja, sunggu menyebalkan!” Ia tersenyum-tak-berdosa. “Ah, maaf! Aku nggak tahu
caranya agar disukai anak-anak.”
‘Hah? Apa?
Orang ini… ngomong sambil senyum-senyum? Aku nggak ngerti, tapi….’ Pikir
Shiina. ‘Dia membuatku sangat marah!’
Esok harinya,
ketika sedang mencuci, Shiina Nampak begitu ganas. Ia bahkan membuat beberapa
anak jadi menangis karena keganasannya.
‘Kenapa aku
jadi kesal begini? Dan tidak bisa berhenti memikirkan orang itu!’ pikir Shiina.
Ia shock berat sampai tidak berhenti memikirkan cowok itu karena sikap dan
masalah yang sangat berlawanan. ‘Sebal! Sebal!’
Anak-anak
menangis sejadi-jadinya.
‘Kekesalanku
bisa dirasakan oleh mereka… sehingga mereka lebih takut daripada biasanya!?’
pikir Shiina. ‘aku tidak boleh begini.. aku harus melupakannya,
lupakan…lupakan…seperti biasa… jadi seperti biasa…’ jreeeeng, dan ekspresi
Shiina pun kembali ke ekspresi monotonnya yang biasa.
Tiba-tiba,
cowok itu datang ke playgroup itu. “Baru saja ingin kulupakan… malah muncul
dihadapanku!?” pikir Shiina.
Tatapan
mereka bertemu, dan cowok itu langsung bertanya, “Lho? Kamu yang kemarin…. Yang
dibenci anak-anak?” nusukkkk!!! xD
‘Dia sengaja
berkata seperti itu… sungguh menyebalkan!’ pikir Shiina sebelum akhirnya
berkata, “Orang yang benci anak-anak, ada perlu apa datang kemari?”
“Ah, itu….”
“Lho, Haru?”
Tanya seorang pengurus. “Shizuku! Kakakmu datang menjemput!” pengurus itu
memanggil seorang anak perempuan.
“Iya.” Sahut
anak yang bernama Shizuku.
‘Shizuku…
kalau tidak salah, baru hari ini masuk kemari… iya, nggak salah lagi!’ pikir
Shiina. ‘Dia datang menjemput, ya? Diluar dugaan! Apalagi kalau dilihat dari
seragamnya… itu seragam perguruan tinggi yang ternama dan terkenal di kota
sebelah.’ Shiina memperhatikan seragam cowok itu, Haru. ‘Kudengar mahasiswa
disana sibuk ngajar bimbel dan jadi guru privat, tapi dia malah menjemput
adiknya? Aneh… mungkin cuma hari ini bertugas menggantikan orang tuanya.”
Tapi…
Keesokan
harinya.
“Selamat malam!” ucap Haru. “Aku datang menjemput adikku.”
“Selamat malam!” ucap Haru. “Aku datang menjemput adikku.”
“Lagi?” pikir
Shiina.
Keesokan
harinya… dan keesokan harinya lagi... Haru selalu menjemput adiknya setiap
hari. Seminggu kemudian…
“Ternyata
rajin menjaga adiknya, ya…” ucap Shiina. “Orang yang benci anak-anak…” padahal
jelas-jelas disebelahnya ada Haru.
“Kau…” ucap
Haru. “Menyindirku, ya?”
“Bukan,
menurutku itu hal yang hebat. Aku bermaksud memujimu.” Namun dari ekspresi
Shiina tidak ada tanda-tanda niat memuji.
“Ah, aku
mengerti…” ucap Haru. Ia mencubit kedua pipi Shiina dan membuat dengan paksa
sebentang senyuman di wajah gadis itu. “Kau dibenci anak-anak karena nggak
senyum, tahu!”
“A…a…apa?”
wajah Shiina memerah. ‘Dekat sekali… tangannya…’
“Shiina susah
mengekspresikan perasaan, ya?” Tanya Haru polos. “Hehe, gimana kalau kau coba
senyum?” ucap Haru dengan senyum cerianya.
Namun Shiina
malah melepas kedua tangan Haru. “Aku nggak bisa sepertimu yang selalu
cengar-cengir!” Ia berbalik dan pergi. ‘Kenapa Haru mendadak berbuat hal itu!?’
pikirnya. ‘Tapi…”Kau dibenci anak-anak karena nggak senyum, tahu!” benarkah
begitu?’
“Hm,” Shiina
menghadap ke anak-anak, kemudian tersenyum lebar. Bukannya terlihat manis,
senyuman-yang-dipaksakannya itu justru semakin mirip pembunuh. Anak-anak malah
jadi menangis.
“Ternyata kau
penurut, ya?” ucap Haru tersenyum kecil.
‘Haru…
padahal dia yang menyuruhku senyum.. orang aneh!’ pikir Shiina.
“Akh! Itu
Haru!” “Haru siapa?” “Kakaknya Shizuku!” “Kak Haru!” teriak anak-anak ketika
melihat Haru berjalan melewati taman tempat mereka bermain.
“Glek! Anak
playgroup Nobi Nobi!?” pikir Haru yang melihat segerombolan anak menyerbu ke
arahnya. “Uwaaaa~ jangan mendekat!!” teriakan Haru terdengar oleh Shiina.
“Haru…?”
pikir Shiina.
“Kalau tahu
kalian sedang jalan-jalan disini, aku nggak akan lewat sini.” Ucap Haru.
“Haru jahat!”
“Wahahahaha, Haru jahat!” ucap anak-anak dengan polosnya tanpa merasa
benar-benar dijahati. “Haru, main yuk!”
“Nggak bisa,
aku sibuk belajar. Nggak seperti kalian.” Ucap Haru dengan senyumnya yang
memikat. “Dan asal kalian tahu, aku benci anak-anak!”
“Eh? Tapi aku
suka Haru!” “Aku juga!” “Aku juga!”
“Senyumnya
mematikan seperti biasa.” Pikir Shiina. “Meski ngomong begitu, dia tetap
disukai. Hebat…” Shiina jadi melamun. “Mungkin dia orang yang baik. Anak-anak
pun tahu akan hal itu. Makanya, mereka mengerubunginya…enaknya… disukai
anak-anak…Haru bertolak belakang denganku…”
“Sebenarnya
Shiina menyukai anak-anak, ya?” Tanya Haru yang tiba-tiba sudah ada disamping
Shiina.
‘Haru!? Sejak
kapan…?’ lamunan Shiina pun buyar.
“Padahal kau
dijauhi anak-anak…” ucap Haru menggaruk-garuk dagunya. “tapi tetap membantu di
playgoup itu… hebat!!”
“ ‘Padahal
kau dijauhi anak-anak’ bagaimana sebaiknya menanggapinya, ya?” pikir Shiina.
“Apa dia mengejekku?”
“Shiina susah
ditebak, sih. Makanya anak-anak bersikap waspada terhadapmu.” Haru tersenyum.
“Lama-lama mereka pasti bisa memahamimu. Pasti!”
Aku selalu…
tidak tahu apa yang salah pada diriku. Apapun yang kulakukan selalu percuma.
Anak-anak menagis ketakutan setiap melihatku. Mereka tidak mau mendekatiku. Aku
merasa tidak berguna. Aku selalu berpikiran begitu. Tapi… Haru benar. Kata-kata
Haru membuaku senang. Sangat senang…
Shiina
tersenyum. “Terima Kasih.”
Sepertinya
hatiku yang beku menjadi cair…
“….” Haru
tidak dapat berkata apa-apa. Wajahnya memerah. Anak-anakpun terdiam.
“Ibu Koyuki…”
ucap Shizuku.
Jantung
Shiina berdebar. Baru kali ini disapa anak-anak! “Ada apa, Shizuku?”
“Senyum…”
ucap Shizuku.
“Eh?”
“Barusan ibu
tersenyum!” ucap Shizuku. “Manis sekali! Kakak juga berpikiran seperti itu,
kan?” Tanya Shizuku ke Haru.
“Eh..” Haru
menatap Shiina, dan tersenyum. “Iya… manis.”
Aneh… hanya
dengan satu kata dari Haru, hatiku serasa melayang…ini artinya…
“Ibu!” “Ibu
Koyuki!” ‘Ini… untuk ibu!!” anak-anak memberikan permen, bungan, dan apapun
yang bisa mereka berikan untuk Shiina.
“Eh,
untukku?” Tanya Shiina.
“Aku tidak tahu kenapa, tapi belakangan ini aku jadi sering bicara dengan anak-anak.” Shiina bercerita ke temannya.
“Aku tidak tahu kenapa, tapi belakangan ini aku jadi sering bicara dengan anak-anak.” Shiina bercerita ke temannya.
“Mungkin
karena… ekspresi Koyuki menjadi lembut.” Ucap temannya.
“Ekspresiku…lembut?”
Tanya Shiina dengan ekspresi datar. “Masa sih?”
“Nggak,
sekarang sih beda dengan yang tadi.” Ucap temannya. “Tapi berubah, kok. Sedikit
demi sedikit.”
“Suara ini…”
pikir Shiina ketika mendengar ada yang datang. “…Haru…”
“Terutama,
saat ada Haru <3” pikir temannya. Karena wajah Shiina langsung memerah.
“Ibu Koyuki!”
panggil anak-anak yang juga memperhatikan ekspresi Shiina. “Ibu suka sama kak
Haru, ya!?”
“Eh? A-apa?”
“Habis… kalau
kak Haru datang.. ibu Koyuki kelihatannya bahagia…” ucap anak-anak.
“Ma..masa?!”
wajah Shiina memerah. “Sepertinya..nggak begitu, deh.”
“Eh, ada
apa?” anak yang lain nimbrung. “Ibu Koyuki suka pada Haru!” “Benarkah?”
“Bohong!” “Kyaaa”
“Eh,
tunggu!!” ucap Shiina. “Orangnya disini, kalau kalian ribut…”
Seorang anak
berlari ke arah Haru menyampaikan kabar itu. “Haru… Ibu Koyuki…ternyata….”
Jangan..
hentikan! Hentikan! Aku malu!! “BUKAN!!!” teriak Shiina. “AKU NGGAK SUKA PADA
HARU!!!”
DEG. SHIINGG.
Tiba-tiba hening. Tidak ada yang bicara. Lalu,
“Hu..
Huweeeee” anak-anak menangis. “Huwaaaaa”
“Wah, wah, jangan takut” pengurus lain menenangkan anak-anak. “Cup cup”
“Wah, wah, jangan takut” pengurus lain menenangkan anak-anak. “Cup cup”
Ah.. apa yang
kulakukan…?
“Jangan
bercanda seperti itu ke anak-anak, dong” ucap Haru dengan senyum yang kali ini
nampak dipaksakan.
Bercanda?
Bukan, aku tidak bercanda… tapi aku bukan cuma berbohong karena malu, bahkan
sampai teriak ke anak-anak… aku serius. Padahal perlahan-lahan aku bisa
berubah…semuanya…berkat Haru….
Kaki Shiina
jadi lemas dan Ia terduduk. “Semuanya, maafkan aku…!” Shiina meneteskan air
mata. “Aku sudah keras kepala… sebenarnya…sebenarnya…aku menyukai Haru.”
Seorang anak menepuk dahi Shiina. “Tapi…tapi…”
“Jangan
nangis, bu!” “Ibu nggak apa-apa?’ “Kami juga minta maaf.” Ucap anak-anak itu.
“Sudah nggak
apa-apa, kan, Shiina?” Haru menarik tangan Shiina.
“Eh?”
“Pada
dasarnya, kalau kau menyangkal seperti itu…justru artinya kau ingin bilang
suka, kan?” ucap Haru dengan senyum mematikan.
“Langsung
berkata seperti itu dengan wajah tersenyum…” pikir Shiina. Wajahnya memerah
lagi.
“Tapi… kalau
Shiina berkata seperti itu..” Haru menarik Shiina hingga mengecup pipinya.
“Menurutku malah manis sekali.”
Aku yang
tidak pandai senyum ini…menyukai pria bermulut kasar yang memiliki senyum
indah. Aku sangat lemah terhadap senyumannya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar