Sebelumnya: Amnesia episode 3 bagian 3
“Tapi saat kami menemukanmu,” ucap Mine. “Jujur saja, waktu itu Shin terlihat sangat menakutkan.”
“Eh? Apa maksudmu?”
“Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi… dia terlihat sangat tenang.” Ucap Mine. “Berbeda sekali dengan Toma-senpai yang terlihat sangat panik.”
“Tapi saat kami menemukanmu,” ucap Mine. “Jujur saja, waktu itu Shin terlihat sangat menakutkan.”
“Eh? Apa maksudmu?”
“Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi… dia terlihat sangat tenang.” Ucap Mine. “Berbeda sekali dengan Toma-senpai yang terlihat sangat panik.”
-----Flashback Berakhir-----
Heroine menengok ke sampingnya, dan melihat seorang pria berambut hijau panjang, pria yang sama yang ada disana saat Ia kecelakaan. Tentu saja hal ini hanya pembaca dan author yang tahu. *plak
“Ano..” ucap Heroine. Ia
berniat menyapa orang itu, tapi tidak tahu siapa namanya.
Orang itu tersenyum, “Aku tidak menyangka kau akan menyapaku…”
“Eh?”
“Aku senang.” Ucapnya. “Lama tidak berjumpa.”
Heroine terkejut karena sepertinya mereka saling mengenal, hanya saja Ia tidak ingat itu.
“Are? Apakah ini pertama kalinya kita bertemu?” tanya orang itu. “Tidak, aku pernah bertemu denganmu di villa itu. Apa lukamu sudah sembuh?”
“E-eh…”
“Saat kecelakaan itu…” kereta melewati mereka, angin berdesir cukup kencang. Kata-kata selanjutnya yang diucapkan pria itu tidak terdengar.
“Oi! Apa yang kau lakukan!?” Shin datang dari arah belakang menyusul Heroine. “Ketika aku menjemputmu tadi, mereka bilang kau sudah pulang!”
Portal kembali terbuka setelah kereta tersebut lewat, “Jangan pulang sendirian!” ucap Shin memarahi Heroine. “Bagaimana jika terjadi sesuatu?” Shin nampak begitu khawatir, sehingga nampaknya Ia tidak mungkin tetap tenang saat Heroine terjatuh dari tebing.
“U-um…”
Shin dan Heroine akhirnya sampai di sebuah taman dan duduk di salah satu bangkunya. Hari sudah mulai gelap, namun mereka masih saja disana, tidak berbicara satu sama lain. Mungkin Shin masih marah karena kejadian yang tadi.
“Bulan Agustus tapi hawanya dingin, ya?” Heroine mencoba membuka percakapan.
“Ramalan cuaca juga sering berubah-ubah karena cuaca yang aneh ini.” Ucap Shin.
“Entah apakah ini akan terus terjadi sampai musim gugur…”
“Jika terus seperti ini, mungkin saja.” Ucap Shin. Ia terdiam sejenak. “Apa kau ingat penampilan pertamamu?”
“Penampilan? Aku?”
“Ya.”
“Tidak.” Heroine menggeleng.
“Begitu, ya. Setelah penampilan itu, aku berkata kasar padamu. Seperti, ‘penampilan macam apa tadi itu!? Suaramu jelek sekali, dan tidak pantas didengar orang-orang.’… aku sangat marah padamu waktu itu.” Ucap Shin. “Dan itu membuatku sedih.”
“…”
“Jadi kau tidak ingat, ya? Kadang aku masih sering berkata kasar padamu, tapi meski sekarang aku menyesalinya,… hilang ingatan, adalah hal yang lebih sulit untuk diterima.”
“Ano… boleh aku bertanya tentang kecelakaan itu?” tanya Heroine.
“Apa?” Shin agak terkejut karena tiba-tiba
Heroine membahas hal itu.Orang itu tersenyum, “Aku tidak menyangka kau akan menyapaku…”
“Eh?”
“Aku senang.” Ucapnya. “Lama tidak berjumpa.”
Heroine terkejut karena sepertinya mereka saling mengenal, hanya saja Ia tidak ingat itu.
“Are? Apakah ini pertama kalinya kita bertemu?” tanya orang itu. “Tidak, aku pernah bertemu denganmu di villa itu. Apa lukamu sudah sembuh?”
“E-eh…”
“Saat kecelakaan itu…” kereta melewati mereka, angin berdesir cukup kencang. Kata-kata selanjutnya yang diucapkan pria itu tidak terdengar.
“Oi! Apa yang kau lakukan!?” Shin datang dari arah belakang menyusul Heroine. “Ketika aku menjemputmu tadi, mereka bilang kau sudah pulang!”
Portal kembali terbuka setelah kereta tersebut lewat, “Jangan pulang sendirian!” ucap Shin memarahi Heroine. “Bagaimana jika terjadi sesuatu?” Shin nampak begitu khawatir, sehingga nampaknya Ia tidak mungkin tetap tenang saat Heroine terjatuh dari tebing.
“U-um…”
Shin dan Heroine akhirnya sampai di sebuah taman dan duduk di salah satu bangkunya. Hari sudah mulai gelap, namun mereka masih saja disana, tidak berbicara satu sama lain. Mungkin Shin masih marah karena kejadian yang tadi.
“Bulan Agustus tapi hawanya dingin, ya?” Heroine mencoba membuka percakapan.
“Ramalan cuaca juga sering berubah-ubah karena cuaca yang aneh ini.” Ucap Shin.
“Entah apakah ini akan terus terjadi sampai musim gugur…”
“Jika terus seperti ini, mungkin saja.” Ucap Shin. Ia terdiam sejenak. “Apa kau ingat penampilan pertamamu?”
“Penampilan? Aku?”
“Ya.”
“Tidak.” Heroine menggeleng.
“Begitu, ya. Setelah penampilan itu, aku berkata kasar padamu. Seperti, ‘penampilan macam apa tadi itu!? Suaramu jelek sekali, dan tidak pantas didengar orang-orang.’… aku sangat marah padamu waktu itu.” Ucap Shin. “Dan itu membuatku sedih.”
“…”
“Jadi kau tidak ingat, ya? Kadang aku masih sering berkata kasar padamu, tapi meski sekarang aku menyesalinya,… hilang ingatan, adalah hal yang lebih sulit untuk diterima.”
“Ano… boleh aku bertanya tentang kecelakaan itu?” tanya Heroine.
“Apa yang terjadi saat di Shinano waktu itu?”
“Maaf.” Ucap Shin.
“Eh?”
“Itu semua adalah salahku.” Ucap Shin. “Aku sudah menyakitimu.”
“Apa maksudmu?”
“Kecelakaan itu.” Ucap Shin. “Maaf, aku belum siap untuk menceritakannya.”
“Ano…—“
“Aku tidak siap untuk menceritakan semuanya padamu.” Shin mengulangi. “Tapi itu semua salahku. Hanya itu yang bisa kukatakan sekarang. aku menyesal. Maafkan aku.”
“Ada apa sebenarnya?” Heroine bertanya-tanya. “Apa aku sudah membuatnya marah? Apa yang harus kulakukan?”
“Hei, kau… apa kau dengar?” tiba-tiba Heroine mendengar suara, meskipun kecil, tapi… “Suaraku… Oi, kau…”
Heroine berdiri untuk mencari sumber suara itu. Suara yang sangat dikenalnya.
“Orion?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar