Sebelumnya: Date a Live episode 10 bagian 3
Shido yang berniat menjenguk adiknya, Mana, justru berakhir dengan
menggendong Tobiichi ke kamarnya yang berada di gedung yang lain.Ketika Shido akhirnya berhasil mencapai kamar Tobiichi dengan susah payah, hari sudah mulai larut.
“Yah, kalau begitu, sebaiknya aku pulang seka—“
DEG!! Tobiichi menodong
Shido dengan sebuah pisau. Di tangannya yang lain, Ia memegang sebuah apel.
“Kupasin…” ucap Tobiichi.
“Eh? Oh… oke…” Shido lalu mengupas apel itu dan memberikannya pada Tobiichi. “Ini…”
“Suapin…” ucap Tobiichi.
“Kau dapat melakukannya sendiri, kan…”
“Aku diberitahu untuk menghindari aktivitas fisik yang berat.”
Admin: BERAT apanya?! DX
“Heh…” Shido menghela nafas, dan menyuapi Tobiichi.
“Masukkan ke mulutku—“
“Shout!!” Shido memasukkan apel itu ke mulut Tobiichi agar Ia diam, dan merasa puas. Namun, Tobiichi terus menjilat hingga menjilati jari Shido. “A-apa-apaan, Origami? Tu-tunggu, Origami-san… he-hentikan itu!!”
“Terima kasih atas makanannya.” Ucap Tobiichi seusai menjilati jari Shido.
“Hahah… su-sudah selesai, ya? Ka-kalau begitu kurasa aku harus pulang…”
Tobiichi mengeluarkan sebuah thermometer, “Suhuku perlu diukur.” Ucap Tobiichi. “Mereka bilang aku harus menghindari aktivitas yang be—“
“Aku mengerti!!!”
…
Akhirnya, hari sudah gelap.
Ya, sudah gelap.
“Baiklah… aku akan benar-benar pulang sekarang…” ucap Shido dengan nada berat. Sepertinya Ia sudah kehilangan setengah nyawanya.
“Satu hal lagi.” Ucap Tobiichi. “Ceritakan apa yang telah terjadi saat kita bertarung dengan Tokisaki Kurumi kemarin.” Ucapnya. “Jika aku tidak salah, seorang Spirit lagi muncul. Pakaian Spiritnya mirip pakaian tradisional Jepang… dan Ia mengendalikan api…”
“…”
“Aku kehilangan kesadaran karena apa yang Tokisaki Kurumi lakukan padaku…” ucap Tobiichi. “Beritahu aku jika kau tahu sesuatu tentang Spirit Api itu… tidak peduli sedikit apapun itu.”
Setelah kejadian yang menimpa Yoshino dulu, sepertinya Shido tidak bisa lagi mempercayai Tobiichi. “Ya-yah… aku juga pingsan setelah itu.” Ucap Shido yang takut Tobiichi akan memburu adiknya juga. “Jadi aku tidak tahu rinciannya juga…”
“Begitu…”
“Memang ada apa dengan Spirit itu?”
Tobiichi menyipitkan matanya. Ada kesedihan di balik ekspresinya. “Lima tahun yang lalu, Spirit itu membakar distrik perumahan Nanko di Tenguu… dan membakar orang tuaku menjadi abu di depan mataku.” Ucap Tobiichi. “Aku ingat persis dia adalah Spirit yang mengendalikan api…”
Shido terkejut mendengar hal itu.
“Aku selalu… selalu… selalu mencarinya selama ini… akhirnya aku menemukannya. Akhirnya, aku menemukannya. Akan kubunuh… aku akan membunuhnya, tidak peduli apapun itu. Aku akan melakukannya dengan tanganku sendiri. Aku sudah menghabiskan lima tahun terakhir untuk tujuan itu.”
Shido nampak tertekan mendengar ucapan Tobiichi.
“Untuk itu semua… aku bergabung dengan TAR. Untuk melakukan itu, aku dapat menjalankan sebuah Realizer. Untuk mewujudkan keinginanku, aku belajar berbagai keahlian dan kemampuan. Aku melakukan semua ini agar aku bisa membunuh Spirit yang membunuh orang tuaku… aku melakukan semua ini agar aku dapat membalaskan dendamku pada Spirit Api…”
“Aku melakukan semua ini agar… aku bisa membunuh Spirit Api itu.”
“Baiklah… aku akan benar-benar pulang sekarang…” ucap Shido dengan nada berat. Sepertinya Ia sudah kehilangan setengah nyawanya.
“Satu hal lagi.” Ucap Tobiichi. “Ceritakan apa yang telah terjadi saat kita bertarung dengan Tokisaki Kurumi kemarin.” Ucapnya. “Jika aku tidak salah, seorang Spirit lagi muncul. Pakaian Spiritnya mirip pakaian tradisional Jepang… dan Ia mengendalikan api…”
“…”
“Aku kehilangan kesadaran karena apa yang Tokisaki Kurumi lakukan padaku…” ucap Tobiichi. “Beritahu aku jika kau tahu sesuatu tentang Spirit Api itu… tidak peduli sedikit apapun itu.”
Setelah kejadian yang menimpa Yoshino dulu, sepertinya Shido tidak bisa lagi mempercayai Tobiichi. “Ya-yah… aku juga pingsan setelah itu.” Ucap Shido yang takut Tobiichi akan memburu adiknya juga. “Jadi aku tidak tahu rinciannya juga…”
“Begitu…”
“Memang ada apa dengan Spirit itu?”
Tobiichi menyipitkan matanya. Ada kesedihan di balik ekspresinya. “Lima tahun yang lalu, Spirit itu membakar distrik perumahan Nanko di Tenguu… dan membakar orang tuaku menjadi abu di depan mataku.” Ucap Tobiichi. “Aku ingat persis dia adalah Spirit yang mengendalikan api…”
Shido terkejut mendengar hal itu.
“Aku selalu… selalu… selalu mencarinya selama ini… akhirnya aku menemukannya. Akhirnya, aku menemukannya. Akan kubunuh… aku akan membunuhnya, tidak peduli apapun itu. Aku akan melakukannya dengan tanganku sendiri. Aku sudah menghabiskan lima tahun terakhir untuk tujuan itu.”
Shido nampak tertekan mendengar ucapan Tobiichi.
“Untuk itu semua… aku bergabung dengan TAR. Untuk melakukan itu, aku dapat menjalankan sebuah Realizer. Untuk mewujudkan keinginanku, aku belajar berbagai keahlian dan kemampuan. Aku melakukan semua ini agar aku bisa membunuh Spirit yang membunuh orang tuaku… aku melakukan semua ini agar aku dapat membalaskan dendamku pada Spirit Api…”
“Aku melakukan semua ini agar… aku bisa membunuh Spirit Api itu.”
Bersambung ke: Date a Live episode 11
Lanjutannya kak ,hmmm dah nunggu lama nih
BalasHapus