Sabtu, 16 Maret 2013

Payung, a "K"-anime fanfiction


Disclaimer: K is not mine
.
Anime/Manga: K
.
Pairing: Isana Yashiro-Neko nyan, dll
.
Genre: Romance, Sad
.
Warning: OOC, Typo, gaje
.
.
Moshimoshi, aku Dhwati Esti Widhayang! Ini pertama kalinya aku membuat fanfic diluar Naruto :3 ini diambil sedikit dari kisah aslinya…

Don’t like? Don’t read!





.
Shiro akhirnya mendapatkan kembali ingatannya. Ingatan tentang dirinya yang bertukar tubuh, tentang kenyataan bahwa Ia adalah Raja Pertama.

“Maaf, Neko-chan… Aku bukan Isana Yashiro yang kau kenal…” ucap Isana pelan. “…Ini bukan tubuhku…”

Mendengar ucapan Isana, Neko langsung membantah, “Shiro adalah Shiro! Neko tidak peduli tubuh siapa, tapi jiwa Shiro tetaplah Shiro!” ucapnya meskipun Ia tidak mengerti betul tentang yang diucapkan Isana.

“Apa yang sebenarnya kau maksud?” tanya Yatogami mengambil alih pembicaraan.

“Aku adalah… Raja pertama, Raja Perak.” Ucap Isana. “Adolph K. Weissman.”


Isana berjalan dengan langkah cepat menuju ke tempat bertarungnya Raja Biru dan Raja Merah, dengan Yatogami dan Neko mengikuti di belakang.

“Apa yang sebenarnya kau rencanakan, Shiro―maksudku, Osama-sama?” tanya Yatogami.

Langkah Isana terhenti. Benar juga, Ia belum memberitahukan rencananya pada kedua orang ini. Tapi, bagaimana mengatakannya? Isana membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Yatogami.

“Aku akan menghentikan kedua Raja itu.” Ucap Isana dengan nada penuh keyakinan.

“Tapi…” ucap Neko lirih.

“Neko-chan, pergilah ke tempat yang aman. Kali ini Raja Merah, Mikoto Suoh, pasti akan membunuh orang yang telah membunuh anggota klannya dengan kekuatan penuh. Aku tidak ingin kau―”

Neko mendekat dan menutup bibir Isana dengan jari telunjuknya. “Aku selalu… selalu ingin berada disamping Shiro…” sepasang mata Neko yang memiliki warna berbeda meneteskan air mata. “Aku menyukaimu, Shiro-kun… apa sudah terlambat untuk mengatakannya?”

Isana tersenyum dan mencoba meyakinkan gadis itu, “Aku akan segera kembali, bukankah aku raja kalian?” Isana mengatakan hal itu hanya untuk meyakinkan, meskipun Ia sendiri tidak yakin akan hal itu.

Akhirnya, Yatogami bersedia pergi untuk membawa Neko ke tempat yang aman diluar pulau itu, namun dengan cepat Ia kembali ke sisi Isana.

“Kau juga pergilah, Kuroh-kun…”

“Tapi―” ucap Yatogami parau.

“Aku tidak mungkin membiarkanmu terluka, kan…” Isana tersenyum sambil menatap ke langit, ke arah dua pedang Raja yang saling bertarung.

Yatogami memperhatikan Raja barunya itu, dan semakin khawatir. “Kau tidak mungkin menghadapi dua raja sendirian, apalagi Suoh…”

“…Ingin membunuhku?” sambung Isana. “…Apa boleh buat, kan… lagipula, aku tidak bisa menahan diriku dan Raja Ketujuh―Raja tak berwarna―berlama-lama dalam tubuh ini…”

“Jangan bilang kau ingin menghancurkan tubuh itu bersama dengan jiwamu dan jiwa Raja Ketujuh!”

Isana tersenyum, nampaknya Yatogami mengerti dengan baik apa yang menjadi tujuannya. Ia berbalik dan memutar-mutar payung yang disandarkan dipundaknya, lalu berjalan pergi.

“Tunggu―!” tahan Yatogami. “Bagaimana dengan Neko!? Kau mau meninggalkannya begitu saja? Setelah dia mengungkapkan perasaannya padamu?”

Isana terdiam sejenak, “Aku titip dia padamu…” ucap Isana. Yatogami hanya dapat terdiam. Ia sudah sering mendapatkan tugas-tugas dari Raja yang Ia layani sebelumnya, namun nampaknya ini tugas tersulit. “Tolong, ya, Kuroh-kun…"


Yatogami Kuroh sudah berada di luar pulau, menjaga agar Neko tidak dengan ceroboh kembali ke ‘arena pertempuran’ ketiga raja―bukan, tepatnya empat raja.

Isana berjalan pelan dengan payungnya. Ia merenungkan apa yang akan dia lakukan. Benarkah ini satu-satunya jalan? Kalau Ia menunda lagi, Raja Ketujuh dalam dirinya akan mempunyai kesempatan untuk berpindah diri lagi, dan itu pasti akan merepotkan.

Ini satu-satunya jalan agar Raja Ketujuh dalam dirinya ikut mati, bahkan jika harus mengorbankan dirinya sendiri. Hanya Raja yang bisa membunuh Raja. Selain itu, Ia yakin kalau Mikoto Suoh akan menggunakan kekuatan penuh. Raja Merah itu tidak akan main-main kali ini.

GREEBB, Isana menggenggam tangan Mikoto yang akan menyerang Munakata Reisi, Raja Biru. Isana menghentikan seluruh kekuatan yang terkumpul di tangan Mikoto dalam sekejap. Ia menatap langsung ke dalam mata Raja Merah itu,

“Cepat, bunuhlah aku…” ucap Isana sambil melepas pegangannya pada tangan Mikoto secara perlahan…

“Tidak! Jangan, Mikoto!! Hentikan!!” teriak Munakata berusaha mencegah.

“Hanya Raja yang dapat membunuh Raja…” ucap Isana.

Tanpa berpikir panjang, Raja Merah itu langsung menancapkan tangannya yang sudah dilapisi api hingga menembus jantung Isana. Isana tersenyum untuk yang terakhir kalinya..

Raja Ketujuh didalam tubuh Isana lenyap, begitu juga dengan dirinya sendiri, Raja pertama… tubuhnya lenyap begitu saja dilalap api kemarahan Mikoto. Semuanya terjadi begitu cepat…


Yatogami melihat pedang Raja Perak dan Raja Tak Berwarna perlahan hancur dari kejauhan. Itu artinya apa yang dilakukan Isana berhasil. Ia telah berhasil melenyapkan Raja Ketujuh didalam dirinya. Yatogami memberikan penghormatan terakhir atas apa yang dilakukan Rajanya itu.

Tak berapa lama, Ia melihat pedang Raja Merah juga ikut hancur. Mungkinkah Mikoto terlalu banyak menggunakan kekuatannya? Yatogami sedikit kebingungan. Ia menggenggam tangan Neko dan mengajak gadis itu ke tempat bekas pertempuran keempat Raja, meskipun terlihat gadis itu tidak akan siap menerima kenyataannya. Menerima kenyataan bahwa Isana telah tiada…

Di bekas tempat arena pertempuran itu terlihat sebuah lubang besar yang membulat,
“Disinikah tempat Raja ku dilenyapkan?” pikir Yatogami.

“Shiro!” teriak Neko berlari ke arah lubang. Yatogami terkejut, mungkinkah Shiro masih hidup? Tiba-tiba Ia teringat kata-kata yang pernah dikatakan Raja-nya itu…, “Aku adalah Raja Pertama, Raja yang abadi…”

Namun apa yang diharapkannya keliru, yang ditemukan Neko hanyalah payung yang selalu dibawa Isana. Neko nampak bersusah-payah mengeluarkan payung itu dari tumpukan tanah, sehingga Yatogami membantunya menarik.

“Aku akan memberikan payung ini pada Shiro! Pada Shiro-ku!! Ia pasti sudah menunggu di suatu tempat!!” ucapnya sambil berlari perlahan.

Yatogami memegang tangan gadis itu dan mencegahnya, “Kau tidak mengerti!... Isana… dia… tidak akan kembali…”

Terlihat diantara dua mata gadis itu akan meneteskan air mata. “Dia.. dia pasti akan kembali… bukankah dia belum membalas perasaanku? Katakan padaku bahwa Ia akan kembali! Katakan!”

Yatogami terdiam dan berusaha menahan kepedihan yang juga Ia rasakan. Ia memang baru beberapa hari ini bersama Raja Pertama, tapi mereka sudah memasak, sarapan, dan bertarung bersama. Banyak hal telah terjadi. Ia sendiri masih tidak percaya kalau Rajanya itu telah pergi…

Neko membuka payung itu dan menutupi wajahnya yang sedang menangis dari Yatogami, “Ia pasti akan kembali… Ia adalah Raja kita…” Yatogami mendengar isak tangis Neko. Ia juga ikut meneteskan air mata meskipun tidak ada yang melihat.

“Kau benar… Ia adalah Raja kita…”

Hujan turun hari itu, membasahi semua tetesan darah dipulau itu. Mendung membuat payung Isana yang dibawa Neko nampak lebih buram warnanya… mungkinkah payung itu juga turuh berduka? Neko memeluk payung itu dengan erat dan bersama dengan Yatogami kembali keluar dari pulau.

Ia memperhatikan payung itu dan berkata, “Kau juga selama ini selalu berada disisi Shiro, kan…” Ia tersenyum dan meneteskan air mata lagi. “Bukankah ini rasanya sangat pedih?” Yatogami datang dan memakaikan jaket pada gadis itu.



*The End*
Haahhh, bagaimana Minna? Gaje kan? Aku sudah berusaha membuat lebih bagus tapi beginilah hasilnya xD review please?

Karya gaje Dhwati Esti Widhayang XD

2 komentar:

  1. wuaaaahhh bgus fic.a ka' ^^
    knapa gk di upload di FFN aja ...(y)

    BalasHapus
  2. TELAH HADIR GAME SAKONG, HANYA DI DEWAJUDIQQ!!!
    www.DewaJudiQQ.com agen poker dan domino terbesar dan terpercaya di Indonesia.
    Minimal Deposit Rp. 15.000
    7 Game 1 Website : Poker, Domino99, AduQ, BandarQ, Bandar Poker, Capsa Susun, Bandar Sakong
    Bonus Turnover 0.5% & Bonus Referral 20%
    Pin BBM : 2AF2314F
    WeChat : dewajudiqq
    WhatsApp : +85593827763

    BalasHapus