Selasa, 21 Mei 2013

Versi Teks Kakashi Gaiden chapter 4



Kisah Kakashi, seorang bocah yang hidup di medan pertempuran…

Kebaikannya, bahkan senyumannya yang rendah hati itu menginspirasi kedamaian…

Dua orang yang memilih jalan yang berbeda… takdir apa yang dipersiapkan untuk mereka!?

Setelah mengatakan itu semua, Obito pergi meninggalkan Kakashi. Di tempat lain, Minato baru sampai ke tempat postnya.

“Akhirnya kau sampai juga!” ucap seorang ninja yang senang melihat kedatangan Minato.

“Bagaimana situasinya?” tanya Minato.

“Ada sekitar 50 musuh… tetapi dalam perbandingan, hanya ada empat dari kami yang masih hidup…” jawab ninja itu. Para ninja Konoha sudah bersiap-siap menyerang lagi, “Ayo kita hajar mereka sedikit lagi! Kerahkan semua tenaga kalian!” dihadapan para ninja Konoha itu, sudah ada puluhan kunai bercabang tiga.

“Semuanya, lempar kunai-kunai ini pada sisi musuh disaat yang bersamaan.” Ucap Minato. “Aku akan menanganinya setelah itu..”

Melihat Minato yang terkesan ingin bertarung sendiri, ninja lainnya protes, “Itu gila! Bagaimana kau akan—“

“Sudahlah, diam saja!” ucap ninja yang lainnya. “Sekarang kita bisa melihat pertarungan dari ‘Si Kilat Kuning Konoha’…Jangan berkedip, bahkan hanya untuk sekejap.”

Di tempat lainnya, Kakashi yang sudah terpisah dengan Obito berlari sendiri melewati pepohonan. Saat itu tiba-tiba saja tangannya yang terluka terasa sakit. Ia berhenti di salah satu pohon untuk meredakan rasa sakitnya.

“Ini sudah hampir sembuh sekarang. Tapi kalau kau bertingkah berlebihan, lukanya akan terbuka.” Tiba-tiba Kakashi teringat nasehat Rin.

“Ketika kau dan aku terluka, dia menyelamatkan kita dengan jutsu pengobatan!” Kakashi teringat ucapan Obito. “Yang lebih penting dari misi… kita harus menyelamatkan Rin!”

“Kakashi, tentu saja peraturan dan regulasi memang penting…tapi bukan hanya itu saja. Aku bilang padamu, kau juga harus bisa mengatasi dan beradaptasi dengan keadaan.”
Kakashi teringat kata-kata gurunya, Minato.

“Aku percaya bahwa si taring putih adalah pahlawan sejati. Tentu saja di dunia ninja yang melanggar peraturan dan regulasi dianggap sampah, tapi…Orang yang tidak peduli pada temannya sendiri, lebih buruk dari sampah.”


Obito terus mengejar kedua ninja yang menculik Rin itu, hingga akhirnya kedua ninja itu berhenti berlari dan bersembunyi di sebuah gua. Obito berdiri di atas pohon dekat gua itu.

“Kutemukan mereka…” pikir Obito. “Tenang… tetap tenang… aku bisa melakukan ini…” saat Obito sedang mencoba menenangkan dirinya, salah satu dari kedua ninja itu menyadari keberadaan Obito.

“Aku akan mengurusnya…” ucap Ninja yang berambut putih. “Sementara itu, lanjutkan dengan genjutsu… dan dapatkan informasi darinya secepatnya.” Perintahnya pada temannya yang berambut hitam. Ninja rambut putih itu lalu berkamuflase dan menghilang.

Diluar, Obito sudah menyiapkan kunai dan nampaknya dia sudah siap. “Baiklah… ayo maju!!”

“Kemana?” ucap seseorang dari belakang Obito. Ninja berambut putih itu sekarang sudah berada di belakang Obito. Dengan ketakutan Obito membalikkan tubuhnya, dan…

CRAASSSHH!!

Disaat yang tepat Kakashi datang dan menyerang shinobi berambut putih itu. Ia menebas tepat di dada ninja itu.


 
“Ka…Kakashi, kau… kenapa…”

“Huh! Aku tak bisa memberikan semuanya sendiri pada ninja cengeng sepertimu!” ucap Kakashi.

“Kakashi…”

Si musuh ternyata masih mampu berdiri. Ia berdiri di antara dahan-dahan pohon yang besar. “Rambut perak dan pedang chakra putih… mungkinkah kau… Taring Putih Konoha??!”

Kakashi dan Obito sama-sama terdiam.

Kakashi mengangkat pedang chakra putih yang dibawanya, “Ini adalah peninggalan dari ayahku.”

Obito teringat kata-kata Kakashi bahwa perasaan itu tidak ada gunanya dan yang paling penting bagi ninja itu adalah menjalankan misi. Sekarang Ia agak bingung dengan sikap Kakashi yang berubah drastis.

“Begitu, ya… anak si Taring Putih br*ngsek…” ninja itu mulai berkamuflase lagi. “Tak ada yang perlu dikhawatirkan kalau begitu.”
“Ninpou! Meisai-gakure no jutsu! (kamuflase penyembunyian)”

Kakashi mencoba mengendus-endus bau musuh, “Baunya sudah menghilang. Aku hanya bisa melacaknya melalui gerakannya di udara dan suara.” Ucap Kakashi. “Tentu saja…” pikirnya.

“Ke-kemana dia??” tanya Obito was-was.

TAP! Di belakang Obito terlihat sebuah gesekan antara sesuatu yang tidak terlihat dengan kayu.

“Obito! Di belakangmu!” Kakashi mencoba memperingati Obito, namun sudah terlambat. Obito responnya lemah, oleh karena itu Kakashi menggunakan tubuhnya untuk melindungi Obito. Mata sebelah kiri Kakashi tertebas kunai musuh.
 
“Gyaaahh!!! Matakuu!!!” teriak Kakashi kesakitan dan terjatuh di dekat Obito.

“Kakashi!!” Obito mendekati Kakashi dan membantunya berdiri. “Kakashi, hei, Kakashi! Apa kau baik-baik saja?!” Obito sudah hampir meneteskan air mata saking takutnya.

“U-ugh… yah…” gumam Kakashi. “Musuh… dia ahli… dia dengan cepat menggoreskan kunai ke wajahku.”

Obito benar-benar menangis sekarang.

“Matamu kemasukan debu lagi?” tanya Kakashi. “Seorang ninja tidak menangis.. aku masih belum mati…”

Ketika menyadari dirinya menangis, Obito mengusap air matanya, Ia jadi teringat kata-kata Minato,

“Kalau memakai kacamata, maka matamu tidak akan kemasukan sesuatu. Jika kau tidak bisa mengendalikan mulutmu, bukan hanya mulutmu, tapi pikiranmu juga jadi lemah.”

“Aku selalu banyak omong… semuanya selalu menyelamatkanku….” Pikir Obito. “Aku hanya seorang pembual pecund*ng… tetapi…”

“Jangan lengah!” ucap Kakashi yang sudah siaga padahal matanya masih mengucurkan darah.

“Meski anak-anak kecil ini yang menjadi musuhku, aku tidk mau ambil resiko, aku harus berhati-hati…” pikir si musuh.

Obito masih mengusap air matanya, dia teringat kata-katanya pada Kakashi, “Aku percaya bahwa si taring putih adalah pahlawan sejati. Tentu saja di dunia ninja yang melanggar peraturan dan regulasi dianggap sampah, tapi…Orang yang tidak peduli pada temannya sendiri, lebih buruk dari sampah.”

Kata-kata itu sendiri… aku tidak ingin hanya menjadi pembual saja…

Tiba-tiba saja Obito dengan sharingan yang sudah aktif menusuk ke udara kosong dengan kunainya.

“Obito! Kau…?” Kakashi terkejut melihat tindakan Obito.

SYUUU~ SYUUU~
Perlahan-lahan dari udara yang ditusuk Obito itu muncul musuh yang berkamuflase. Ternyata kunai Obito tepat mengenainya.

“Ba-bagaimana mungkin… aku seharusnya tidak bisa dilihat…” ucap si musuh yang sudah terbata-bata karena tusukan di organ vitalnya. “A…apa-apaan mata itu…?!” tanyanya ketika melihat mata sharingan Obito sebelum akhirnya Ia ambruk.

“Sekarang…” ucap Obito. “Aku akan melindungi sahabat-sahabatku!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar