Sebelumnya: Date a Live
episode 3 bagian 2
“Nah, Shido, benda ini akan
berubah menjadi apa?” tanya Tohka sambil memeluk boneka rotinya. Mereka berada
di tempat yang tinggi saat ini, kota bisa terlihat dari sana.
“Benda ini tidak akan berubah sama sekali.” Sahut Shido.
“Apa?! Apa ini mahkluk yang disatukan?”
“Yah, kau bisa menyebutnya seperti itu.”
“Woooaaahhh!!” Tohka kagum. “Shido, hari ini benar-benar menyenangkan.”
“Ya, aku senang mendengarnya.”
“Meskipun begitu, aku berharap kita pergi ke Taman Impian.”
“A…anggap saja hal itu tidak pernah terjadi.” Ucap Shido terbata-bata.
“Benda ini tidak akan berubah sama sekali.” Sahut Shido.
“Apa?! Apa ini mahkluk yang disatukan?”
“Yah, kau bisa menyebutnya seperti itu.”
“Woooaaahhh!!” Tohka kagum. “Shido, hari ini benar-benar menyenangkan.”
“Ya, aku senang mendengarnya.”
“Meskipun begitu, aku berharap kita pergi ke Taman Impian.”
“A…anggap saja hal itu tidak pernah terjadi.” Ucap Shido terbata-bata.
“Baiklah, jika Shido bilang begitu.” Ucap Tohka. “Jadi, Shido, apa itu kencan? Aku belum mengerti sampai sekarang.”
“Itu… ketika seorang laki-laki dan gadis keluar bersama…lalu.. bersenang-senang.” Ucap Shido.
“Hanya begitu saja?” tanya Tohka. “Jadi hari ini kita sudah berkencan?”
“Y-Ya… begitulah…”
“Kencan benar-benar menyenangkan.” Ucap Tohka.
-----Date a Live-----
“Sulit dipercaya! Seorang Spirit
muncul tanpa memicu gempa luar angkasa…” ucap kapten TAR. “…dan melakukan
kontak dengan manusia?!”
“Meminta izin untuk menembak.” Ucap Tobiichi. Ia bersembunyi di balik semak-semak di atas pegunungan, mengarahkan bidikannya pada Tohka yang sangat jauh jaraknya darinya.
“Ditolak.” Ucap sang kapten. “Atasan belum memberi perintah. Ini belum pernah terjadi sebelumnya… kita bahkan belum mengevakuasi wilayah itu. Jadi, kupikir sebaiknya kita hanya mengawasi saja.”
“Disini poin Alpha.”
“Memangnya ada apa?”
“Target sudah terkunci.”
“Meminta izin untuk menembak.” Ucap Tobiichi. Ia bersembunyi di balik semak-semak di atas pegunungan, mengarahkan bidikannya pada Tohka yang sangat jauh jaraknya darinya.
“Ditolak.” Ucap sang kapten. “Atasan belum memberi perintah. Ini belum pernah terjadi sebelumnya… kita bahkan belum mengevakuasi wilayah itu. Jadi, kupikir sebaiknya kita hanya mengawasi saja.”
“Disini poin Alpha.”
“Memangnya ada apa?”
“Target sudah terkunci.”
-----Date a Live-----
“Semua manusia benar-benar
ramah…” ucap Tohka pada Shido.
“Ya..” ucap Shido. “Tidak ada yang ingin membunuhmu, bukan?”
“Aku tidak pernah membayangkan bahwa dunia ini… begitu ramah, begitu menyenangkan, dan sangat indah.” Ucap Tohka. “Karena itu, sekarang aku mengerti mengapa manusia robot ingin membunuhku.” Ucap Tohka. “Setiap kali aku datang ke dunia ini, aku mengambil sesuatu yang indah dan menghancurkannya.”
“Tohka…”
“Shido,” ucap Tohka. “Mungkin lebih baik jika aku tidak berada di dunia ini.”
“Itu tidak benar!” ucap Shido. “Hari ini kau tidak menyebabkan gempa luar angkasa, kan?! Kau tidak menghancurkan apapun!”
“Tidak bisa… aku tidak bisa menjamin itu tidak akan terjadi lagi besok. Jika aku kembali, aku mungkin tidak bisa mengendalikan—“
“Kalau begitu, tinggal-lah disini!!”
“He?”
“Apa kau pernah mencoba? –sekali saja, untuk tinggal disini?!”
“Tapi, kau tahu… aku tidak tahu apa-apa.”
“Aku akan mengajarimu tentang semua hal!”
“Aku akan membutuhkan makanan dan rumah… bagaimana jika sesuatu yang tak terduga terjadi?”
“Aku akan mengurus semuanya! Jika sesuatu yang tak terduga terjadi, kita akan mencari cara untuk menanganinya bersama-sama!”
“Apa aku… benar-benar boleh tinggal disini? Apa aku diperbolehkan tinggal di dunia ini?”
“Ya, tentu saja!” ucap Shido.
“Hanya kau yang berpikir seperti itu, Shido.” Ucap Tohka. “Aku yakin manusia robot dan kebanyakan manusia lainnya akan benci berada dekat dengan bahaya—“
“Itu tidak penting!” potong Shido. “Jika mereka menolak untuk menerimamu, aku akan menerimamu apa adanya!” Shido mengulurkan tangannya, “Peganglah tanganku, saat ini hanya itu yang perlu kau lakukan!”
Beberapa detik sebelum Tohka menyentuh tangan Shido…
“512,15 meter. Tiupan angin 40,8 derajat. Kecepatan angin 0,04. 24,2
derajat celcius. Kelembapan udara 52,8%. Kondisinya memungkinkan.” “Ya..” ucap Shido. “Tidak ada yang ingin membunuhmu, bukan?”
“Aku tidak pernah membayangkan bahwa dunia ini… begitu ramah, begitu menyenangkan, dan sangat indah.” Ucap Tohka. “Karena itu, sekarang aku mengerti mengapa manusia robot ingin membunuhku.” Ucap Tohka. “Setiap kali aku datang ke dunia ini, aku mengambil sesuatu yang indah dan menghancurkannya.”
“Tohka…”
“Shido,” ucap Tohka. “Mungkin lebih baik jika aku tidak berada di dunia ini.”
“Itu tidak benar!” ucap Shido. “Hari ini kau tidak menyebabkan gempa luar angkasa, kan?! Kau tidak menghancurkan apapun!”
“Tidak bisa… aku tidak bisa menjamin itu tidak akan terjadi lagi besok. Jika aku kembali, aku mungkin tidak bisa mengendalikan—“
“Kalau begitu, tinggal-lah disini!!”
“He?”
“Apa kau pernah mencoba? –sekali saja, untuk tinggal disini?!”
“Tapi, kau tahu… aku tidak tahu apa-apa.”
“Aku akan mengajarimu tentang semua hal!”
“Aku akan membutuhkan makanan dan rumah… bagaimana jika sesuatu yang tak terduga terjadi?”
“Aku akan mengurus semuanya! Jika sesuatu yang tak terduga terjadi, kita akan mencari cara untuk menanganinya bersama-sama!”
“Apa aku… benar-benar boleh tinggal disini? Apa aku diperbolehkan tinggal di dunia ini?”
“Ya, tentu saja!” ucap Shido.
“Hanya kau yang berpikir seperti itu, Shido.” Ucap Tohka. “Aku yakin manusia robot dan kebanyakan manusia lainnya akan benci berada dekat dengan bahaya—“
“Itu tidak penting!” potong Shido. “Jika mereka menolak untuk menerimamu, aku akan menerimamu apa adanya!” Shido mengulurkan tangannya, “Peganglah tanganku, saat ini hanya itu yang perlu kau lakukan!”
Beberapa detik sebelum Tohka menyentuh tangan Shido…
DOOORRRR!! Tobiichi melepas tembakannya.
“Tohka!!” sesaat sebelum Tohka menerima uluran tangan Shido, Shido melihat tembakan itu, dan menjauhkan Tohka dari tempatnya berdiri semula.
KRRRASSSSHHHH!! Boneka yang dipegang Tohka lebur terkena tembakan itu, sementara Tohka terjatuh,
“Apa yang kau lakukan?!” tanya tohka, dan…
Bukan hanya boneka Tohka, tembakan yang melenyapkan apa yang dikenainya itu juga mengenai bagian kiri tubuh Shido, dan tentu saja itu membuat bagian itu hancur. Shido yang tadi mengulurkan tangannya dengan riang kepada Tohka sekarang sudah tergeletak berlumuran darah.
BRUUKKK… Tobiichi menjatuhkan senjatanya. Ia sudah lemas, Ia salah menembak, bukannya menembak Spirit itu, Ia malah menembak teman sekelasnya.
“Origami?! Origami?!” kapten TAR khawatir karena tidak mendapatkan respon dari Tobiichi. “Origami!”
Tohka berjalan mendekati tubuh Shido yang tergeletak, berjalan diantara darahnya yang mengalir deras.
“Shido…”
Microphone di telinga Shido yang harusnya tidak terlihat kini terlihat, namun sepertinya Tohka tidak mempermasalahkan itu. Tohka melepas jas almameternya dan menaruhnya di atas tubuh Shido itu.
“Kupikir jika bersama Shido… meskipun berat, aku yakin bisa melaluinya… tapi, ternyata aku tidak bisa…” Tohka menahan air matanya. “Aku tidak bisa melakukannya! Dunia ini menolakku!!”
Tohka mengangkat tangannya ke angkasa, tiba-tiba saja petir hitam menyambarnya, dan Ia berubah ke wujudnya semula, dengan pakaian Spiritnya.
“Adonai Merecku!”
Tohka lalu memperhatikan sekitarnya, mencari darimana tembakan tadi berasal. Ia lalu melihat ke semak-semak di pegunungan jauh sana. Ia menghentakkan kakinya, dan sebuah pedang besar pun muncul.
“Sandalphon!” ucapnya dan menarik pedang itu. “Halvanhelev!!” pedang itu lalu mengalami perubahan bentuk. “Berani-beraninya kau?! Berani-beraninya kau?! Berani-beraninya kau?!!!” Tohka menebaskan pedangnya, dan tebasan itu bahkan membelah bukit. Bukit yang terbelah itu hanya sekitar satu meter jaraknya dari Tobiichi.
“Tidak bisa dipercaya…” ucap kapten TAR yang mengamati dari atas. “Origami, pergilah dari sana!” perintah sang kapten. “Dimana bala bantuannya?! Origami?! Origami??!!”
Tobiichi sudah tidak dapat mengatakan apa-apa, pedang besar Tohka sudah diacungkan di depannya sekarang.
“Ternyata kau.” Ucap Tohka memandang Tobiichi dengan pandangan marah yang bercampur dengan rasa jijik. “Karena kau… temanku… belahan jiwaku… kaulah yang membunuh Shido!!”
DEGGG!! Tobiichi terkejut mendengar fakta itu. “Aku membunuh Itsuka Shido…”
“Terus membunuh, membunuh, dan membunuh…” ucap Tohka. “Kau pantas mati! Mati! Mati! Mati!”
“Dia tewas…” Tobiichi masih tidak percaya akan hal itu.
“Denyut nadi Shido-kun berhenti!!” ucap seseorang dari Fraxinus.
Microphone di telinga Shido yang harusnya tidak terlihat kini terlihat, namun sepertinya Tohka tidak mempermasalahkan itu. Tohka melepas jas almameternya dan menaruhnya di atas tubuh Shido itu.
“Kupikir jika bersama Shido… meskipun berat, aku yakin bisa melaluinya… tapi, ternyata aku tidak bisa…” Tohka menahan air matanya. “Aku tidak bisa melakukannya! Dunia ini menolakku!!”
Tohka mengangkat tangannya ke angkasa, tiba-tiba saja petir hitam menyambarnya, dan Ia berubah ke wujudnya semula, dengan pakaian Spiritnya.
“Adonai Merecku!”
Tohka lalu memperhatikan sekitarnya, mencari darimana tembakan tadi berasal. Ia lalu melihat ke semak-semak di pegunungan jauh sana. Ia menghentakkan kakinya, dan sebuah pedang besar pun muncul.
“Sandalphon!” ucapnya dan menarik pedang itu. “Halvanhelev!!” pedang itu lalu mengalami perubahan bentuk. “Berani-beraninya kau?! Berani-beraninya kau?! Berani-beraninya kau?!!!” Tohka menebaskan pedangnya, dan tebasan itu bahkan membelah bukit. Bukit yang terbelah itu hanya sekitar satu meter jaraknya dari Tobiichi.
“Tidak bisa dipercaya…” ucap kapten TAR yang mengamati dari atas. “Origami, pergilah dari sana!” perintah sang kapten. “Dimana bala bantuannya?! Origami?! Origami??!!”
Tobiichi sudah tidak dapat mengatakan apa-apa, pedang besar Tohka sudah diacungkan di depannya sekarang.
“Ternyata kau.” Ucap Tohka memandang Tobiichi dengan pandangan marah yang bercampur dengan rasa jijik. “Karena kau… temanku… belahan jiwaku… kaulah yang membunuh Shido!!”
DEGGG!! Tobiichi terkejut mendengar fakta itu. “Aku membunuh Itsuka Shido…”
“Terus membunuh, membunuh, dan membunuh…” ucap Tohka. “Kau pantas mati! Mati! Mati! Mati!”
“Dia tewas…” Tobiichi masih tidak percaya akan hal itu.
“Denyut nadi Shido-kun berhenti!!” ucap seseorang dari Fraxinus.
Selanjutnya: Date a Live
episode 3 bagian 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar