“Um…” gadis itu mencoba-coba
membuat parfait yang dia sendiri tidak tahu cara membuatnya.
“Ada apa?” tanya Ikki yang curiga dengan gerak-gerik gadis itu. “Jangan bilang kau lupa bagaimana cara membuatnya.” Ikki mendekati gadis itu.
“Sial, aku rasa dia curiga!!” ucap Orion.
“Um, aku…”
“Ada apa?” tanya Ikki yang curiga dengan gerak-gerik gadis itu. “Jangan bilang kau lupa bagaimana cara membuatnya.” Ikki mendekati gadis itu.
“Sial, aku rasa dia curiga!!” ucap Orion.
“Um, aku…”
Amnesia
Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Ternyata Ikki mengambil sebuah kotak dibawah di dekat gadis itu,
“Tuangkan flakes ke dalam gelas…” ucapnya. “Kemudian tuangkan krim diatasnya.
Lalu susun buah dan ditambahkan es krim. Dan cokelat di atasnya…” ternyata Ikki
memberitahu gadis itu cara membuat parfait. “…Nah, selesai.”Teks Version by esti-widhayang.blogspot.com
Karena jarak yang terlalu
dekat antara dia dan Ikki, tiba-tiba wajah gadis itu memerah, dan Ia merasakan
sesuatu ang aneh.
“Apa itu?” pikir gadis itu.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Ikki mendekati gadis itu. Karena panik, gadis itu berusaha menghindar dan malah menjatuhkan sebuah gelas. Ketika Ia hendak membersihkan gelas yang pecah itu, jari tangannya terluka.
“Ayo ikut aku…” Ikki memegang tangan gadis itu dan mengajaknya untuk mengobati tangannya. Di salah satu meja café, terlihat lagi beberapa perempuan yang mengenakan topi misterius memperhatikan gadis itu dan Ikki. “Kesini…”
“Apa itu?” pikir gadis itu.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Ikki mendekati gadis itu. Karena panik, gadis itu berusaha menghindar dan malah menjatuhkan sebuah gelas. Ketika Ia hendak membersihkan gelas yang pecah itu, jari tangannya terluka.
“Ayo ikut aku…” Ikki memegang tangan gadis itu dan mengajaknya untuk mengobati tangannya. Di salah satu meja café, terlihat lagi beberapa perempuan yang mengenakan topi misterius memperhatikan gadis itu dan Ikki. “Kesini…”
“Y-ya.”
Ikki kembali menatap gadis itu dengan tatapan aneh, “Apa ini masih belum mempan?” tanyanya.
“Eh?”
“Dia menatapmu lagi…” ucap Orion. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan seseorang berambut agak kecoklatan masuk.
“Yo, Ken.” Sapa Ikki pada laki-laki berambut agak coklat itu.
“Selamat pagi.” Sapa orang berambut agak kecoklatan bernama Ken itu.
“Selamat pagi.” Balas gadis itu.
“Aku akan kembali bekerja,… apa ada yang keberatan?” ucap Ikki.
“Ya, terima kasih.” Ucap gadis itu.
“Sampai jumpa.” Ikki mengedipkan matanya.
Karena tangannya terluka,
akhirnya pekerjaan gadis itu untuk menaruh barang berat digantikan oleh
laki-laki bernama Ken itu.
“Maaf telah merepotkan.” Ucap gadis itu.
“Kau orang yang sudah terkena efek pauli itu, ya?” tanya Ken.
“Pau…?”
“Efek Pauli.” Ucap Ken. “Teori kejiwaan dari Wolfgang Pauli tentang kecerobohan saat memegang peralatan. Orang yang terkena efek itu, akan merusak peralatan yang ada di dekatnya hanya dengan menyentuhnya.” Ucapnya dengan dingin. “Karena dia sering merusak benda, teman-temannya meninggalkannya, dan menuduhnya jika dia memiliki kekuatan misterius. Itulah asal muasal dari efek Pauli. Dengan kata lain, kau ceroboh seperti Pauli.”
“Jahat!” ucap Orion. “Tega sekali dia…”
“Selain itu, bekerja dengan jari yang terluka bisa menyebabkan infeksi bakteri.” Lanjutnya. “Mungkin sebaiknya hari ini kau pulang ke rumah saja.”
“Itu… itu…”
Orion mendekat dan berbisik, “Kau masih ingin mencari ingatanmu, kan? Buatlah alasan untuk tetap tinggal.”
“Um… uh… ini bukan cedera yang parah dan aku masih ingin bekerja… ya, dan semalam aku sudah beristirahat meskipun aku masih merasa kaku, jadi aku harus membiasakannya, jadi… um, aku sudah membuatmu tidak nyaman, ya? Jadi aku akan…”
“Maaf.” Ucap Ken sambil menaikkan kacamatanya. “Bisa menjelaskannya dengan lebih jelas?”
“Eh?... jika bisa, aku tidak ingin pulang se-awal ini.” Ucap gadis itu, namun Ken hanya diam. Lama. ‘apa aku membuatya marah…?’ pikir gadis itu was-was. ‘wajahnya begitu ekspresif, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan…’
“Um, kau tahu—“
“Aku mengerti.” Potong Ken. “Kau ingin menjadi lebih berkontribusi, kan? Baiklah, kami akan membantumu. Aku akan menjelaskan situasinya kepada manager. Jika kau yang menjelaskannya sendiri, aku takut dia tidak akan percaya.”
“Ah, tolonglah.”
“Heeehhh… apakah dia diam karena dia berusaha untuk memahami apa yang kau katakan?” ucap Orion.
…
“Aku mengerti...” Ucap manager setelah diberi penjelasan oleh Ken tentang keadaan gadis itu, “…Jika itu yang terjadi.”
“Terima kasih.” Ucap gadis itu.
Akhirnya gadis itu kembali bekerja dengan Ikki. Ketika Ia akan menyambut tamu, tiba-tiba gadis itu terpleset, dan seperti di film-film(?), Ikki datang dan menopangnya, selamat XDv.
“Tadi itu hampir saja, ya?” ucap Ikki.
“Maaf.”
“Berhati-hatilah.”
“Ya…” wajah gadis itu kembali merona. Di meja di belakang, terlihat lagi perempuan-perempuan misterius berambut topi itu memperhatikan gadis itu dan Ikki…
“Maaf telah merepotkan.” Ucap gadis itu.
“Kau orang yang sudah terkena efek pauli itu, ya?” tanya Ken.
“Pau…?”
“Efek Pauli.” Ucap Ken. “Teori kejiwaan dari Wolfgang Pauli tentang kecerobohan saat memegang peralatan. Orang yang terkena efek itu, akan merusak peralatan yang ada di dekatnya hanya dengan menyentuhnya.” Ucapnya dengan dingin. “Karena dia sering merusak benda, teman-temannya meninggalkannya, dan menuduhnya jika dia memiliki kekuatan misterius. Itulah asal muasal dari efek Pauli. Dengan kata lain, kau ceroboh seperti Pauli.”
“Jahat!” ucap Orion. “Tega sekali dia…”
“Selain itu, bekerja dengan jari yang terluka bisa menyebabkan infeksi bakteri.” Lanjutnya. “Mungkin sebaiknya hari ini kau pulang ke rumah saja.”
“Itu… itu…”
Orion mendekat dan berbisik, “Kau masih ingin mencari ingatanmu, kan? Buatlah alasan untuk tetap tinggal.”
“Um… uh… ini bukan cedera yang parah dan aku masih ingin bekerja… ya, dan semalam aku sudah beristirahat meskipun aku masih merasa kaku, jadi aku harus membiasakannya, jadi… um, aku sudah membuatmu tidak nyaman, ya? Jadi aku akan…”
“Maaf.” Ucap Ken sambil menaikkan kacamatanya. “Bisa menjelaskannya dengan lebih jelas?”
“Eh?... jika bisa, aku tidak ingin pulang se-awal ini.” Ucap gadis itu, namun Ken hanya diam. Lama. ‘apa aku membuatya marah…?’ pikir gadis itu was-was. ‘wajahnya begitu ekspresif, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan…’
“Um, kau tahu—“
“Aku mengerti.” Potong Ken. “Kau ingin menjadi lebih berkontribusi, kan? Baiklah, kami akan membantumu. Aku akan menjelaskan situasinya kepada manager. Jika kau yang menjelaskannya sendiri, aku takut dia tidak akan percaya.”
“Ah, tolonglah.”
“Heeehhh… apakah dia diam karena dia berusaha untuk memahami apa yang kau katakan?” ucap Orion.
…
“Aku mengerti...” Ucap manager setelah diberi penjelasan oleh Ken tentang keadaan gadis itu, “…Jika itu yang terjadi.”
“Terima kasih.” Ucap gadis itu.
Akhirnya gadis itu kembali bekerja dengan Ikki. Ketika Ia akan menyambut tamu, tiba-tiba gadis itu terpleset, dan seperti di film-film(?), Ikki datang dan menopangnya, selamat XDv.
“Tadi itu hampir saja, ya?” ucap Ikki.
“Maaf.”
“Berhati-hatilah.”
“Ya…” wajah gadis itu kembali merona. Di meja di belakang, terlihat lagi perempuan-perempuan misterius berambut topi itu memperhatikan gadis itu dan Ikki…
Closed.
Akhirnya café pun ditutup, terlihat hari sudah sore menjelang malam.
“Hari ini kau sudah berjuang keras!” ucap Orion yan terbang disamping gadis itu, mereka berdua sedang berjalan pulang.
“Terima Kasih.”
“Kau melakukannya dengan sangat baik.”
“Sungguh?”
“Besok bekerlah lebih keras, ya”
“Ya.”
Dipinggir sebuah jalan, gadis itu membuka sebuah loker miliknya. Dari loker itu keluar sebuah foto, foto dirinya yang bagian wajahnya sudah dicoret-coret polpen.
“Ini… aku!?”
Dari depan gadis itu, muncul perempuan-perempuan bertopi misterius yang dari tadi terlihat di café.
“Kau jahat sekali..” ucap perempuan-perempuan itu. “..Mengkhianatiku dari belakang.” Salah satu dari perempuan bertopi itu menginjak foto gadis itu, dan merusaknya. “Kau…melanggar janjimu, ya?!”
“Eh?” tiba-tiba gadis itu teringat sesuatu. Dalam ingatannya, ada seorang gadis yang mengeluarkan guntingnya, lalu memotong rambut gadis itu dari belakang.. ya, ini ingatan yang baru saja didapatnya, namun kembalinya ingatan itu membuat kondisi tubuhnya langsung down. Lampu jalan di dekat sana mati bersamaan dengan pingsannya gadis itu…
Brruukkk!!!
Bersambung ke: Amnesia Episode 2 Akhirnya café pun ditutup, terlihat hari sudah sore menjelang malam.
“Hari ini kau sudah berjuang keras!” ucap Orion yan terbang disamping gadis itu, mereka berdua sedang berjalan pulang.
“Terima Kasih.”
“Kau melakukannya dengan sangat baik.”
“Sungguh?”
“Besok bekerlah lebih keras, ya”
“Ya.”
Dipinggir sebuah jalan, gadis itu membuka sebuah loker miliknya. Dari loker itu keluar sebuah foto, foto dirinya yang bagian wajahnya sudah dicoret-coret polpen.
“Ini… aku!?”
Dari depan gadis itu, muncul perempuan-perempuan bertopi misterius yang dari tadi terlihat di café.
“Kau jahat sekali..” ucap perempuan-perempuan itu. “..Mengkhianatiku dari belakang.” Salah satu dari perempuan bertopi itu menginjak foto gadis itu, dan merusaknya. “Kau…melanggar janjimu, ya?!”
“Eh?” tiba-tiba gadis itu teringat sesuatu. Dalam ingatannya, ada seorang gadis yang mengeluarkan guntingnya, lalu memotong rambut gadis itu dari belakang.. ya, ini ingatan yang baru saja didapatnya, namun kembalinya ingatan itu membuat kondisi tubuhnya langsung down. Lampu jalan di dekat sana mati bersamaan dengan pingsannya gadis itu…
Brruukkk!!!
http://esti-widhayang.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar