Sebelumnya: Date a Live episode 10 bagian 2
“Mungkinkah ada yang menghapus ingatan kita berdua?” Shido terkejut
ketika Kotori mengatakan hal itu. Kotori memejamkan matanya dan tersenyum.
“Yah… mungkin saja.”“Pada akhirnya Ratatoskr menemukanku. Ketika aku mengetahui apa yang terjadi di belakang semua ini, aku memutuskan untuk membantu mereka, para Spirit.” Ucap Kotori.
“Tapi… Kotori hidup sebagai manusia biasa setelah kebakaran itu, bukan?” Tanya Shido “Lalu… apa yang terjadi dengan kekuatan Spiritmu?”
“Apa kau benar-benar tidak ingat?” Tanya Kotori balik. “Shido-lah yang menyegel kekuatanku!”
“He? Aku?”
“Ya.” Sahut Kotori “Apa kau tidak ingat apa yang kau katakana padaku? ‘izinkan aku untuk mengembalikan ini sedikit’… aku tidak tahu mengapa dan bagaimana, tapi kau memiliki kemampuan untuk menyegel kekuatan para Spirit.” Ucap Kotori. “Itulah alasan mengapa Ratatoskr memilihmu untuk menjadi perantara di antara para Spirit.”
“Lalu… bagaimana dengan kemampuan regenerasi*ku?”
(*) regenerasi= penyembuhan cepat. Yah, semacam itulah. Lebih lengkap cari di Wikipedia XDa
“Itu awalnya kekuatanku.” Ucap Kotori. “Oh, ya, Shido. Kemarilah.” Kotori menyuruh Shido untuk datang ke sampingnya.
“Ha? Kenapa?”
“Sudah, lakukan saja!”
Shido lalu mendekat, dan… BUKK!! Kotori memukul perut Shido. Reine hanya terkagum melihat itu dan memandang dengan mata mengantuknya.
“Sudah, lakukan saja!”
Shido lalu mendekat, dan… BUKK!! Kotori memukul perut Shido. Reine hanya terkagum melihat itu dan memandang dengan mata mengantuknya.
“Bukankah sudah kubilang
untuk tetap berhati-hati!?” ucap Kotori. “Saat ini, kau sangat lemah. Apa kau
ini gila?! Untuk waktu itu aku sadar dan dapat membelokkan ledakan!”
“Kau…” ucap Shido. “…Sadar?”
Kotori terkejut. “Yang kulihat waktu itu, kau bukanlah dirimu.” Ucap Shido.
“Ya.” Ucap Kotori. “Ketika aku mendapatkan kembali kekuatan Spiritku, aku kehilangan control atas itu selama beberapa saat…” ucapnya. “Aku merasakan dorongan yang kuat untuk menghancurkan… membunuh… ini membuatku takut… aku tidak tahu apa yang telah kulakukan… aku mungkin telah melakukan sesuatu yang mengerikan lima tahun yang lalu!! Bagaimana kalau aku telah membunuh seseorang?”
“Kotori!!!” Shido berusaha menenangkan adiknya.
“Lupakan. Aku hanya berkata ini tidak pantas saja… aku mungkin telah kembali sadar kemarin karena melihat Shido berdiri di depan Kurumi.” Ucap Kotori. “Aku bersyukur atas itu.”
“Kekuatan Spiritmu… berikan saja padaku.”
Kotori berbalik. “Tidak seperti Tohka, kekuatan ini sudah ada lama padaku.” Ucap Kotori. “Ini tidak terjadi secara alami, dan perlu disegel lagi.”
“Disegel?”
“Tidak jauh berbeda dengan apa yang kau lakukan pada Tohka dan Yoshino..” ucap Kotori. “Kau harus berkencan denganku… membuatku terbuka padamu… lalu…” tangan Kotori bergetar. Gelas yang Ia pegang terjatuh dan tumpah, Ia juga ikut terjatuh. Eh, ternyata itu bukan eh, isinya kopi XDa.
Shido mendekat, “Kotori!! Apa kau baik-baik saja?”
“Aku baik-baik saja…”
Pintu ruangan itu terbuka, dan Reine masuk. “Shin, sudah cukup untuk hari ini…” ucap Reine. “Serahkan sisanya padaku.”
“Reine-san…”
“Kita perlu berbicara diluar.”
“Baiklah.” Ucap Shido. “Aku mengerti.”
“Kau…” ucap Shido. “…Sadar?”
Kotori terkejut. “Yang kulihat waktu itu, kau bukanlah dirimu.” Ucap Shido.
“Ya.” Ucap Kotori. “Ketika aku mendapatkan kembali kekuatan Spiritku, aku kehilangan control atas itu selama beberapa saat…” ucapnya. “Aku merasakan dorongan yang kuat untuk menghancurkan… membunuh… ini membuatku takut… aku tidak tahu apa yang telah kulakukan… aku mungkin telah melakukan sesuatu yang mengerikan lima tahun yang lalu!! Bagaimana kalau aku telah membunuh seseorang?”
“Kotori!!!” Shido berusaha menenangkan adiknya.
“Lupakan. Aku hanya berkata ini tidak pantas saja… aku mungkin telah kembali sadar kemarin karena melihat Shido berdiri di depan Kurumi.” Ucap Kotori. “Aku bersyukur atas itu.”
“Kekuatan Spiritmu… berikan saja padaku.”
Kotori berbalik. “Tidak seperti Tohka, kekuatan ini sudah ada lama padaku.” Ucap Kotori. “Ini tidak terjadi secara alami, dan perlu disegel lagi.”
“Disegel?”
“Tidak jauh berbeda dengan apa yang kau lakukan pada Tohka dan Yoshino..” ucap Kotori. “Kau harus berkencan denganku… membuatku terbuka padamu… lalu…” tangan Kotori bergetar. Gelas yang Ia pegang terjatuh dan tumpah, Ia juga ikut terjatuh. Eh, ternyata itu bukan eh, isinya kopi XDa.
Shido mendekat, “Kotori!! Apa kau baik-baik saja?”
“Aku baik-baik saja…”
Pintu ruangan itu terbuka, dan Reine masuk. “Shin, sudah cukup untuk hari ini…” ucap Reine. “Serahkan sisanya padaku.”
“Reine-san…”
“Kita perlu berbicara diluar.”
“Baiklah.” Ucap Shido. “Aku mengerti.”
Shido keluar dari ruangan
itu setelah dia selesai bicara dengan Reine. Tohka yang sudah bangun pergi
mencari Shido, dan sekarang Ia berlari di belakangnya.
“Shido! Ternyata kau disana!” Tohka menyusul Shido dan berjalan disampingnya. “Aku khawatir ketika tersadar kau sudah tidak ada disana! Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?”
“Maaf…” ucap Shido. “Tapi bisakah kau tinggalkan aku sendirian sekarang?”
“Shido…”
“Shido! Ternyata kau disana!” Tohka menyusul Shido dan berjalan disampingnya. “Aku khawatir ketika tersadar kau sudah tidak ada disana! Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?”
“Maaf…” ucap Shido. “Tapi bisakah kau tinggalkan aku sendirian sekarang?”
“Shido…”
-----flashback-----
“Dua hari lagi…” ucap Reine
pada Shido. Ia menunduk. “Kotori mungkin hanya bisa bertahan dari kekuatan
Spirit itu selama 2 hari…”
“A-apa maksudmu?!” Tanya Shido.
“Setelah rentang waktu itu lewat… dia mungkin sudah tidak menjadi Kotori yang kau kenal lagi…” ucap Reine. “Dua hari dari sekarang, pada tanggal 11 Juni, kau akan berkencan dengannya. Itu akan menjadi kesempatan terakhir kita untuk membuatnya kembali normal.”
“A-apa maksudmu?!” Tanya Shido.
“Setelah rentang waktu itu lewat… dia mungkin sudah tidak menjadi Kotori yang kau kenal lagi…” ucap Reine. “Dua hari dari sekarang, pada tanggal 11 Juni, kau akan berkencan dengannya. Itu akan menjadi kesempatan terakhir kita untuk membuatnya kembali normal.”
-----flashback berakhir-----
“Takamiya Mana-san ada?” Tanya Shido kepada si pengurus administrasi di
rumah sakit. Ia sedang mencari adiknya, Mana. Mungkin Shido berniat
menjenguknya.“Maafkan aku.” Ucap si administrator. “Bahkan saat ini keluarganya tidak boleh menjenguknya.”
“Apakah kondisinya sangat buruk?” Tanya Shido.
“Aku minta maaf, tapi kami sudah diberitahu untuk tidak memberikan informasi apapun juga.”
“Tapi…”
“Shido…” dari arah belakang Shido, Tobiichi berdiri sambil membawa infus dengan roda(?). Shido mendekat ke arahnya.
“Origami…?” Shido tersenyum. “Syukurlah kau baik-baik saja.”
“Bagaimana dengan Yatogami Tohka?” Tobiichi tumben-tumbennya menanyakan saingannya itu.
“Hah? Ah, dia baik-baik saja kok.”
“Cih.”
“Maaf?”
“Tidak, bukan apa-apa.”
Shido dan Tobiichi mencari tempat duduk dan berbincang-bincang.
“Oh begitu…” ucap Tobiichi. “Jadi kau datang untuk melihat Takamiya Mana…”
“Ya, tapi mereka tidak memperbolehkannya.” Ucap Shido.
“Aku tidak bisa memberitahukanmu rinciannya, tapi mereka menggunakan peralatan rahasia untuk pengobatannya. Maka dari itu tidak ada yang boleh menjenguknya sampai Ia dibawa ke tempat perawatan biasa.” Jelas Tobiichi. “Kau akan ditangkap jika kau mencoba mendobrak masuk.”
“…”
“Apa itu satu-satunya alasan kau disini?” Tanya Tobiichi.
“Eh?”
“Kau hanya datang untuk melihat Mana?”
“A-aku datang untuk melihatmu juga, kok!!” ucap Shido berbohong. Mata Tobiichi menyipit. “Ya-Yah, kupikir aku harus pulang sekarang. Kau juga harus segera kembali ke ruanganmu… dah!”
Shido mengendap-endap berjalan pulang. Tiba-tiba… BRUKKK!!!
Tobiichi terjatuh dari tempat duduk itu.
“O-Origami!! Apa kau baik-baik saja?” Shido kembali.
“Sepertinya aku tidak dapat kembali ke ruanganku sendiri.” Ucap Tobiichi yang terlihat sangat sehat bugar lahir dan batin(?). “Bantu aku.”
“Eto…”
“Bantu aku.”
“Baiklah… bisakah kau berjalan?”
“Tidak juga.”
“Jaa… aku akan membawakan kursi roda untukmu.”
Shido berdiri, namun Tobiichi menarik bajunya. Shido terlihat sangat ingin pergi. Sangat.
“Aku tak mau pakai kursi roda.” Ucap Tobiichi. “Nanti aku mabuk.”
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Gendong aku.”
“Ha?”
“Gendong aku.”
“Ba-baiklah…”
“Origami, kau tahu kan kalau
kau itu berat?” Shido akhirnya menggendong Tobiichi ke kamarnya.
“Tidak, sama sekali.”
“Kau berada di kamar 305 gedung barat, kan?”
Tobiichi tidak menjawab dan memeluk Shido. Shido terkejut dibuatnya.
“He-hentikan… ge-geli!!”
“Benarkah?”
“Tidak, sama sekali.”
“Kau berada di kamar 305 gedung barat, kan?”
Tobiichi tidak menjawab dan memeluk Shido. Shido terkejut dibuatnya.
“He-hentikan… ge-geli!!”
“Benarkah?”
Selanjutnya: Date a Live episode 10 bagian 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar